"Yoongi", seorang perempuan dengan dress kuning muda nya berjalan cepat mengejar sosok didepannya yang juga berjalan semakin cepat. Ingin mengejar, namun kondisi tubuhnya tak memungkinkan dirinya untuk berlari.
"Yoongi, tunggu"
"Yoongi!"
Yang dipanggil namanya akhirnya berbalik dan berhenti. Menatap perempuan cantik yang kini berada di hadapannya. Yoongi mendengus, "Sebaiknya kakak pergi". Matanya menatap objek didepannya dengan penuh kebencian meski ia tahu orang yang ia panggil kakak itu sekalipun tak pernah berbuat jahat padanya.
"Kakak ingin berbicara denganmu yoongi, kakak rindu adik kakak", ucapnya seraya memberikan senyum miris pada sang adik yang bahkan enggan menatapnya.
Yoongi sekali lagi mendengus, menjilat bibirnya yang mendadak kering. "Apa lagi yang perlu kakak bicarakan? Pesta ulang tahun kakak yang mewah? Hadiah mahal dari ayah? Apa?". Rasa kesalnya membuat yoongi tanpa sadar meninggikan nadanya. Membuat kakak yoongi yang bernama Jieun itu menghela nafas berat.
"Bisakah kau kembali ke rumah?"
"Apa?"
"Aku ingin kau kembali ke rumah, yoongi. Kita berkumpul menjadi keluarga yang utuh"
"Ayahmu! Ayahmu lah yang membuat keluarga ini tidak utuh!", pekik yoongi pada jieun tak memperdulikan fakta bahwa mereka tengah berada di pelataran kampus yoongi dimana masih banyak mahasiswa berkeliaran di sekitar mereka.
Jieun mulai mengeluarkan airmatanya, merasa sedih dan kacau melihat adiknya yang nampak begitu terluka. Jieun maju mendekati yoongi namun yoongi senantiasa mundur. Jieun mengangguk paham dan mengulas senyum miris, "Setidaknya kembali lah kerumah, tempatmu dirumah yoongi", bisiknya pada sang adik.
Yoongi mengusak rambutnya kesal, "Sudahlah. Tidak ada gunanya kakak kemari. Lebih baik kakak pulang, dan aku tidak akan kembali ke tempat yang kau sebut rumah itu", ujar yoongi lantas berbalik dan meninggalkan jieun yang menangis sendirian meratapi nasib keluarganya.
Sementara itu yoongi segera memesan taksi agar dapat mengantarnya kembali ke apartemen. Namun, berita baiknya adalah baterainya habis. Maka dengan sangat terpaksa, yoongi pergi berjalan menuju gedung fakultas jungkook, memeriksa apakah sekiranya kekasihnya itu bisa mengantarnya pulang. Jarak fakultas yoongi dan jungkook cukup jauh namun berbekal pengetahuan jalan alternatif, yoongi dapat sampai lebih cepat.
Yoongi bertanya pada beberapa mahasiswa yang ia tahu merupakan teman dekat kekasihnya untuk menanyakan keberadaan jungkook. Dan seperti biasa, jungkook tengah berada di ruang fotografi. Dengan itu, yoongi mengetuk pintu cokelat dihadapannya hingga jungkook sendiri yang membukakan pintunya. "Bae?"
Yoongi masuk dan merangsek kedalam pelukan jungkook. "Apa kau sibuk?", tanya yoongi dengan suara yang teredam dada jungkook yang dilapisi bomber jacket navy itu. Jungkook sendiri berusaha menarik tubuh yoongi agar masuk dan duduk di sofa yang memang disediakan disana. "Apa terjadi sesuatu?"
Yoongi melepas pelukannya dan menatap jungkook, "Kakak datang dan mengajakku pulang kerumah"
"Lalu?"
"Jelas aku tidak akan mau. Ugh moodku berantakan sekarang. Kalau kau tidak sibuk, apa boleh aku minta diantarkan pulang? Baterai ponselku habis jadi aku tidak bisa memesan taksi"
"Hey tentu saja aku akan mengantarmu"
Setelah menunggu jungkook membereskan segala peralatan fotografinya, keduanya segera beranjak menuju area parkir dimana mobil jungkook diparkirkan. Jungkook melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan menuju kawasan apartemen mewah di kota ini. Sementara yoongi hanya diam, fokus dengan pikirannya sendiri. Hingga usapan ibu jari jungkook di punggung tangannya menyadarkan yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Balcony // ON GOING
Short Story[genderswitch] "love grows where trust is laid, and love dies where trust is betrayed." yoongi gs