Chapter 2

15 5 1
                                    

"Pelangi di pagi hari"

Buku diary itu masih tersimpan hangat di laci meja belajar. Entah apa yang ada didalamnya . Pikiranku berusaha mencerna apa yang terjadi, siapa yang kutemui tadi dan kemana dia pergi.

Sampai disitu semua pertanyaan yang terbesit sama sekali belum terjawab. Aku yakin apa yang terjadi tadi pagi bukanlah mimpi ataupun halusinasi.

Sudah lah tak ada gunanya memikirkan hal yang aku pun tidak tau jawabannya, sangat merepotkan. Bagaikan mengisi tugas Matematika yang tidak masuk akal.

Bahkan di sepanjang pelajaran sekolah sampai tiba waktu pulang pun aku tidak melihatnya lagi seakan dia menghilang ditelan bumi.

"Huh, cinta memang merepotkan"
Hah?! Apa yang baru saja ku katakan, cinta? Tidak! Apa hubungannya dengan cinta.

Disaat itulah hatiku mulai Ragu bahwa kegalauan ini bukan lah cinta.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Mataku masih fokus melihat langit langit kamar. Tiba tiba Aku menutupi mata dengan lengan dan berhenti menatap langit-langit.
Aku mengingat sebuah Ucapan " lihatlah ke kanan, lihatlah ke kiri, lihatlah kebelakang dan lihat juga ke bawah kasurmu tapi jangan lihat ke atas"

Mengingat kata katanya membuat bulu kuduk ku merinding.

"Kakak~!!!"
Teriakannya membuat telingaku sakit.

Siapa lagi kalo bukan adik ku yang berani menerobos masuk ke kamar seorang pria yang sedang galau.

"Hmm"
Jawab ku datar.

"Anterin Yoyon yah, pliss"

"Kemana"
Tanya ku masih datar.

"Beli martabak manis rasa keju sama coklat. Yah yah kak plissss!!"
Pinta nya dengan nada memelas kini posisinya berada di sampingku.

"Enggk males!!"
Tolak ku.

"Gak ada penolakan!!"
Teriaknya.

"Hus hus sana ah, ganggu ajh"
Usir ku malas. Pasalnya mana ada orang yang keluar jam 11 malem hanya demi beli martabak huh merepotkan.

"Pliss kakkkk kakakkkkk plissss"
Rupanya dia tidak menyerah hanya untuk sekedar martabak.

"Nge gopud aja lah males"
Ujar ku.

"Kak, kakak mau yah hal yang terjadi sama temen nya temen nya temen aku terjadi sama kita, hah!?"
Karena tidak ada pilihan lain, dari pada dia banyak ngomong, akhirnya aku mau mengantar adik ku beli martabak.

"Ayo!"
Gesit ku kemudian beranjak dari tempat tidur .

"Haha takut ni ye"
Ejek nya. Sebenarnya iya sih aku takut tapi aku tidak mau menjadi bahan ejekan untuk adikku.

"Enggak lah cuman hantu gojek mah Cemen"
Cercaku.
Ucapan yang jelas jelas kelihatan bohong nya.

Di sepanjang perjalan menuju tukang martabak langganan, dingin nya malam menusuk setiap tulang yang tak bersalah.

"Dek!"
Sengaja ku naik kan volume suara supaya terdengar oleh Yoonji.

"Apa!!"
Tanya Yoonji.

"Pakai jaket?"

"Hah?!!"
Sepertinya dia tidak mendengar.

"Pakai jaket?"

"Enggak kak"

"Dingin gak?"
Tanya ku balik tanpa basa basi.

"Iya, dingin banget"

Setelah mendengar jawaban yang membuat aku khawatir, ku parkir kan motor ninjaku di pinggir jalan.

PelangiWhere stories live. Discover now