Terakhir kalinya mereka—karma dan (y/n)—melakukan itu, mereka diskors selama 1 bulan dan dipindahkan ke kelas 3-E.
Di ruang guru BK,
"Karasuma (y/n). Anak dari seorang pasukan elit angkatan udara, Karasuma Tadaomi. Membuat onar dengan Akabane Karma. Berkelahi. Bolos. Kau tidak kasihan pada orangtuamu yang sibuk bekerja?"
"Tidak." Ucap (y/n) tegas dengan kepala yang ditundukkan.
"Ho? Masih berani menjawab? Dimana etikamu? Orangtuamu tidak mengajarimu sopan santun?"
"Maaf, tapi saya berani menjawab karena saya diberikan pertanyaan. Dan saya menjawab pertanyaan anda dengan nada dan kata yang sopan. Mohon untuk bapak guru yang terhormat agar Tidak Menghakimi Ajaran Orangtua Saya Tanpa Tau Apapun. Saya tau pekerjaan orangtua saya sebagaimana usaha yang mereka taruh dan anda tidak berhak menghakiminya. Sebagai guru, bukankah seharusnya anda menanyakan hal seperti ini baik-baik daripada langsung meghakimi?" Ujarnya menatap tegas manik mata sang guru seakan mengunci pergerakannya.
"Baiklah. Katakan padaku, apa yang membuatmu menjadi seperti ini? Apakah ayahmu mengajarimu berkelahi agar bisa menyaingi pekerjaan yang sedang dilakukannya?" Sang guru mencoba meredam amarah dengan meluncurkan serangan kata-kata. Mendengar itu membuat amarah (y/n) meluap-luap tak karuan, namun ia mencoba menahannya sebisa mungkin.
"Urusan pribadi. Saya belajar sendiri." Jawaban singkat padat dan jelas yang diberikan membuat sang guru tak memiliki celah untuk mengatai (y/n). Pasalnya banyak murid dan guru yang menjauhi bahkan membenci (y/n) karena kelakuannya yang tidak seperti gadis biasa. 'Tolong jangan samakan aku dengan orang lain' kata (y/n) pada mereka yang berpendapat seperti itu.
"Baiklah, tolong ingat dan jangan menangis. Kau dipindahkan ke kelas 3-E setelah ini. Dan kau diskors selama satu bulan."
"Baik."
"Silahkan keluar."
(Y/n) melihat Karma sedang menunggunya di depan ruang BK.
Tess.....
Bulir-bulir cairan bening perlahan keluar dari matanya sambil menggigit bibir bawahnya berusaha menahan suara tangisnya. Hal yang membuat (y/n) menyesali perbuatannya adalah menangis. Ia tak berani pulang.
"(Y/n)-chan...... sudah.... jangan nangis." Karma berusaha menghibur (y/n) dengan perkataannya sambil menepuk-nepuk bahu gadis yang berjalan di sampingnya.
Tanpa disadari, mereka sudah sampai di depan toilet kemudian (y/n) masuk ke dalam mencuci muka agar kembali segar sekalian melihat ekspresi wajahnya ketika menangis.
"Sudah?" Tanya Karma ketika (y/n) keluar dari toilet.
"Hn, sudah." (Y/n) menjawab dengan senyuman yang dipaksa untuk menghibur dirinya.
"Kalau gitu, ayo pulang." Ajak Karma berusaha mencairkan suasana. Ketika Karma hendak berjalan, (y/n) menahannya dengan menarik lengan pakaiannya.
"Umm.. Karma-kun. Aku boleh minta tolong sesuatu ga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Karasuma's Daughter || Assassination Classroom
FanficAyah yang menyandang pekerjaan sebagai prajurit elit angkatan udara dan ibu notabene seorang assasin pro yang menguasai berbagai bahasa asing. Pasangan yang cocok sekali, Tadaomi dan Irina. Memiliki orang tua yang selalu sibuk menyebabkan dirinya se...