Warung kopi yang terletak di kawasan Bekasi nampak selalu ramai akan muda mudi baik siang maupun malam. Sederhana namun nyaman pelayanan yang baik dari pemilik warung dan keunggulan disini dapat cashbon.Anak anak yang sering mampir kesini pun kebanyakan dari anak anak kalangan atas yang mencari kenyamanan, menurut mereka kebanyakan anak anak yang nongkrong di cafe terlalu berkelas dan selagi ada yang murah kenapa yang mahal kalau bisa cashbon kenapa harus pakai debit?.
"Skak mat."
Evan tertawa senang melihat kegagalan Rama. "Bangsat."
Umpat Rama."Sabar ya ram." Ledek aji disusul gelak tawa yang lainnya. "Kok bisa gue kalah anjrit."
"Takdir." Sahut Evan santai.
Aji yang sednag duduk diatas motor miliknya berjalan mendekat ke arah Rama "santai kali ram mending ngopi dulu ya gak." Ususl aji yang disetujui oleh mereka. "Yoii."
"Pesen."
Aji, Evan, Danu, dan reza yang mendengar tersenyum sumringah walau mereka termasuk orang berada tapi mereka tetap menyukai hal yang berbau gratisan. "Bebas gak nih tar suruh bayar lagi." Sindir aji.
Rama menghela nafas nya sering kali ia mengibuli teman temannya sekarang giliran ia yang akan di kibuli oleh yang lain sudah terbaca jalan pikir mereka. "Bebas Lo makan aja sepuasnya."
"Asekkk."
"Mang mi nya satu komplit pake telor setengah mateng aja ya mang sama es teh manis nya satu."
"Saya juga mang."
"Saya kayak biasa aja mang." Sahut Evan. "Gorengan nya mang jangan lupa sepiring penuh."
Mang Dadang yang sedang berada dibelakang menyahut. "Siyapp."
Suara motor yang baru dimatikan mesinnya menjadi pusat perhatian mereka. "Darimana Lo?!." Tanya Rama.
Akbar yang baru saja turun dari motornya menatap Rama heran dengan pertanyaan sinis yang ia lontarkan.
Bukannya menjawab Akbar malah bertanya balik pada aji. "Kenapa?." Tanya Akbar pada aji.
"Biasa kalah tanding." Aji berucap sambil terkekeh. Akbar mengangguk menanggapi. "Biar gue yang bayar." Final Akbar
Rama yang sedang bermain game di ponselnya menatap Akbar sumringah dengan pernyataan Akbar. "Seriusan??."
Lagi lagi Akbar hanya mengangguk menanggapi. "Asikk duit gue utuh."
"Mang saya juga pesen mi rebus macam biasa."kata Rama bersemangat. Evan yang sedang memakan gorengan mengetuk kepala Rama dengan sendok. "Sakit bego."
"Ya ngotak dong lo yang kalah tanding masa yang bayar Akbar dasar gak tau diri." Sungut Evan.
"Yaudah kalo gitu Lo aja yang bayar." Rama menaik turunkan alisnya. "Heh sembarangan kutil bagong Lo lah yang bayar masa gue."
"Yaudah lah kalo Lo gak mau bayar biar Akbar aja yang bayar sebagai amal jariyah."
"Pala Lo amal jariyah." Rama tak menanggapi ia sibuk dengan semangkuk mie yang ia pesan. "Dasar kodok buncit."
"Bar." Panggil Reza.
"Apa."
"Lo darimana, tumben jam segini baru Dateng." Akbar menghentikan aktivitas tangan nya yang sedang mengscroll aplikasi Instagram miliknya. "Rumah."
"Nyokap Lo bilang Lo gak ada dirumah." Kini aji yang bertanya. Akbar menatap teman temannya satu persatu. "Gue dirumah lama Oma."
Teman temannya mengangguk mencoba percaya perkataan Akbar. Tapi tidak dengan danu ia nampak kurang percaya akan perubahan Akbar akhir akhir ini. "Kenapa Lo gak percaya??."
Danu menggeleng lalu memakan gorengan didepan nya. Akbar pergi kekamar mandi untuk mencuci mukanya yang terasa kantuk.
"Lo semua tau Jesi kan?." Tanya aji tiba tiba.
"Jesi mana??." Ucap Rama mewakili.
"Jesi yang depan rumah gue." Mereka semua mengangguk mengetahui. "Kemaren gue ketemu sama dia."
"Terus??." Tanya Reza berambisi. Aji menatap Reza penuh selidiki. "Lo penasaran amat kayak nya za." Reza yang merasa aneh dengan dirinya menatap aji malas. "Nanya doang salah emang."
"Ya enggak sih cuma aneh aja." Jawab aji. "Terus kenapa kalo Lo ketemu sama si Jesi Jesi itu apa hubungannya sama kita." Kata Rama yang mulai kesal dengan penuturan aji yang setengah setengah.
"Dia titip salam."
"Buat?." Tanya Reza dan Rama bersamaan. "Anjir barengan jangan jangan jodoh." Canda aji.
"Cepet bangsat gue nungguin." Aji yang mendengar nada bicara Rama mulai naik berniat untuk semakin mengulur waktu untuk bercerita. "Galak bener kayak anjing tetangga."
"Dahlah bangsat gue males Lo cerita aja sama tembok." Rama bangkit dengan perasaan kesal untuk memesan segelas es jeruk.
Aji menatap Rama berusaha menahan tawanya agar tidak pecah. "Jadi dia titip salam buat siapa??." Tanya Reza lagi.
Aji melupakan bahwa masih ada satu orang lagi yang penasaran dengan ceritanya. "Dia titip salam buat Akbar."
"Akbar?." Reza memastikan jika dirinya tak salah mendengar bahwa nama Akbar yang disebut bukan dirinya. "Iya Akbar."
"Gue kenapa??." Tanya Akbar yang baru saja kembali dari kamar mandi.
"Ada salam dari Jesi."Akbar menautkan alisnya."gak kenal."
"Masa gak kenal orang dia sering lewat sama temen temennya kalo kita lagi nongkrong dirumah gue." Akbar tersenyum kala mendengar jika ia salah satu dari gadis itu. "Oh."
"Lo kenapa senyum senyum gitu??." Tanya Reza dengan nada yang kurang suka."gak."
Akbar membuka aplikasi Instagram nya dan terdapat foto seorang gadis yang sedang bermain bersama anak anak. "Cantik."
Danu yang berada disebelah Akbar melihat kelayar ponsel milik Akbar sedikit rasa penasaran yang ia rasakan kala mendengar Akbar memuji seorang wanita yang terdapat dilayar pipih milik Akbar.
Akbar yang menyadari Danu tengah mengintip layar ponselnya langsung mematikannya lalu memasukan ke saku celana miliknya.
Danu semakin dibuat penasaran dengan tingkah Akbar. "Mau kemana Lo bukannya baru sampe maen cabut aja." Tanya Rama yang melihat Akbar mengambil kunci motor miliknya di meja.
"Disuruh nyokap balik." Jawab Akbar seadanya sambil memakai jaket hitam miliknya. "Gue cabut."
"Woi bar Udeh dibayar belom." tanya rama sedikit berteriak melihat akbar yang sudah memakai helm full face nya.
Akbar mengacungkan ibu jarinya sebagai jawaban bertanda jika ia sudah membayar semua makanan yang tadi dipesan. "Mantap." Sahut Rama senang.
Akbar membunyikan klakson lalu menjalankan motornya menjauh dari warung kopi. Danu dan Evan menatap kepergian akbar. "Aneh gak sih??." Tanya Evan pada Danu.
"Diemin dulu kita liat dia sampai mana." Ujar Danu yang diangguki Evan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BILBERYY
Teen FictionCerita tentang percintaan gue yang harus Jatuh cinta dengan orang yang sama dengan Sahabat sendiri?? Oh no, bukan satu hal yang mudah!! Mampir yuk baca cerita gue yang super duper rumit Jangan lupa vote dan komen nya guys!! Selamatt membaca