5

1.3K 83 10
                                    

Mungkin bagi diriku
Dirimu yang berarti tidak menyadari apapun
Cinta tak berbalas dari belakang

***

Ketika Chika sampai di kelas, Badrun sudah duduk di kursinya sambil mengobrol dengan salah satu teman sekelas mereka. Melihat sahabatnya saat ini membuat hati Chika merasa kesal, dia ingin marah tapi entah karena alasan apa. Karena Badrun menyakiti Mira atau karena Badrun membawanya di kondisi serba salah seperti sekarang. Yang dia tau hanyalah ada perasaan emosi yang membuat dadanya terasa tidak nyaman.

Akhirnya Chika hanya memilih duduk tanpa berkata apapun pada lelaki di sampingnya. Badrun juga nampak asik mengobrol sampai guru sejarah mereka masuk dan memulai pelajaran.

Saat guru mereka mulai menjelaskan tentang penyebab perang dunia kedua, Badrun sudah menguap dan menyandarkan kepalanya di atas meja sambil menghadap ke arah Chika. Dia tersenyum tipis memandangi wajah samping Chika yang tengah fokus mendengarkan guru mereka sambil sesekali mencatat.

"Kenapa sih?" tanya Chika dengan nada ketus. Dia sadar pada tatapan Badrun, tetapi matanya tetap memandang ke papan tulis.

"Idih, galak banget sih. PMS?"

Chika mengabaikan pertanyaan Badrun. "Tadi pas istirahat kamu ke mana?"

"Perpus. Numpang ngadem sama Flo terus ketiduran. Hehe."

Chika mendengus kesal. Di saat dia terlibat pertengkaran kecil dengan Mira, si penyebab masalah malah asik tertidur di bawah AC. Ingin rasanya Chika mengumpat di depan wajah Badrun. Untung saja Chika bisa mengendalikan diri dan mengingat mereka sedang berada di dalam kelas sekarang.

Melihat Chika yang diam saja, Badrun hanya mengerutkan kening dan menutup matanya untuk tertidur. Suara guru sejarahnya bagai lagu nina bobo untuk Badrun. Sedangkan Chika memaksakan pikirannya untuk terfokus pada pelajaran. Mengapa belakangan banyak sekali hal yang mengusik pikirannya.

***

Begitu bel pulang sekolah berbunyi, Chika langsung merapikan buku-bukunya, sedangkan Badrun memainkan ponselnya sambil mengeluh karena tugas yang diberikan oleh guru mereka begitu banyak.

"Aku sama Flo mau main ke warnet depan sekolah, kamu mau ikut gak?" tanya Badrun.

Flo merupakan teman satu ekskul Badrun dari kelas sebelah. Chika ingat dia dan Badrun pernah bertengkar karena Badrun terlalu banyak menghabiskan waktu bermain bersama Flo. Waktu itu mereka masih kelas X dan rasa cemburu merasa sahabatnya diambil membuat Chika marah besar pada keduanya. Tapi setelah itu Badrun memperkenalkan Chika pada Flo dan Chika bisa lebih memahami kalau Badrun juga butuh teman lelaki. Selain itu Badrun juga tetap lebih banyak menghabiskan waktu bersama Chika.

"Gak," jawab Chika singkat lalu melangkahkan kakinya keluar kelas.

Merasa ada yang tidak beres dengan kelakuan Chika, Badrun menyambar tasnya dan menyusul langkah kaki gadis itu. "Chika, kamu kenapa jutek banget sih?"

Chika hanya diam sambil terus berjalan menuju lapangan basket karena hari ini dia ada latihan.

"Drun!" Dari arah belakang Flo memanggil. Namun Badrun tetap mengikuti langkah Chika, sehingga Flo pun mengejar keduanya.

"Aku ngomong sama angin, ya? Kenapa sih?" Badrun mempercepat langkahnya dan berdiri di hadapan Chika untuk menghalangi langkahnya. "Aku ada salah ya?" tanyanya lagi sambil menahan tangan Chika yang hendak melewatinya.

Chika akhirnya menatap mata Badrun. "Iya. Jelas iya."

"Apa?"

"Tadi kamu pas istirahat di mana?" tanya Chika dengan nada suara kesal.

17 Years OldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang