Prolog

6 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semua sudah siap. Kue, minuman, beberapa hiasan pita, dan tentu saja sebuah kotak berwarna marun yang berisi hadiah.

Wanita itu mengulas senyum samar, memandang anak lelakinya yang duduk manis di sebuah kursi. Memperhatikan bagaimana kedua tangan anaknya senantiasa memegang sisi meja sambil melayangkan tatapan penuh pertanyaan kepada sang ibu.

Wanita bernama Allen itu mengerti kalau anaknya---Shan, mulai gelisah dan mengantuk mengingat malam semakin larut.

Allen memandang nanar kearah cahaya lilin yang mulai meredup, berusaha menenangkan hatinya akan firasat buruk yang kini menggambil alih sebagian besar rongga dadanya.

James pasti pulang, dia sangat yakin itu, lagipula suaminya itu sudah berjanji akan pulang malam ini, merayakan ulang tahunnya bersama.

"Mom..."

Agak terlonjak, Allen segera memusatkan perhatiannya kearah Shan Yang baru saja memanggilnya.

"Ada apa sayang?"

"Boleh aku tidur sekarang? Besok aku ulangan matematika jam pertama." Shan bangkit dari duduknya, anak laki-laki berumur delapan tahun itu mengucek matanya beberapa kali. "Mungkin Dad tidak akan pulang malam ini."

Allen ikut berdiri, berusaha tersenyum sambil mengusap sayang puncak kepala Shan. "Daddy mu pasti pulang, ini, kan ulang tahunnya," katanya berusaha menenangkan Shan, dan juga hatinya sendiri.

James pasti pulang.

"Shan tidur saja, nanti kalau Dad datang akan Mom bangunkan."

Shan mengangguk kecil, lalu berjalan pelan menuju tangga, dengan mata yang sudah hampir tertutup. Allen mengawasi anaknya sampai dia benar-benar mencapai anak tangga teratas dan masuk kedalam kamarnya.

Detik berikutnya, Allen kembali duduk di kursinya. Memandangi jam sambil berusaha tersenyum. Walau rasanya tenggorokannya sakit.

Pelan Allen meraih kotak berwarna marun itu, lalu membuka tutupnya. Sebuah jam berwarna tembaga berada didalamnya. Itu pilihan Shan untuk ulang tahun Daddy-nya, dia bilang cocok untuk Daddy-nya yang selalu terlihat gagah dan tampan.

Tepat hari ini, suaminya berulang tahun. Allen serta Shan sudah menyiapkan semuanya bahkan dari jauh-jauh hari, mereka ingin memberikan kejutan pada James.

Ponsel Allen berdering, cepat ia merogoh saku baju tidurnya. Dan tersenyum saat tahu itu panggilan dari James.

"Darl! Sudah pulang?" Allen segera menerima panggilan itu antusias.

Beberapa lama tidak ada jawaban. Hanya suara berisik orang sedang mengobrol terdengar samar-samar.

"Darling!" Popor kembali bicara.

"Allen, maaf aku tidak bisa pulang." Suara James terdengar berbisik.

"Tapi... Kau kan sudah janji?" Allen meremas baju di dadanya, agak shock mendengar penuturan suaminya bahwa dia tidak bisa pulang.

"Iya, aku tau. Tapi mendadak klien meminta rapat malam ini, aku tidak bisa menolak."

"Tapi, kan... Hari ini..."

"Iya! Iya! Aku tau, tapi maaf, aku tidak bisa pulang, tapi kau berjanji besok pagi segera pulang."

Allen terdiam, lantas mengedarkan pandangannya kearah meja yang sudah penuh terisi dengan hiasan, dan kue ulang tahun. Semuanya sia-sia karena James tidak bisa pulang.

"Di mana Shan? Apa dia sudah tidur?"

"Baru saja," sahut Allen lesu. "Dia menunggumu juga tadi."

"El, Harusnya kau mengerti, aku sibuk. Makanya jangan berikan janji yang tidak-tidak pada Shan, nanti dia sedih."

"Iya maafkan aku."

"Ya sudah, aku harus pergi."

"Iya, selamat ulang ta-----" belum selesai Allen bicara, panggilan sudah terputus.

Allen tersenyum. Lalu mengusap ujung matanya yang berair. Dengan pelan ia meraih pemantik api, menyalakan lilin yang membentuk angka 29 itu.

Allen memejamkan mata beberapa saat, mengatakan doanya dalam hati, lalu segera meniup lilin itu sendiri.

Ia berlirih pelan.

"Selamat ulang tahun suamiku." satu tetes air jatuh begitu saja di pelupuk matanya, tapi segera ia hapus air itu sebelum benar-benar bertambah banyak.

Dia tidak boleh cengeng, dia harus kuat. Demi James dan juga Shan.

Hari ini ulang tahun James, dia yang meniupkan lilinnya sendiri untuk suaminya itu. Dan, harapannya hanya satu.

Dia ingin James ada disisinya sekarang.

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang