part 5 : together

58 13 2
                                    

"Ha?"

Rana terkejut. Apa Aiden benar-benar akan menggendongnya.

Bohong jika Rana tidak senang. Bahkan hatinya kini berbunga-bunga terlampau senang hingga seperti ada kembang api warna-warni dalam hatinya.

"Apa yang kamu tunggu? Cepat atau mau kutinggal." Ketus Aiden.

"O-oh b-baiklah."

Rana tersenyum-senyum dalam gendongan Aiden. Degupan jantungnya berpacu.

Berbanding terbalik dengan Aiden yang hanya menatap datar trotoar yang ia tapaki. Setelah 5 menit langkah kakinya memasuki klaster yang cukup mewah.

"Apa aku berat?"

"Tentu saja. Kamu berat sekali seperti sapi."

"Apa?" Teriak Rana tak terima.

Aiden pun terkekeh. Kedua bibirnya tertarik sedikit membuat senyum tipis namun manis.

Rana yang menangkap pemandangan itu beringsut turun dan sangat senang.

"Kamu tersenyum." Goda Rana.

Aiden yang gengsi sesegera mungkin menghilangkan senyum manis itu dari wajahnya.

"Emmm... kamu bohong tadi aku melihatnya." Terus Rana menggoda Aiden seperti anak kecil yang tengah menggoda ayahnya. Ia hanya takjub, pria dingin dan kaku ini bisa tersenyum.

Aiden pun susah payah menahan senyumnya melihat Rana yang terus menggodanya dengan tingkah lucu dan kekanakan itu.

"Hentikan."

"Tidak mau."

"Jangan keras kepala, sapi."

"Apa? Sapi?" Kesal Rana menatap horor Aiden.

"Iya. Sapi." Jelas Aiden menekan setiap katanya kemudian sedikit berlari melihat Rana yang sepertinya sebentar lagi akan mengamuk.

"Yaaaaa." Teriak Rana mengejar Aiden.

"T-tunggu rumah siapa ini?" Tanya Rana heran menghentikan Aiden yang sedang membuka pintu gerbang utama sebuah rumah yang cukup besar dan mewah.

"Ini rumah siapa?"

"Rumahku."

"Kenapa dirumahmu?"

"Nona Kirana Flo aku pikir ini salah satu rencanamu." Jawab Aiden menyindir.

Rana mengernyit bingung. Ia pun masuk sesaat setelah Aiden.

Rana hanya diam merasa tidak enak. Rupanya Aiden masih mengira ini modusnya untuk mendekati Aiden dengan memanfaatkan ayahnya.

Tapi demi apapun Rana tidak pernah meminta hal seperti ini pada ayahnya. Bahkan tidak pernah sedikitpun terbesit dalam fikirannya melakukan ini.

Kedatangan Rana disambut hangat oleh seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu Aiden.

"Kalian sudah datang." Sambutnya antusias "cantik sekali Rana. Ayo masuk." Ibu Aiden merangkul Rana.

Rana tersenyum kikuk sedangkan Aiden masuk begitu saja dan menaiki anak tangga sedikit berlari. Mungkin menuju kamarnya.

"Dia memang begitu. Tidak punya sopan santun." Ujar ibu Aiden berbisik.

Rana kembali menampakkan senyumnya yang masih sedikit kikuk.

"Hmmm... kamu semakin manis saat tersenyum." Puji ibu Aiden menatap Rana penuh kasih.

"Terima kasih, tante." Rana sedikit malu atas pujian ibu Aiden.

Cold BeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang