3

1.1K 74 15
                                    

Karena itulah aku jadi ingin melindungi
Bunga yang tampak manis itu

***

"Mbak, pilih sepatunya cepetan ya. Aku mau main di game center." Christy mengayunkan tangan Chika yang sedang memilih sepatu yang berbaris di sebuah toko.

"Iya, sebentar. Aku mau liat-liat dulu. Mama, Christy nih!"

Christy langsung cemberut dan berjalan mendekati Aya. "Aku mau main game, Ma," rengeknya kini mengayun-ayunkan tangan mamanya.

"Sebentar ya, Sayang. Tadi kan pas kita beli peralatan gambar kamu, Mbak Chika mau sabar nunggu. Sekarang giliran Mbaknya dulu, ya. Abis itu baru kita main," ucap Aya dengan lembutnya.

Putri bungsunya itu menggelengkan kepala. "Aku mau sekarang. Nanti keburu rame. Ngantri mainnya."

Aya menatap ke arah Chika yang masih asik memilih sepatu olahraganya. Lalu bergantian menatap Christy yang sudah memasang wajah merengek.

"Biar Christy main duluan sama aku ajah, Ay," ucap Cindy, seorang sahabat Aya yang ikut menemani kedua putri Aya berbelanja.

"Gak papa emang, Cin?"

Cindy tersenyum. "Gak papa, kok. Christy mau kan ke game center-nya sama tante dulu?"

Christy langsung mengangguk antusias. "Mau! Ayo, Tante!"

"Tuh, Christy udah mau. Kamu temenin dulu Chika, nanti nyusul kita. Aku kasih tau posisinya lewat telpon."

"Ya, udah,"ucap Aya tanda setuju. "Christy jangan ngerepotin tante, ya," pesan Aya yang dibalas anggukan oleh Christy.

"Ah, kamu. Kaya ke siapa ajah sih," ucap Cindy sambil tersenyum manis sebelum menggandeng tangan Christy menuju arena bermain.

Aya masih memandang punggung keduanya sampai Chika kembali mendekatinya.

"Ma, aku mau yang putih, tapi takut cepet kotornya. Yang biru bagus juga, tapi sepatu aku udah banyak yang warna biru," ucap Chika sambil menunjukkan dua sepatu dengan warna berbeda.

Aya menatap kedua sepatu pilihan Chika. "Kita beli yang putih ajah. Kamu juga udah kelas tiga mulai gak padet kan latihan basketnya?"

Chika nampak berpikir. "Masih ada satu kompetisi lagi sih bulan depan. Abis itu aku mulai fokus buat UN."

"Ya udah, sekali-kali kamu punya sepatu putih."

Chika tersenyum dan mengangguk setuju.

"Sini, Mama mintain ukuran kamu. Tolong pegangin tas Mama dulu."

Chika menyimpan kembali sepatu yang tidak jadi dibeli olehnya ke tempat semula sambil menunggu Aya yang sedang berbincang dengan pemilik toko. Lalu dia merasakan sebuah getaran dari tas mamanya. Chika membuka tas itu, kemudian menemukan ponsel Aya yang bergetar. Sebuah panggilan masuk via whatsapp.

Untuk beberapa saat Chika mengerutkan kening melihat nama pemanggil yang janggal di kepalanya. Tapi foto profil sang pemanggil membuat dia yakin siapa yang menelpon. Gadis itu menimbang-nimbang harus mengangkat telpon ini atau tidak. Sampai akhirnya Aya terlihat berjalan mendekat, membuat Chika kembali memasukan ponsel itu dan menutupnya lagi seolah tidak pernah melihat apa-apa.

"Kamu coba dulu deh. Harusnya pas," ucap Aya sambil memberikan sepasang sepatu pada putrinya.

Chika mencoba sepatu itu dan mengembalikan tas mamanya. Dia mencoba bertingkah senormal mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Tak lama kemudian Aya mengambil ponselnya. Sepertinya sebuah panggilan kembali masuk. "Hallo, Cin! Sebentar ya, ini tinggal bayar ajah kok ... Iya, nanti aku nyusul ke sana ... Christy gak ngerepotin, kan? Makasih ya, Cin. Aku ke sana nih sekarang ...."

17 Years OldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang