( Bagian 10 ) Menghukum diri

3.4K 811 125
                                    

Jangan lupa untuk membaca note yang aku tulis di paling bawah bagian ini, ya.

Terimakasih, dan selamat membaca <3


-----


Arjuna kira, Aji hanya sedang dalam kegabutan hingga mengiriminya lokasi tanpa pesan tambahan lainnya. Dirinya baru ingin mengabaikan pesan lokasi tersebut, hingga belum ada satu jam setelah ia menerima pesan tersebut. Aya menghubunginya dengan suara bergetar serta isakan yang tertahan.

"Arjun, gue takut"

Dalam kepanikan, terpaksa Arjuna langsung pergi begitu saja. Meninggalkan Yudha dan janjinya untuk mengerjakan tugas grafis malam ini di kosan Yudha, walaupun pada akhirnya Yudha mengumpatinya sebagai bentuk kekesalan laki-laki itu karena telah di tinggalkan begitu saja.

"Brengsek lo! kalau ninggalin di tempat yang terang kek. Ini di parkiran FSRD! Udah tau di sini remang-remang kayak tempat nganu"

"Nganu deh lo sama Ani, biasanya di pohon deket halte dia"

"Anjing!"

Berakhir dengan Yudha yang mematikan panggilan secara sepihak dan mengirimi pesan umpatan lainnya kepada Arjuna.

Yudha: Sesungguhnya orang yang meninggalkan temannya adalah orang yang pernah di tinggalin mantan

Yudha: jiahh Nadiba wkwk

Sialan, kisah cinta Arjuna yang gagal malah dijadikan pelampiasannya.


Untungnya situasi saat ini lebih genting daripada meladeni Yudha yang tidak jelas, Arjuna menghembuskan nafasnya dengan sedikit tenang ketika Dokter mengatakan Aji sudah bisa di pindahkan ke kamar rawat. Ya walaupun harus di rawat itu lebih baik daripada bocah itu menetap terlalu lama di IGD, melihat bagaimana darah keluar begitu banyak dari tubuh Aji benar-benar membuat Arjuna merinding bukan main. 

Terlebih Aya, yang masih sesenggukan dengan bahu gemetar menunggu Aji di depan rawat inap. Gadis itu enggan masuk dan memilih duduk di kursi besi di depan kamar rawat Aji, Arjuna memaklumi, siapa juga yang tidak syok melihat saudaramu secara tiba-tiba berlumuran darah tanpa sebab seperti tadi?

Arjuna meraih telapak tangan Aya, menyelipkan sebotol air mineral yang setidaknya bisa membuat tenggorokan gadis itu tidak kering karena menangis hebat, "Gue tinggal sebentar gapapa? gue ngabarin yang lain dulu."

Aya mengangguk lemas, "Makasih banyak" ucapnya dengan suara parau.

"Sebentar" ucap Arjuna berjalan menjauhi Aya, setidaknya memberikan gadis itu ruang untuk bernapas setelah kepanikan luar biasa yang di alami gadis itu sebelumnya.

Dalam waktu singkat, Arjuna sudah menghubungi semuanya. Levi yang langsung mengiyakan tanpa alasan, Dirga yang katanya akan datang bersama Mahes dan Hema, dan Nandra yang kebetulan masih di rumah sakit yang sama sehabis menemani ibunya dan mengatakan akan langsung ke lantai dimana Aji di rawat. 

Arjuna melirik Aya dari kejauhan, gadis itu masih duduk termenung menatap lantai lorong rumah sakit. Mengingat bagaimana respon yang lain, yang katanya sama sekali tidak menerima share location dari Aji.

"Kebetulan atau memang lo lagi ngasih gue sebuah tanda, Ji?" gumam Arjuna dengan pelan.

Arjuna menepis pikirannya, memasukan ponselnya kedalam saku dan berniat kembali hingga langkahnya harus terpaksa berhenti ketika seorang wanita paru baya dengan tas jinjing hitam khas kantoran mendatangi Aya hingga—

[1] 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘵.𝘢 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang