( bagian 2 ) FT dan Risol

6.1K 1.3K 144
                                    

Semua orang terlahir dengan keunikan masing-masing.

Jangan hanya karena adanya 'standar' malah membuatmu berpikir bahwa orang yang memenuhi 'standar' itu adalah orang yang sempurna.

Tidak, setiap orang punya bagiannya masing-masing untuk bersinar.

Bukan hanya karena seorang kenalanmu mendapatkan nilai sempurna dalam matematika, membuat dirimu merasa tidak memiliki cahaya yang sama.

Kamu punya dirimu,
yang bahkan ketika kamu tersenyum saja sudah membuat dirimu bersinar.

Kalau kata Aji,
"Gue jadi suami, lo jadi suami. Terus yang bunting nanti siapa?."

Memang sinting anak itu.

=== 𝓼𝓮𝓴𝓪𝓽.𝓪 ===

Nanti, jika kalian punya waktu berkunjung ke kampus tempat Aji dan Aya kuliah saat ini. Tolong pastikan kalian tidak membuang waktu dengan mengunjungi kantin di Fakultas Teknik.

Ada banyak tempat yang lebih baik untuk kalian kunjungi seperti taman dalam FMIPA, Halte depan FEB, atau surga mahasiswa yang kelaparan yang letaknya berada di pintu masuk belakang kampus.

Apapun itu asal jangan kantin FT.

Mungkin dari tampak depan gedung, kalian akan melihat pemandangan menyegarkan mata dengan berbagai macam pria dari yang berambut panjang sampai yang tidak memiliki rambut pun ada.

Tapi, silahkan putar balik. Untuk kedamaian jiwa dan raga yang lebih baik.

Apalagi kalau sudah mendengar suara ini,
"RISOLLLLL!!!"

Nah, lebih baik kalian segera melarikan diri


"HARI INI PROMONYA ID LINE NANDRA FISIP, GUYS! YUK CIWI-CIWI BELI DONG RISOL GUE, PROMO TERBATAS NIH!."

Hema Chandra Bagaskara memang senang melakukan apapun demi risolnya habis terjual.

Salah satu rekor tertingginya adalah penjualan risol minggu lalu, risol dagangan Hema habis dalam waktu kurang dari dua jam karena embel-embel id line Mahes.

Mahesa Putra Adhiaksa, teman karibnya sendiri.

"Yang lo tawarin id line cowok mulu, yang cewek dong." keluh Dirga yang baru saja datang sambil menenteng laporan praktikumnya, tentu hasil dari bantuan tukang joki tugas.

"Rugi, lanang FT pada miskin."

Dirga memilih pergi, lapraknya lebih penting untuk dikumpulkan daripada menyauti perkataan Hema.

Selang beberapa detik kemudian Aya datang berbarengan dengan Aji, wajahnya kesal bukan main bahkan Aji yang berdiri di sebelahnya hanya menaikan kedua bahu tak tahu ketika Hema memberikan kode padanya.

"Lo punya temen budek-budek banget, sih!"

Hema mendadak merinding, "Pita suara lo ketelen, Ay?"

"Iya, ketelen. udah sampe usus besar gara-gara manggilin Dirga."

Rasanya ingin tertawa lepas, tapi antara Hema dan Aji lebih memilih urung melihat Aya dalam mode ketus begini. Terakhir kali, lengan Hema biru selama tiga hari karena meledeki kembaran Aji itu dengan primadona DKV. Perlu dicatat, Aya memiliki cubitan paling mematikan seantero kampus.

"Lo susul aja, paling itu bocah nyamperin asprak."
"Males banget, ngomong-ngomong mau risol lo dong, Ma. Dua aja."
"Jangan bilang mau lo makan dikelas?"
"Kan gue mencoba memanfaatkan waktu dengan baik."

[1] 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘵.𝘢 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang