BAB TIGA

4 0 0
                                    


====Happy Reading====



Hari yang sangat melelahkan, Allen bisa merasakan kalau dia hampir kehabisan napas saat sudah sampai di teras rumahnya. Dia banyak berlari dan juga tidak berhenti merasa panik sepanjang sore. Sekarang Allen mendapati dirinya yang sedang terengah-engah kelelahan.

Tapi bibirnya otomatis tersenyum penuh syukur saat melihat Shan yang tengah melompat-lompat di depan teras saat melihatnya datang.
Allen langsung menghambur memeluknya.

"Oh, Pumpkin... Ku kira Mom kehilanganmu." Shan membalas pelukan Allen dengan hangat.

"Maafkan aku Mom, aku tidak tau harus bagaimana, tapi Pak Dylan yang mengantarkan ku pulang." Shan melepas pelukannya, dan memandang kearah seorang laki-laki yang kini tengah berdiri tidak jauh dari mereka, menonton adegan mengharukan ibu dan anak itu sambil menyunggingkan senyum. Allen tidak menyadari keberadaannya sejak tadi, ia terlalu fokus pada Shan.

"Oh!" Allen terkejut seraya berdiri. "Terima kasih." sambungnya agak tergagap.

Ia tersenyum lebar, matanya berkilat-kilat menatap Allen. "Tidak apa, sudah kewajibanku," katanya masih tersenyum.

"Masuklah dulu." Allen menggandeng Shan masuk, dari belakang terdengar langkah pelan laki-laki itu mengikutinya.
Setelah sampai di ruang tamu, Allen mempersilakan laki-laki bernama Dylan itu untuk duduk, sedangkan dia mengantar Shan ke kamar untuk mandi.

Lalu Allen kembali dengan secangkir kopi di tangannya. "Maaf aku tidak menanyakan kau mau minum apa," tukasnya seraya meletakkan cangkir itu dihadapan Dylan.

Laki-laki itu kembali menarik ujung bibirnya, hingga gigi-gigi besarnya nampak putih dan berkilau. "Aku baru saja ingin pergi."

"Tidak, tidak, minumlah dulu, aku belum cukup berterima kasih."

"Anda sudah melakukannya." Ia mengingatkan.

"Ya, tapi segalanya kacau kalau kau tidak ada."

Lalu hening, Dylan hanya menjawab dengan senyum lalu meraih cangkir itu, menyesapnya pelan dengan bibir yang masih tersenyum.

Allen menimbang-nimbang, sambil memelintir kuku-kukunya sebelum bicara. "Bagaimana Shan?"

Dylan terlihat agak terkesiap tapi ia langsung mengerti. "Bagus, dia punya bakat." sahutnya.

"Begini... " Allen mengantup bibirnya pelan. "Sebenarnya badminton bukan ide yang buruk. hanya saja, Shan lahir prematur, aku hanya khawatir kalau___"

"Dia baik-baik saja nona, Shan terlihat selincah anak seumurannya, bahkan mungkin lebih gesit dari yang lain."

"Allen... Itu namaku." jelas Allen sebelum melanjutkan, "tapi bisakah dia mengganti ekskulnya ini... Maksudku, mungkin sesuatu yang tidak terlalu memforsir fisik."

Dylan tertawa, ia memijat tulang hidungnya sebelum bicara. "Bisa saja... sebaiknya tanyakan pada Shan, lagipula ia terlihat sudah banyak mengikuti kegiatan kognitif, saya rasa Shan juga perlu mengasah psikomotoriknya." Dyln menjelaskan, tapi Allen tidak bisa langsung mencerna, ya! tentu saja. Dylan seorang guru, dia lebih tau tentang ini ketimbang Allen.

Allen hanya melipat bibirnya, masih memelintir kuku, sedangkan Dylan bangkit berdiri. "Kalau begitu saya permisi... " kedua tangannya terselip kedalam saku, bibirnya tersenyum ramah.

Allen ikut berdiri. "Iya, sekali lagi terima kasih."

"Tidak ada paksaan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah nona Allen, Mond bisa tetap datang atau berhenti minggu depan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang