Selamat Membaca
**
Karena kau tidak pernah tahu, bagaimana rasanya mengabaikan seseorang yang sebenarnya masih sangat dipedulikan-H.E.R
Di saat cahaya mulai membalut luka Yoona, pagipun tiba membawa kehangatan yang saling bergandengan dengan pilu dan rasa yang kelam.
Secangkir gerimis luka menuntut, mencabut kenyamanan, menuai keperihan, mengangkat dilema sebagai penguasa akan hati yang suramDi atas penderitaan Yoona, alam mengumandangkan ambisi yang dinafasi dengan nada dendam yang semangat. Indah suaranya, gemilang peristiwanya hingga langit menghitam. Menggugat kesengsaraan Yoona dan kemudian melampiaskannya pada takdir
Ruang hening ia tinggali sendiri, senyap dari suara namun mulai disumbang oleh cahaya yang mencuri pandang dari sisi gorden kamar tidurnya. Desahan sang angin membelai dinginpun ikut serta menyapa mata berkunang Yoona yang mulai memandang dunia.
Perlahan matanya berdamai dengan cahaya, namun perlahan menciptakan rasa pusing yang memberontak di kepalanya. Mual menjadi pembuka gerakan tubuh Yoona yang memaksa diri untuk bangun dan segera menumpahkan isi perut ke dalam wastafel kamar mandinya.
Nihil, tak ada yang bisa Yoona keluarkan selain salivanya. Kepalanya semakin meradang dan mual berlebih kian merajalela yang berujung lemas pada sekujur tubuhnya.
Suara Yoona yang memaksa untuk muntah cukup mengaung di penjuru kamar. Pintu kamar yang tidak terkunci memberi cela bagi penghuni lain rumah itu melenggang masuk usai suara muntahan Yoona menjadi backsoud di telinganya.
"Yoona, are you ok?" suara berat yang khas itu terdengar panik ketika melangkah memasuki kamar mandi Yoona.
Seorang Siwon yang belum lengkap dengan stelan kantornya. Menggunakan kemeja putih lengan panjang dan belum dibalut dengan jas serta dasi sebagai pelengkapnya.
"Are you ok?" Ulangnya mulai menunduk untuk bisa membantu Yoona. Aroma harum dari tubuhnya menyeruak di penciuman Yoona dan kemudian dirasakan Yoona pijatan ringan di bagian belakang lehernya.
"Aku tidak apa-apa", jawab Yoona.
"Tidak apa-apa bagaimana? Kau muntah dan wajahmu begitu pucat"
"Aku hanya sedikit pusing"
"Itu yang kau katakan baik-baik saja?" Cecar Siwon sambil membopong Yoona untuk berdiri, "kemari, aku akan membawamu ke rumah sakit" lanjut Siwon sambil memapah Yoona berjalan.
"Tidak perlu, hampir setiap pagi aku selalu seperti ini. Jadi ini sudah biasa" tolak Yoona dan perlahan melepaskan cengkraman Siwon pada tubuhnya saat mereka sudah berhasil keluar dari kamar mandi. Yoona tak melihat ekspresi Siwon yang berubah.
"Setiap pagi?" Siwon memperjelas ketika Yoona berhasil duduk di atas ranjang dengan segelas air mineral di tangannya dan kemudian mengangguk pada pertanyaan Siwon.
"Lalu bagaimana kau mengatasinya?"
Ekspresi Siwon semakin kaku, buram dan mulai sibuk menyalahkan dirinya mendengar penuturan dan atas apa yang terjadi pada Yoona.
"Tak ada. Begitu saja"
Yoona menjawab cuek dan mencoba untuk berdiri kembali. Sikap dinginnya masih berlanjut sekalipun setiap katanya tak sengaja selalu menampar Siwon tentang betapa pria itu tidak peduli selama ini.
Ya, sekalipun tak suka dengan situasi itu, Yoona adalah sosok dewasa yang tak akan mendiami Siwon. Dia tetap berkomunikasi dengan seharusnya, sekalipun tidak mau berbaharap pada pria itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
H.E.R
FanfictionIM YOONA CHOI SIWON "You're a strong woman. control your emotions, or they will control you"