07:45 PM
Bekasi Selatan.Akbar berada di rumah nya yang terletak di Kemang Pratama Bekasi. Moodnya hancur begitu saja mendengar jika opah nya tidak setuju dengan gadis pilihan nya.
Setelah berbicara dengan opahnya Akbar memutuskan untuk pulang. Semenjak pulang Akbar tidak ingin berbicara sedikit pun. Sinta sedikit khawatir dengan keadaan putra sulungnya begitu juga dengan randu hubungan nya baru saja membaik setelah beberapa bulan Akbar memutuskan pergi dari rumah.
Tak ada yang berbicara di acara makan malam kali ini semua nampak begitu sepi hanya ada dentingan sendok yang bertabrakan dengan piring dan garpu.
Setelah makan malam Akbar memutuskan untuk langsung beristirahat ke kamarnya. Suara ketukan pintu menyadarkan lamunan nya.
Akbar melihat Sinta sedang berdiri diambang pintu dengan segelas susu hangat. Setelah dipersilahkan masuk Sinta berjalan mendekat ke arah Akbar yang berada di atas ranjang.
"Ada apa tumben mamah kesini." Sinta tersenyum melihat sang anak yang sudah tumbuh dewasa. "Mamah boleh duduk??." Tanya Sinta yang diangguki Akbar.
Sinta mengelus rambut halus berwarna hitam pekat milik Akbar dan tersenyum menatap wajah tampan sang anak. "Anak mamah sudah besar rupanya sudah bisa menyembunyikan masalah nya sendiri."
Akbar menatap Sinta lekat. "Cerita sama mamah. Kamu kenapa Ada masalah di kampus atau sama geng mu itu??." Akbar menggeleng sebagai jawaban.
Lagi lagi Sinta tersenyum menghadapi putra sulungnya. "Yaudah kalo gak mau cerita gak apa apa mamah gak maksa kamu."
"Mamah keluar ya." Lanjut Sinta. Ketika hendak beranjak tangan nya dicekal oleh akbar. "Kenapa??."
"Tadi Akbar kerumah oma." Tutur akbar. Sinta kembali duduk disamping putranya. "Kerumah oma??." Akbar mengangguk.
"Kamu ada masalah??."
"Enggak mah." Sinta menyerengit bingung. "Akbar kangen sama Oma sama opah. Tapi..." Akbar menggantung kalimatnya.
"Tapi kenapa??."
"Opah gak setuju dengan keputusan yang Akbar ambil mah." Sinta menggenggam tangan putranya. "Emang keputusan apa yang Akbar ambil."
"Tentang 'dia." Seketika tatapan Akbar terlihat kosong itu yang Sinta lihat sekarang.
Sinta baru pertama kali melihat Akbar seperti ini. Pertama kali melihat putranya jatuh cinta. Sinta tau karena randu pun sama seperti nya. Hubungan nya dengan randu pun sama sempat tidak direstui oleh Wijaya.
"Dia siapa?." Pancing Sinta. Akbar menatap mamahnya. "Orang yang Akbar suka mah." Rengek nya.
"Akbar suka sama orang??." Sahut Glen dari ambang pintu. Akbar berdecak melihat kakak perempuannya. "Kepo aja urusan orang."
Glen berjalan sambil berkata. "Oh masih spesies orang ternyata." Akbar melempar guling pada Glen namun meleset. "Aish gak kena."
Akbar semakin geram dengan Kakaknya. "Ngapain di sini sih kak sana keluar." Glen tetap berjalan mendekat kearah Akbar dan Sinta.
"Kepo aja urusan orang." Sahut Glen sama persis dengan ucapan Akbar barusan. Sinta menahan tawa melihat kedua anaknya bertengkar seperti ini.
Sinta melerai sebelum perang terjadi lagi. Terakhir kali mereka seperti ini dan Glen keluar dari rumah bukan karena apa tapi karena keisengan Akbar yang menaruh semua baju baju Glen di depan pintu. Glen bukan tipikal orang yang baperan tapi bila sudah bersama Akbar hatinya mudah kesal dan berakhir ia memilih mengungsi di rumah Oma nya.
"Udah udah kenapa jadi berantem gini sih. Kamu udah selesai nugas nya?." Glen mengangguk. "Udah mah ini buktinya udah didepan mamah dengan keadaan selamat."
"Sadar punya rumah udah mending sana sana tugas aja tuh sampe lupa kalo punya keluarga di rumah." Glen tertawa mendengar Akbar. "Balik balik jadi stress." Akbar bergidik melihat Glen yang tertawa seperti orang kerasukan.
"Bilang aja Lo kangen sama gue. Segala ngusir ngusir buat tugas." Glen semakin menguatkan suaranya. "Percaya diri amat Lo."
"Harus dong." Glen mulai meredakan tawanya. Tujuan dia kesini bukan untuk meledek Akbar tapi ia ingin membicarakan sesuatu dengan Sinta. "Mah." Panggil Glen yang duduk di ranjang Akbar.
Sinta yang sedang memainkan rambut Akbar menjawab. "Kenapa kak." Sebelum menjawab pertanyaan Sinta. Glen menatap Akbar. "Tutup kuping Lo."
Akbar menatap Glen malas. "Males amat siapa Lo."
"Akbar." Panggil Sinta mengingat kan. Bagaimana pun Glen itu kakak nya jadi Akbar harus bersikap sopan dengan Glen. "Ck iya iya."
Akbar bangkit dari duduknya. "Mau kemana Lo."
"Cari angin sumpek dirumah mulu." Sahut Akbar sambil mengambil jaket hitam dan kunci motornya. "Jadi siapa yang lupa kalo dia masih punya keluarga dirumah." Glen menatap Akbar dengan tangan yang dilipat didepan dada.
Akbar memakai topi lalu melihat Glen dari ujung bibir matanya. "Iya iya ibu polisi yang terhormat." Glen menahan tawa mendengar Akbar memanggil namanya dengan embel embel 'ibu polisi.
"Akbar pergi ya."
"Jangan pulang larut." Sahut Glen.
"Siap."
Akbar menuruni anak tangga dengan terburu buru. Di anak tangga terakhir kaki nya terhenti melihat randu tengah berbicara dengan seorang pria yang terlihat sangat serius.
"Pah??."
Randu menoleh mendapati Akbar dengan pakaian rapi sedang menatap nya dengan sorotan mata yang sulit diartikan. "Mau kemana bar??."
"Kedepan sebentar."
"Hati hati udah malem." Akbar mengangguk lalu melangkah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BILBERYY
Teen FictionCerita tentang percintaan gue yang harus Jatuh cinta dengan orang yang sama dengan Sahabat sendiri?? Oh no, bukan satu hal yang mudah!! Mampir yuk baca cerita gue yang super duper rumit Jangan lupa vote dan komen nya guys!! Selamatt membaca