Chapter 4

43 16 1
                                    

           Hari ini Robby bertemu dengan jajaran terkait untuk membahas proyek film baru garapan PH-nya di kantornya. Sutradara, produser, pimpinan produksi, produser pelaksana dan yang lainnya telah berkumpul di dalam sebuah ruangan di salah satu lantai gedung Megantara Tower yang menjadi kantor dari Megantara Picture, Production House miliknya. Sebuah gedung yang berdiri kawasan Sudirman Central Business District (SCBD). Kawasan bisnis dan perkantoran di ibukota.

          "Selesai rapat ini ayo makan siang bersamaku Anne" ajak Robby kepada Anne yang merupakan Pimpinan Produksi pada film-fim garapan PH-nya.

          "Baiklah Robby" balas Anne singkat dengan senyum simpulnya.

***

          Robby dan Anne begitu menikmati makanan mereka. Salah satu kafe yang tak jauh dari kantor menjadi pilihan mereka untuk menghabiskan waktu makan siang bersama.

          "Weekend ini aku mau kau pergi bersama Denias. Kau harus menjadi lebih dekat dengannya" pinta Robby kepada Anne di sela-sela makannya.

          "Walaupun sulit, aku akan berusaha Robby" balas Anne sambil menggenggam telapak tangan Robby.

***

          Ranti berjalan sambil membalas pesan dari ponselnya. Matanya tak fokus saat tengah berjalan karena fokusnya tertuju pada pesan penting yang memaksanya untuk lekas dibalas. Dari arah berseberangan ada seorang anak kecil yang tak lain adalah Denias sedang berjalan sambil memakan es krim. Kedua orang ini sama-sama tak fokus saat sedang berjalan. Hingga pada akhirnya keduanya saling bertabrakan. Bruuukkk. Tubuh kecil Denias menabrak tubuh semampai Ranti. Es krim pun jatuh berserakan di lantai. Kedua pakaian orang ini kotor terkena tumpahan es krim.

          "Hahh anak kecil ini lagi. Sudah tiga kali aku melihat anak ini" batin Ranti dengan matanya yang menunjukkan keterkejutan.

          "Maafkan aku ibu dokter, aku sungguh tak sengaja" ucap Denias dengan penuh rasa penyesalan karena menyebabkan baju dokter di hadapannya kotor.

          "Tidak apa-apa nak. Kau kan tidak sengaja, lagipula tadi ibu dokter juga tidak fokus saat sedang berjalan" balas Ranti dengan sikap ramahnya.

          "Ayo sekarang kita sama-sama ke toilet untuk membersihkan pakaianmu dan pakaian ibu dokter" ucap Ranti sambil menggandeng tangan Denias menuju salah satu toilet terdekat di rumah sakit.

          Dari arah yang berbeda, Ibu Herawati dan suster Diah tampak bingung mencari Denias. Sudah sekitar sepuluh menit mereka berkeliling koridor rumah sakit mencari Denias. Panik dan cemas begitu jelas terlihat dari wajah wanita paruh baya ini karena cucunya menghilang entah kemana.

          "Itu den Denias bu" ucap suster Diah sambil menunjuk kearah Denias dan Ranti yang berada di depan toilet rumah sakit.

          "Apa yang terjadi Denias? "tanya Ibu Herawati dengan rasa penasarannya sambil mengecek-ngecek seluruh tubuh Denias seolah-olah takut ada bagian dari tubuh Denias yang terluka.

          "Oh jadi anak ini bernama Denias" batin Ranti.

          "Aku dan ibu dokter ini sedang berjalan omah dan saling bertabrakan, lalu es krimku mengenai bajuku dan baju ibu dokter" ungkap Denias mencoba menceritakan kejadiannya.

          Ranti lalu mencoba ikut menceritakan apa yang terjadi antara Denias dan dirinya kepada Ibu Herawati. Diajaknya ketiganya untuk menepi ke sebuah bangku di sudut rumah sakit untuk lebih leluasa berbicara. Dipaparkannya kejadian tadi dengan sejelas-jelasnya. Ibu Herawati lantas berterima kasih atas apa yang telah dilakukan dokter Ranti. Di luar obrolan mengenai Denias dan Ranti yang saling bertabrakan ternyata mengalir pula obrolan-obrolan lainnya. Inilah awal perkenalan Ranti dengan Ibu Herawati. Perkenalan yang barang mungkin bisa membawanya kepada hubungan yang jauh lebih dekat. Entahlah. Hanya takdir yang mampu menjawab.

Bukan Pilihan Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang