A Sweet Escape (II)

18.6K 583 20
                                    

"Ali," ucapnya pelan saat melihat Ali berdiri tepat didepannya. Jantungnya terasa berhenti berdetak saking kagetnya. "Kamu ngapain disini?" tanyanya. Tenggorokannya tercekat sehingga suara yang dikeluarkan terdengar aneh.

"Yang pasti bukan mau melarikan diri," sindir Ali menatap kedalam mata cokelat Prilly. Ia berjalan maju mendekati Prilly. "Aku kangen sama kamu," ucap Ali tulus, matanya masih belum beralih dari jernihnya mata Prilly.

Prilly masih terdiam. Tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Lima menit yang lalu ia masih tidak percaya dengan pemandangan indah yang berada tepat didepan matanya. Kemudian sosok pria yang membuatnya ingin melarikan diri, malah berada dihadapannya. Apakah ia sedang berhalusinasi? Iya, ia pasti sedang berhalusinasi. Tubuhnya juga seperti tidak menginjak daratan, ia seperti melayang. Sedetik kemudian ia baru sadar kalau ia tidak sedang berhalusinasi saat tubuh berisi Ali memeluk erat tubuhnya. Ah, iya, Prilly butuh pelukan itu agar ia tidak terjatuh karena lututnya sudah tidak sanggup menopang tubuhnya sendiri. Ali benar-benar ada disini. Ia sedang berada dalam pelukan Ali. Perasaan dan Egonya sedang berperang hebat saat tangan Prilly hendak membalas pelukan Ali.

Prill, jangan. Kamu kesini ingin menjernihkan pikiranmu dari dia Prill. Jangan lemah Prill. Teriak egonya kencang.

Akui aja lah. Kamu kangen banget kan sama dia. Kamu emang bisa ngelewatin hari-harimu tanpa dia? Jangan munafik. Sedangkan hatinya malah menuduhnya munafik karena tahu pasti, Prilly sangat merindukan Ali.

Prilly mengangkat tangannya memeluk tubuh Ali, erat. "Aku kangen banget sama kamu," kata Prilly menenggelamkan wajahnya didada Ali. "Aku gak bisa jauh dari kamu. Aku belum siap kehilangan kamu," lanjutnya lagi.

"Aku gak siap dan gak akan pernah siap. Jangan pergi lagi, Prill," ujar Ali lembut.

"Maafin aku ya kalo aku egois," Prilly terisak. Ali hanya diam tetap memeluk Prilly dengan erat. Mereka masih diam dalam dekapan tubuh pasangannya sampai sebuah suara terdengar diantara menggoda mereka.

"Nah gitu dong yang akur. Duh romantis banget sih," ledek Jamie. Milly yang berdiri disamping Jamie hanya tertawa. Sedangkan Prilly dan Ali langsung melepaskan pelukan mereka. Wajah keduanya terlihat memerah. Mereka salah tingkah.

"Eh udah gapapa lanjutin aja pelukannya," kali ini Milly yang menggoda. "Jamie sih jail, gangguin orang lagi mesra-mesraan aja lo."

"Yaudah deh kita cabut duluan," Jamie menarik tangan Milly menjauh dari tempat Ali dan Prilly.

Ketika mereka tinggal berdua, Ali menatap Prilly yang sedang memandang ke alam didepannya. Ali meraih tangan kanan Prilly, digenggam dan dicium punggung tangannya. Prilly menoleh, matanya bertemu dengan mata tajam Ali. Jantungnya kembali berdetak tidak beraturan saat melihat Ali mencium tangannya sambil menatapnya tajam seperti ini. Ia merasa seperti terintimidasi dengan tatapan Ali. Ali melepaskan ciumannya ditangan Prilly matanya masih terus menatap mata cokelat gadis itu. Tangannya kembali bergerak, meraba pipi Prilly. Dielusnya dengan lembut, wajah Ali pun semakin mendekat sampai hidung mereka saling bersentuhan.

"E-eh. Maaf, maaf," lagi-lagi suara seseorang mengganggu mereka membuat Ali menjauhkan wajahnya dari Prilly. Ali dan Prilly menoleh ke sumber suara. Pria yang meminta maaf itu tersenyum manis memamerkan gigi putih dan lesung dipipinya. "Sorry."

Ali tersenyum masam. Prilly yang belum pernah melihat Pria itu hanya terdiam memandang dengan tatapan bingung. "Oh iya, Yang, ini Mas Ryan. Kamu inget gak waktu kamu ulang tahun, kan ada video gitu, nah Mas Ryan ini yang bantu aku buat video itu," ujar Ali memperkenalkan Ryan pada Prilly.

Sweetest DrugTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang