Farewell

18.1K 578 2
                                    

Hari ini adalah hari terakhir shooting sinetron yang Prilly dan Ali bintangi. Dari awal pihak produksi memang hanya mengontrak sampai episode 350. Dari semalam semua pemain dan crew sengaja tidak pulang, hanya untuk merasakan menginap terakhir kali ditempat mereka shooting. Shooting yang berjalan selama kurang lebih satu tahun membuat semuanya sudah sangat dekat seperti keluarga, bukan hanya para pemain tapi juga crew. Para pemain dan crew sudah sangat akrab.

Keadaan lokasi saat ini sangat berbeda, suasana duka sangat kental terasa disini. Duka karena akan segera berpisah dengan orang-orang yang sudah mereka anggap sebagai keluarga sendiri. Dari semalam, kebanyakan dari para pemain tidak bisa tidur. Mereka memanfaatkan waktu terakhir untuk bersama.

Prilly yang pada dasarnya memang cengeng, tidak bisa berhenti mengeluarkan air mata dari semalam. Ia memeluk lengan Mila yang saat itu sedang duduk disampingnya. Mila juga sesekali mengeluarkan air mata.

"Udah ah Prill," kata Mila lembut. "Gak capek emang nangis terus dari semalam?" Mendengar perkataan Mila, Prilly malah semakin terisak. "Yah makin kejer,"

"Masih belum bisa ngebayangin gimana besok udah gak shooting sama kalian. Aaaah gak bisa," tangis Prilly kembali pecah.

"Udah sekarang ini kita manfaatin hari terakhir bareng-bareng. Ya?" kata Mila mengusap rambut Prilly. "Gue mau mandi dulu. Lo istirahat sana. Dari semalam gak bisa tidur nanti malah ngantuk," Mila pun berjalan meninggalkan Prilly yang masih menangis.

Bukan Prilly saja sedih karena harus berpisah, semua pemain juga merasakan hal yang sama. Hanya saja, cuma Prilly yang terlalu mengekspresikan apa yang dirasakannya. Prilly mencoba tenang. Ia menarik nafasnya dalam, tidak ingin membayangkan hari esok. Karena kalau ia membayangkannya lagi, air matanya tidak akan bisa berhenti. Ia berjalan keluar dari ruangan, ingin menghirup udara pagi terakhir disini.

"Prill?" sapa Kevin yang semalam tidur dikamar bawah. "Mata kamu bengkak banget,"

"Iya, Kak," Prilly hanya tersenyum. Lalu berjalan keluar rumah. Ia berdiri diam didepan teras rumah, menarik nafas dalam lalu membuangnya. Hatinya kembali sakit mengingat hari ini terakhir shooting. Ia tidak pernah sesedih ini jika film atau sinetron yang ia bintangi akan tamat. Sejujurnya ia sangat benci dengan perpisahan, dalam hal apapun itu. Matanya kembali mengelurkan air mata. Sebenarnya bukan masalah jika matanya bengkak atau air matanya habis, tapi sakit dihatinya yang tidak bisa ia tahan. Jangan nangis kek Prill, kenapasih lo cengeng banget. Stop please, katanya menenangkan diri sendiri. Namun bukannya tenang, air matanya malah semakin tidak mau berhenti.

---

Ali membuka matanya yang masih terasa berat. Semalam ia tidur sangat larut karena mengobrol dengan semua pemain. Ia melihat kesekeliling, masih ada beberapa pemain yang masih tidur tapi Prilly sudah tidak ada. Dengan badan yang masih melayang karena baru saja bangun, ia berjalan hendak mencari Prilly.

"Bang?" panggil Ali ketika ia melihat Kevin baru saja naik keatas.

"Eh? Baru bangun lo?"

Ali mengangguk. "Bang, liat Prilly?"

"Tadi sih pas gue dibawah, dia lewat mau keluar," katanya.

"Oh yaudah. Gue kebawah dulu, bang," kata Ali lalu menuruni tangga. Sampai dibawah ia melihat Prilly didepan pintu. Entah apa yang sedang dilakukan gadis itu. Tangannya direntangkan kesamping lalu wajahnya menatap kelangit. Ali berjalan menghampiri Prilly. Belum sampai ditempat Prilly, ia mendengar suara isak tangis Prilly. Ia segera mempercepat langkahnya.

"Eh, kenapa?" kata Ali memegang lengan Prilly. Prilly menggeleng tidak mengucapkan apa-apa, hanya terus menangis. "Kenapa sih? Eh," katanya masih terus menggoncang lengan Prilly.

Sweetest DrugTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang