( bagian 21 ) Cengkrama rintik petang

1.6K 436 130
                                    


"Ini bukan jalan ke rumah gue deh, Jun"

"Emang"

Netra yang tadinya sibuk dengan tetesan gerimis pada kaca mobil kini teralih, "Lah, terus?"

Tangan Arjuna memutar kendali mobil yang dibawanya, membelokan arahnya menuju kiri pada persimpangan tiga arah barusan. Gerimis kecil yang menerpa kaca mobil miliknya perlahan membesar, bersamaan dengan kabut kelabu tipis yang hadirnya bersamaan dengan hujan.

"Mampir dulu," sautnya tanpa menatap balik Aya, bahkan tanpa melihat raut wajah gadis yang berada disebelahnya Arjuna sudah tahu bahwa gadis itu dilanda kebingungan.

"Kemana?"

"Coffee shop-nya Levi"

"Sejak kapan Levi punya coffee shop?!"

Mata Arjuna menyipit begitu saja setelah mendengar teriakan Aya, pasalnya gadis itu berteriak tepat di telinganya padahal jarak dirinya dan Aya hampir satu meter. Netranya melirik Aya berniat membungkamkan sumber suara cempreng yang menyakiti telinganya, "Lo gak mau mati muda, kan?"

"Kok jadi bahas mati, sih?"

"Astaga Aya, " keluh Arjuna sembari mendorong pelan tubuh yang lebih kecil darinya itu bersandar pada kursi mobil, "suara lo bisa bawa kita sampe ke neraka"

"Jawab dulu, kenapa Levi punya coffee shop?"

"Ya dia punya duit"

"Bukan gitu, Arjun. Maksud gue tuh kenapa gue gak tahu kalau si cindo itu punya coffee shop?"

"Buat apa juga lo tau"

"Ah, lo rese"

Aya sepenuhnya menyandarkan tubuhnya pada kursi, tangannya menyilang didepan dada dengan netra yang kembali menatap setiap tetes air yang jatuh mengenai kaca mobil. Mulutnya boleh saja tertutup rapat, namun dalam dirinya sudah menyumpah serapahi Arjuna yang bagi Aya cukup menyebalkan hari ini.

Kecepatan mobil mengurang dan terhenti tepat di persimpangan jalan, dari balik kaca mobil Aya dapat melihat beberapa pengguna kendara roda dua menepi di sebuah halte pada tikungan. Beberapa langsung membuka jok motor dan mengeluarkan jas hujan milik mereka, dan ada juga yang memilih meneduh hingga air hujan berhenti membasahi.

"Arjun"

Sang pemilik nama hanya berdeham, sembari kembali menjalankan mobilnya dibalik kemudi.

"Kayaknya gue gak bakal punya anak deh"

Bohong jika dalam ketenangannya Arjuna tidak terkejut, sudut matanya melirik Aya yang masih menyandarkan tubuhnya pada jendela mobil, "lo ngelindur?"

"Gue juga gak mau nikah"

Detik pada lampu merah masih menghitung mundur pada detik ke sembilan puluh, merasa masih cukup waktu Arjuna melepas sabuk pengamannya. Secara mengejutkan menarik bahu Aya untuk berhadapan dengannya, netranya menelisik lebih dalam tatapan terkejut yang Aya berikan padanya. Kelopak mata Aya bergerak naik turun beberapa kali, kebingungan dengan Arjuna yang berjarak cukup dekat dengannya saat ini. Terlebih dengan bagaimana laki-laki itu memandangnya begitu dingin, seperti-

"Gue gak tahu gimana reaksi Aji kalau denger ini"

Tangan Arjuna berpindah dari bahu Aya, kepalanya bergerak menengok ke kursi belakang guna meraih jaket denim yang biasa ia simpan di dalam mobil. Ketika mendapatkan apa yang ia cari, langsung saja Arjuna memberikan jaket denim miliknya kepada Aya dengan cara mengubah fungsi jaket itu untuk menutupi kepala dan sebagian tubuh Aya. Beberapa setelah perlakuan yang Arjuna berikan, terdengar suara gemuruh yang mana membuat Aya sontak mengubah posisi duduknya.

[1] 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘵.𝘢 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang