1

4.4K 117 27
                                    

Meskipun kau berada sedekat ini kualihkan pandangan ke arah lain

Tapi tetap saja aku perhatikan dirimu yang ada di depan mataku

***

Yogyakarta, 2017.

Gadis itu menggerakan pensil di tangan kanannya sambil sesekali menatap seseorang yang tengah asik dengan buku bacaannya. Gerakan tangan si gadis perlahan mengikuti bentuk wajah lelaki yang entah mengapa terlihat begitu mempesona untuknya. Walau hanya memakai kaos polos, rambut tidak begitu rapi—setelah memakai helm—dan sorotan sinar matahari sore yang masuk lewat celah jendela membuat wajah lelaki itu terlihat lebih bersinar. Menurut seorang Chika, Sammy sangat sempurna hari ini. Ah, setiap haripun guru privatnya ini akan terlihat sempurna di matanya.

"Udah selesai?" Pertanyaan Sammy sontak membuat Chika langsung buru-buru mengalihkan pandangannya dan menutup kertas coretannya.

"Udah sih, Mas. Tapi aku gak yakin jawabnya. Hehe ...." Chika hanya pasrah saat bukunya diambil Sammy. Hatinya berdebar, tapi bukan karena takut hasil pekerjaannya tidak memuaskan, melainkan senyuman tipis sekilas yang Sammy berikan.

Sammy kini nampak serius melihat jawaban Chika untuk soal ekonomi, tapi perlahan dia tersenyum lagi ketika menemukan sebuah gambar es krim di buku Chika. "De, makan es krim, yuk!"

Ajakan Sammy langsung dibalas anggukan antusias oleh Chika. Walau Chika tau kalau Sammy tidak banyak berkomentar tentang jawabannya, berarti hasil yang Chika dapatkan belum memuaskan. Tapi Chika tidak kecewa karena Sammy berhasil membaca situasi kepalanya yang mulai pusing dengan segala mata pelajaran ini. Hal ini juga salah satu alasan yang membuat Chika terkagum-kagum dengan guru privatnya—Sammy pandai membaca situasi ketika seperti apapun.

***

Yessica Tamara atau gadis yang biasa dipanggil Chika ini merupakan anak pertama dari dua orang bersaudara. Adiknya bernama Christy yang terpaut tiga tahun lebih muda daripada dirinya. Hidup dari keluarga yang serba ada. Ayahnya, Adhira adalah seorang dokter di salah satu rumah sakit besar. Sedangkan Aya, ibunya, aktif di berbagai kegiatan sosial. Terlihat seperti keluarga yang normal dan baik-baik saja.

"Besok kita jadi beli sepatu baru buat Mbak Chika kan, Ma? Aku juga mau beli buku gambar baru," ucap Christy saat keluarganya sedang sarapan.

"Iya, jadi kok, Sayang," jawab Aya sambil mengisi piring Christy. "Tapi makannya diabisin, ya."

"Iya, tuh. Makan suka banget disisain. Dasar anak kecil," ledek Chika pada adiknya. "Tapi beli sepatunya hari Minggu ajah ya, Ma. Besok aku mau kerja kelompok di sini sama Badrun. Terus Mas Sammy juga bilang bisa nambah jadwal privat aku mulai Sabtu ini."

"Ihh ... kok gitu, sih? Mbak Chika tumben banget mau rajin belajar," protes Christy.

"Aku udah kelas tiga, bentar lagi mau UTS tau."

"Apaan alasannya mau ulangan segala. Biasanya juga sebelum ulangan malah asik telpon-telponan sama Mas Badrun. Ini pasti gara-gara Mbak Chika suka sama Mas Sammy, ya?" Christy yang kali ini menggoda kakaknya.

"Enggak, ih! Apaan anak kecil sok tau banget!" Chika langsung membantah ucapan adiknya. "Enggak kok, Ma. Enggak kok, Pa. Sumpah!"

"Jadi anak mama sekarang udah gede, ya." Aya malah ikut menggoda dan berhasil membuat wajah Chika memerah.

"Jadi itu alasan kamu ngerayu mama sama papa buat minta sepupunya dokter Bobby jadi guru privat kamu?" Adhira yang sedaritadi diam kini ikut menatap wajah Chika dengan tatapan menggoda.

Wajah Chika semakin merah. "Enggak, ih! Pada percaya ajah sama anak kecil kaya Christy!"

Aya dan Adhira tertawa sedangkan Christy menjulurkan lidahnya, membuat Chika menatapnya kesal.

17 Years OldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang