Bagian 13

222 31 3
                                    

Chapter ini mengandung kata-kata kasar-

Pembaca yang baik jangan ditiru yak:")
.
.
.
.
.

___________________________________________

"Siapa kau" Ash menggertak

Pria itu hanya tersenyum, ia membuat tangannya yang bertumpu ke pegangan kursi menjadi penyangga kepalanya.

"Ahhh kau sangat manis Ash. Andai saja kau adalah anjing yang penurut, hidupmu pasti tidak akan semenyedihkan ini"

Pria itu tidak memperdulikan perkataan Ash, ia terus meneliti setiap bagian dari tubuh Ash dengan gairah yang keluar dari bola mata bewarna biru tua nya.

"Hey! Sialan! Jangan acuhkan pertanyaanku kau baj*ngan!" Ash mulai naik pitam. Ia benar-benar merasa tidak nyaman sekarang.

"Sialan kau!!!" Ash menekan pelatuk pistolnya mengarahkan peluru itu agar tembus ke kepala lelaki sialan yang terus memandanginya dari atas sana.

Dengan mudahnya ia mengelak dari peluru yang dilepaskan Ash. Ia kembali menatap Ash, namun kini dengan cara yang berbeda.

Siapa saja akan membeku jika menatap mata dingin itu, bibir yang sebelumnya tersenyum lebar kini hanya menyisakan smirk yang menakutkan.

"Aku tidak akan melakukan itu jika jadi kau" ujarnya lalu menjentikkan jari

Tirai yang menutupi sebuah ruangan di sudut sana tersingkap, dari dalam kegelapan itu seorang penjaga yang sebelumnya menjaga pintu besi berjalan keluar. Sebelah matanya di perban dengan wajah dan tubuhnya yang penuh bercak darah.

'tcih! Dia seharusnya sudah mati!' batin Sing, ia yakin jika tadi penjaga itu sudah sekarat karena matanya di tembak

Penjaga itu membawa dua orang yang ia seret menuju ke tengah ruangan. Ia melemparkan dua orang itu seperti kantung sampah lalu berjalan kembali dan menghilang ke balik tirai.

"Ayah!!! Ibu!!!!" Eiji berlari mendekap kedua mayat itu. Tubuh mereka berdua penuh luka cakar dan gigitan.

"Hoy! Apa yang kau lakukan kepada mereka berdua" Ash menatap tajam ke arah lelaki itu.

Sementara Eiji, dia hanya duduk bersimpuh di samping pasangan suami istri yang telah terbujur kaku di hadapannya. Air matanya tak dapat menetes sama sekali, ia tak dapat memikirkan apapun, tubuhnya serasa tak bernyawa lagi. Lebih dari sedih, Eiji benar-benar terlihat seperti orang yang tengah depresi saat ini.

Ash berjalan perlahan mendekati Eiji. Ia ikut bersimpuh di sampingnya. Memeluk lelaki berambut hitam itu berharap bisa meringankan kesedihannya.

"Eiji, maaf" suara Ash begitu dalam

"Harusnya.... Harusnya aku tidak melibatkan mu" nada suara Ash terdengar begitu menyesal, dari lubuk hatinya yang paling dalam Ash menyalahkan dirinya sendiri.

Sing ikut mendekati Eiji, ia berdiri tepat di sampingnya. Menundukkan wajah merasakan kesedihan Eiji yang terus melamun menatap mayat kedua orang tuannya.

Melihat raut wajah Eiji yang seperti tanpa emosi menjadi tekanan sendiri untuk Ash. Disaat bersamaan ia merasa sangat sedih dan juga teramat marah.

Ash meluruskan kakinya, berdiri dengan tegap. Kepalanya sedikit miring untuk melirik lelaki sialan yang sedang tersenyum mentapnya.

"Aaaahhhh lihatlah mata hijau itu, begitu indahnya menatap ku dengan tajam" lelaki itu menekan dadanya seperti seorang yang sedang kasmaran

Kesabaran Ash mulai habis, ia mengangkat pistol nya "Apa kau yang membunuh mereka?"

BESIDE YOU [Ash & Eiji Next Story'] |Completed✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang