part 8 : a

61 15 7
                                    

Bagi Rana menghabiskan banyak waktu bersama Aiden hanyalah sebuah mimpi. Namun saat ini mimpinya tengah menjadi nyata.

Cinta pertamanya bisa ia miliki. Tapi entah mengapa saat ini ada satu perasaan yang mengganjal dihatinya.

Sejak tadi Rana gelisah ingin mengayakan sesuatu pada Aiden yang saat ini sedang duduk dihadapannya, mengoreksi hasil kuis yang diberikan Aiden.

Rana mengulum bibirnya detik berikutnya Aiden menatap Rana memberikan hasil kuisnya. Hasilnya sempurna karena hanya ada lima soal.

"Bagaimana denga tujuh soal? Kami siap?" Aiden bertanya dengan serius.

Rana menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku---"

Aiden meraih tangan Rana dengan lembut "bicara saja." Kata Aiden seolah tahu ada yang ingin Rana bicarakan.

"Ini tentang kita." Aiden mengangguk mengerti lalu menunggu apalagi yang akan dikatakan Rana "tiba-tiba kamu memintaku menjadi pacarmu, apa itu suruhan daddy juga?"

Aiden tersenyum lembut mampu membuat siapapun terbuai termasuk Rana yang kini semakin gelisah.

Sejujurnya Rana takut kecewa dengan jawaban Aiden. Tapi, lebih baik kecewa sekarang daripada nanti saat dimana Rana benar-benar merasa memiliki seorang Aiden.

"Hal itu tidak ada dalam perjanjian kami, Rana. Tuan Fernan memang menyuruhku dekat denganmu tapi tentang perasaanku dia tidak menekanku. Dia bilang kalau aku memiliki perasaan padamu aku boleh berpacaran denganmu tapi kalau tidak, cukup menjadi teman yang selalu ada untukmu, Rana."

"Tapi bukankah selama ini kamu sama sekali tidak menyukaiku? Apa kami sedang memberiku kesempatan agar bisa menjadi pacarmu?"

"Aku bukan memberi kesempatan padamu, Ran. Mungkin saat ini perasaanku belum sepenuhnya untukmu, tapi aku akan memberi kesempatan pada hatiku untuk menerimamu. Gadis konyol yang tak gentar mengejarku." Jelas Aiden diakhiri dengan mencubit gemas hidung Rana.

Rana memekik kesakitan. Detik berikutnya, mereka tertawa bersama.

"Aku lega sekarang." -Rana.

"Jadi daritadi itu yang mengganggumu?"

Rana mengangguk cepat. Aiden pun tersenyum mengelus pucuk kepala Rana dengan senyum manisnya.

*

Ditempat lain di rooftop sekolah.

"Nad, aku bingung harus bagaimana kalau suatu saat nanti Rana tahu persahabatan kita tidak tulus."

"Aku juga khawatir."

"Apa yang harus kita lakukan kalau Rana tahu sejak dulu kita bersahabat karena Tuan Fernan membayat kami dengan jaminan kehidupan dan pendidikan yang layak seperti sekarang. Apa Rana akan kecewa karena kita memanfaatkannya demi uang?"

"Rana pasti akan sangat kecewa tapi mau bagaimana lagi. Ini jalan satu-satunya supaya gelandangan seperti kita bisa hidup layak dan merasakan bangku sekolah."

"Nad. Kamu, Rana dan Gathan sangatlah berharga bagiku." Gina mulai terisak dipelukan Nadia. Menit berikutnya mereka dikejutkan dengan kedatangan seorang pria dengan tatapan tajam membuat pelukan mereka berangsur mengendur.

"Sekarang jelaskan padaku apa yang kalian lakukan pada Rana." Tekan Gathan pada dua gadis dihadapannya.

Gina dan Nadia berkesiap terkejut dengan kedatangan Gathan.

"A-aku akan jelaskan tapi tolong janji jangan marah padaku." Ucap Gina takut-takut lalu diangguki oleh Gathan.

"........jadi begitu, Than." Jelas Gina mengenai apa yang tengah terjadi.

Cold BeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang