dipertemukan, bukan berarti dipersatukan.
⛓️⛓️⛓️
Syifa, Inka, Nadin, dan Alfin tentunya. Berjalan beriringan, kala mereka melewati Marjan.
Suara Kidal yang menggelegar menghentikan langkah mereka.
"Cipaaaaaaa!!!" teriak nya
Pemilik nama asli Arga itu menghampiri Syifa dengan semangat 45.
Menjemput pujaan hati, untuk disinggahi. Persetan dengan para pekejar hati perempuan itu, si puan hanya bermodal 'berani' untuk bisa menjadi pujangga hati.
Satu tahun, dengan dua belas bulan.
Satu hati, dengan incaran dua belas bintang.
Ia, hanya bintang redup diantara bintang terang yang memuja si gadis yang menjadi ibu bulan.Walau hati berkata mundur, walau raga bersikap menahan. Niat diri ia ingin mengejar, mengejar yang mungkin tidak dapat dimiliki.
Heii, apa salahnya mencoba dahulu?
Si pemuda di ruang hati yang kelam, tengah gincar membereskan serpihan-serpihan luka, sendiri, bersama butiran air mata.
Apa salahnya jika ada sorang cantik membantu membuang serpihan itu? Membantu membangkitkan raga rapuh nya.
Walau tertatih, walau beringsut, walau dengan seberat beban. Tangis itu, terganti dengan tawa. Sedih itu, tergeser oleh bahagia.
Tamat sudah cerita dahaga lelah, kini si puan telah puas dengan cerita 'Bintang redup, dengan si ibu Bulan'
"Kidal." dialog ramah Syifa pada Kidal
"Pulang bareng yu?" ajak si Kidal seraya membenarkan rambut nya, disuir sana sini menarik perhatian kaum hawa
Menampilkan senyuman tipis, dengan mata nya yang teduh. Lupakan sirat lelah pada wajah tampan nya itu, biarkan kata "iya" mendorong si lelah.
"Syifa bareng gue," cibir Alfin
"Bacot ah, mulut lo bau tai." cicit Kidal tak kalah sengit
"Kidal kasar bilangin ke si Mamih lho," ancam Inka
"Ampun sepupu,"
"Hayu Syifa," ajak Kidal pada Syifa
"Aku bareng mereka Dal," sorot mata Syifa yang bersalah
"Yeh, gapapa. Sok aja kamu sama Kidal, aku sama Inka biar belakangan" bela Nadin
"Ih aku ga enak," cicit Syifa
"Udah gapapa, santai. Aku juga sama si Dion, si Nadin sama si Rama." ikut Inka
"Tuh, hayuh."
⛓️⛓️⛓️
"Kamu percaya ga kalo aku bisa bikin cewe-cewe ke pelet sama aku?" tanya Kidal dengan tangan yang fokus mengendarai motor milik Irham
Bahkan tanpa sadar, Kidal menggunakan kata 'aku kamu' bukan bahasa formal yang sering ia gunakan.
"Hah? ngga tuh," kekeh Syifa
"Yahh, kenapa?" tanya Kidal dengan nada putus asa
"Ya ngga aja, ga percaya. Soalnya kalo percaya sama kamu, musyrik Dal" kekeh Syifa lagi
"Ya ngga gitu konsep nya Wati!" -Kidal
"Wati? siapa itu?"
"Tukang nasi uduk di depan."
"Kamu samain aku sama tukang nasi uduk?!"
"Iya, kenapa emang nya?"
"Ck! dasar Yanto!"
"Yanto? saha eta?"
"Tukang kebun di depan, hahaha"
"Kamu nyamain saya sama tukang kebun?" tanya Kidal yang kembali dengan bahasa formal
"Iya, kamu aja samain aku sama tukang nasi, masa aku ga samain kamu sama tukang kebun sih?"
"Hm, saya Doyan, kamu Buwat. Saya Dodo Yanto, kamu Bubu Wati, ceum mane?" swag Kidal
"Boleh!!" antusias Syifa
"Kamu tau piramid?" tanya Kidal
"Tau, kenapa?"
"Bapa saya yang buat,"
"Fir'aun dong?"
"Buset, b-bukan lah"
"Kata kamu?"
"Heem salah, tau tangkuban perahu?"
"Tau, gunung itu kan?"
"Heem, itu saya yang nendang"
"Durhaka dong kamu sama ibu kamu? kamu suka ibu kamu dong?"
"Edan, bukan gitu uset.."
"Kata kamu?" -Syifa
"Hm.. Mamih, Bapa saya mah punya bakat sendiri, Mamih saya jago bikin puisi, bapak saya jago kopi,"
"Terus, kamu jago bikin apa?"
"Bikin rumah tangga sama kamu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
A R G A 87
Romansa______________________ ♬ 🍄♬ _____________________ Arga Arshavin Madika atau lelaki yang kerap dipanggil Kidal ─ itu tak menyangka bahwa gadis yang ia kagumi diam-diam telah masuk ke dalam sisi gelap dari dunia Kidal. Kidal berharap Syifa ─ gadis y...