8

927 50 8
                                    

Sebuah senyuman menyambut Chika yang baru saja sampai di ruang tengah rumahnya setelah 2 hari ini lebih banyak menghabiskan waktu di kamar.

Sammy dengan kaos hitam polos yang dibalut kemeja kotak-kotak nampak seperti hadiah yang menyenangkan untuk Chika pandangi setelah rentetan kejadian buruk yang dia alami 2 hari lalu.

"Hai," sapa Sammy dengan senyum yang tidak mungkin tidak menular untuk Chika. "Kata Christy, kamu udah dua hari gak sekolah, ya?"

"Eh? I-iya, Mas. Lagi gak enak badan," jawab Chika setengah berbohong.

Sammy bergumam seperti sedang berpikir. "Ya udah, hari ini kita gak usah belajar ajah gimana? Kayanya muka kamu banyak beban gitu, ngitung akuntansi malah makin keblinger. Makan es krim ajah, mau?"

Sebuah tawaran yang tidak mungkin sanggup Chika tolak. "Mau!" Dia mengangguk antusias.

***

Selama perjalanan menuju kedai es krim, tak ada satupun suara yang keluar dari mulut Chika. Sammy yang merasa heran lalu mengarahkan spion motornya agar bisa melihat Chika. Dia khawatir kalau kondisi Chika sebenarnya masih tidak boleh diajak keluar, karena biasanya Chika akan bercerita banyak hal seperti pertemuan terakhir mereka.

Tanpa bersuara Sammy memperhatikan raut wajah Chika yang seperti sedang berpikir keras. Siapapun yang melihat pasti bisa menebak bahwa gadis ini sedang memiliki masalah besar.

Sesampainya di kedai es krim dan memesan 2 mangkuk es krim, keduanya naik ke lantai 2 dan duduk di sebuah kursi yang berada di sudut ruangan.

"Sebentar ya," ucap Sammy sambil berdiri dan berjalan mengambil sekardus uno stacko di lemari yang memang menyediakan berbagai macam permainan.

"Pernah main ini, kan?" tanya Sammy saat kembali ke kursinya.

Chika menganggukkan kepala.

"Kalau aku ke sini sama temen-temen aku, kita selalu mainin ini. Terus nanti yang kalah milih truth or dare gitu. Tapi kalau main sama mereka jangan ngambil dare sih. Bakalan parah."

"Oh, ya? Kenapa?" Chika nampak tertarik dengan cerita Sammy.

"Bisa nguras semua isi dompet. Terakhir kali aku beliin temen mirrorless. Kalau minta suka gak pada tau diri emang," jelas Sammy yang membuat keduanya tertawa. "Makanya kita lebih sering jawab jujur daripada dare. Tapi dari situ kita bisa terbuka satu sama lain."

Chika tersenyum dan mengangguk-angguk. "Seru kayanya."

"Mau coba?" tanya Sammy yang dijawab anggukan oleh Chika.

Merekapun bermain berdua sambil menyantap es krimnya masing-masing.

"Et, yang tadi udah Mas sentuh. Jangan ngambil yang lain," protes Chika saat melihat Sammy yang mau bermain curang.

"Lihat ajah. Iya, iya. Ini sih gampang." Sammy mengambil balok yang pertama dia sentuh. "Tuh, kan. Gak bakalan jatoh."

Chika memanyunkan bibirnya sambil mencari balok yang mudah untuk dipindahkan.

"Hayoh!" ganggu Sammy yang membuat Chika tersenyum kesal. "Yah, yah, jatoh deh. Jatoh nih."

Bruk!

Benar saja Chika merubuhkan menara balok itu dan mendengus kesal. "Ih, Mas Sammy ngegangguin, sih!"

"Lah, kamu yang ngambilnya gak hati-hati," ucap Sammy yang lalu tertawa. "Oke, truth or dare?"

Chika nampak berpikir. "Dompet aku bakalan dikuras juga gak?" tanyanya dengan wajah polos.

Sammy tertawa melihatnya. "Aku gak bakalan tega kalau sama kamu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

17 Years OldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang