1. Awal

11 2 0
                                    

Anak kecil yang tengah berlari kearah gadis yang sedang duduk sendirian menunggu kehadiran teman temannya. Memberikan sekantung plastik berisikan permen dengan warna warni yang cerah membuat siapapun yang melihatnya tergiur termasuk anak kecil yang membawanya. "Dari siapa?." Tanya Aya.

"Kakak ganteng." Aya menghela nafasnya lelah, sering kali ia mendapat sekantung lollipop dari anak kecil yang ia temui dan memberikan kantung tersebut padanya.

Aya tersenyum hangat pada anak perempuan yang berumur delapan tahunan. "Buat kamu aja."

Bukannya menerima pemberian Aya anak kecil itu langsung pergi menjauh dan meninggalkan pertanyaan yang selama ini sering muncul dan hilang dibenaknya.

Siapa dia? Dimana dia? Apa maksud dari semuanya?

Aya yakin jika lelaki itu berada disekitar nya memastikan lollipop itu sampai pada nya. Tapi siapa? Aya bertanya pada dirinya sendiri.

Melihat sekeliling taman yang ramai akan anak anak dan remaja yang sedang dimabuk cinta. Tak ada yang mencurigakan semua nampak seperti biasa, melakukan aktivitas nya masing masing.

"DOR."

Aya dikejutkan dengan suara melengking Nindy teman se-cemprengannya. "Ngangetin tau gak." Tegas Aya.

Nindy tertawa terbahak bahak melihat wajah Aya yang tampak merah antara kesal dan kaget bercampur aduk dan itu nampak jelas dimatanya. "Kenapa lo tengang tengok kayak kipas angin."

"Mulai gila agaknya." Cicit Sely. Nindy tertawa mendengar nya. "Nistain aja gue." Sela Aya.

Nindy menguyel unyel wajah Aya. "Utututuu jangan ngambek dong makin jelek muka Lo." Aya menghempaskan tangan Nindy kasar hingga terbentur ujung kursi. "Jauh jauh muka gue bisa haram Lo pegang."

"Aduh sakit anjrit, kejam bener."

Nindy mengusap tangan nya yang terasa sedikit nyeri. "Kenapa Lo? Demek amat muka." Tanya Sely sembari mengambil posisi duduk disamping aya.

"Paling dapet lollipop." Jawab Nindy yang dapat tatapan tajam milik Sely. "Gue gak nanya Lo."

"Emang pertanyaan Lo dijawab Aya?."
Sely bersiap menghantam Nindy dengan tangannya."etett mau ngapain Lo?."

"Gue lurusin mulut Lo."

"Lah emang mulut gue kenapa?."

"Lemes banget kayak lambe turah." Nindy mulai terpancing emosi dengan ucapan kembaran nya." Wah wahhh sekate Kate sendal uler yang satu ini."

"DUH BERISIK BANGET SIH." Ucap Aya memisahkan dan berniat mendiamkan dua mahluk yang berada di samping nya.

Benar saja Nindy dan Sely langsung terdiam mendengar perkataan aya. Tapi Bukan hanya mereka berdua namun hampir semua orang yang berada ditanam ini terdiam seakan waktu terhenti begitu saja.

Dan Sekarang mereka menjadi pusat perhatian karena mulut cempreng milik aya. Mereka bertiga nampak tersenyum kaku seperti ketahuan sedang mencuri dalaman tetangga.

Aya selaku pelaku meminta maaf kepada semua orang yang sedang melihat kearah mereka dan setelah nya semua berjalan seperti sebelumnya sibuk sedang aktivitas masing masing. "Gara gara Lo gue jadi malu." Ketus Nindy

"Sejak kapan Lo punya malu??." Sahut Sely yang akan memulai pertengkaran mereka berdua dengan cepat Aya menengahkan mereka.

"Gue donasiin mulut Lo berdua mau?." Tawar Aya. Nindy langsung membekap mulutnya dengan kedua tangan. Dan Sely menggelengkan  kepalanya.

Aya menghela nafasnya "Gue bingung tau gak sih." Ujar Aya mulai bercerita namun tak ada respon dari kedua sahabatnya. "Lo berdua punya mulut kan??."

Nindy melepaskan tangannya bagaimana pun Nindy takut pada Aya jika sudah marah Aya akan sangat menyeramkan dan berbeda dalam waktu bersamaan.

"Lo bingung kenapa?."ujar Sely menanggapi. "Gue bingung  setiap seminggu sekali pasti ada bocil yang kasih gue lollipop sebanyak ini." Aya menggangkat kantung yang berisikan lollipop.

"Ya...Bagus dong jadi duit Lo utuh. Kan lumayan ada orang yang yang nyumbangin Lo lollipop segitu banyak."

Nindy mengangguk setuju dan membuka kantung plastik lalu mengambil satu buah lollipop dan memakannya.

"Ho'oh gue jadi kebagian jatah lollipop setiap minggu. lagian Lo bukannya bersyukur ada yang ngasih beginian kan lumayan kalo Lo gak mau ya tinggal kasih bocil ." Aya memutar bola matanya malas.

"Bukan itu masalahnya. Gue sih suka suka aja ada yang ngasih beginian ngirit buat balikin mood. Lagian Kalo gue kena diabetes Lo berdua mau tanggung jawab??." Tanya Aya. Nindy melempar pertanyaan Aya pada Sely. "Nah loh mau tanggung jawab kagak gue sih ogah."

"Lo aja." Nindy menggeleng cepat. "Enak aja."

"Gak mau kan. Gue juga bingung ngabisin nya gimana. Masa iya gue buang sayang banget Kalo gue jual keliatan banget gue butuh duit."

"Lah bukannya Lo emang lagi butuh duit?." Sely menyikut perut Nindy. "Apansi sakit." Sely menggelengkan kepalanya seakan memberi tahu jika Nindy tidak boleh berbicara seperti itu karena itu akan menyakiti perasaan Aya.

"Iya sih gue emang lagi butuh duit." Ucap Aya melemah. Sely yang mendengar suara Aya melemah langsung melototi Nindy. Sedangkan sang empu hanya tersenyum hingga menampilkan gigi putihnya.

"Gak usah dipikirin ya, Lo kasih aja ke anak anak panti pasti seneng gue jamin, lagian ya kalo orang itu liat Lo bagi ke anak anak pasti seneng pemberiannya di hargain." Usul Nindy merasa tidak enak dengan ucapan sebelumnya.

Perlahan senyuman terbit di bibir mungil Aya. "Gimana?." Tanya Nindy tanpa bersuara pada Sely.

Sely mengangkat bahunya bingung. "Ayo." Ucap Aya yang tiba tiba berdiri dan bersemangat. "Ayo kemana??." Tanya Nindy.

"Ke gorong gorong."

"Ngapain??."

"Ishhh lama, ayo cepet keburu malem." Aya menarik tangan Sely dan Nindy meninggalkan taman Dengan segala kebingungan antara mereka berdua.

Dari arah berlawanan seorang lelaki dengan pakaian serba hitam diam diam tersenyum mendengar percakapan ketiga gadis itu.

Pemberian nya selama ini cukup membuat nya bahagia walau sebelum nya terkejut dengan respon yang enggan menerima lollipop pemberian nya karena takut diabetes dan itu membuat nya harus menahan tawa karena seorang gadis.

Terlalu lama memikirkan gadis itu sampai ia tak sadar dan melihat sekeliling  hanya tinggal dirinya dan beberapa orang saja yang masih berada ditaman itu.

Pria itu beranjak pergi dan menghilang di sinar matahari senja.

BILBERYYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang