Chasing Star - 3

28 2 0
                                        

Pertandingan voli Narel sudah selesai sejak tadi. Tentu saja dapat juara walau ke-3. Kali ini tugasnya menjaga bazar bersama temannya yang lain. Sepertinya pengeluaran mereka lebih sedikit dari keuntungan karena pelanggan tidak berhenti-henti datang. Bukan hanya berlima, tapi anggota kelas yang tidak bertugas ikut membantu, seperti Reza, Alif, Farah dan beberapa lainnya. Dewa dan Binta sedang melihat pameran seni di kelas 11, Paula mengambil minuman di tempat satpam yang tadi mereka pesan lewat online.

"Nih, Shel, baru lagi." Narel memberikan tiga kertas pesanan yang habis ditulisnya. Di sana mereka berbagi tugas. Ada yang mencatat pesanan, ada yang membakar dan membungkus. Kali ini Narel mencatat pesanan, Shella dan Reza membakar sosis dan Farah yang membungkus.

"Sosis besar tiga sama fish roll dua." pesan Hanif. Dia tiba menggunakan jersey kelasnya berwarna hitam putih. Rambut dan bajunya terlihat basah oleh keringat.

"Yah, sosisnya tinggal dua." ucap Narel sambil menunjuk wadah hampir kosong.

Hanif menghela napas lalu memanggil temannya. "Ray! Lo enggak dapet sosis!"

Narel mencari siapa yang Hanif panggil dan ternyata Raya yang sedang memotret beberapa teman sekelasnya dan sekarang dia menuju stand bazar.

"Oh udah mau habis ya, gue bagi punya lo aja, deh, Nif." ucap Raya enteng seakan sudah akrab dengan Hanif. Cowok itu langsung protes dan menarik kamera dari tangan Raya.

"Apa-apaan! Enggak!"

Tidak nyaman dengan pemandangan di depannya, Narel akhirnya membuka suara. "Jadi beli, enggak? Mau ditutup standnya." dia menatap Raya dengan jutek.

"Jadi, jadi." Raya menjawab lalu pergi menunggu di tempat lain.

Mereka jadi pelanggan terakhir. Shella masih membakar dan yang lain merapihkan properti. Sebagian lagi sedang bersiap menonton teman sekelas yang akan tanding badminton. Hari sudah mulai siang, beberapa perlombaan sudah mendapat juara dan ada yang masih berjalan. Stand bazar pun banyak yang mulai tutup dan final bulu tangkis sedang dinantikan oleh kelas 12-7.

"Masih bakar-bakar, Shell? Anteng banget." gurau Paula sambil memakan kentang goreng bumbu kesukaannya.

"Terakhir, ni. Narel yang jaga lagu keras kaya pakai pelet." Shella terkekeh dengan menaik turunkan alisnya.

"Gue jampe-jampe semalam. Supaya uang kas balik, terus kita dapet untung hahaha..." Narel memperagakan gerakan-grakan aneh di stand bazar milik mereka.

"Diam, deh, Lam! Malu! Ini bukan kelas." protes Paula sambil menarik tangan Narel.

"Pesanan Hanif, sosis sama fish roll dua, udah matang?" Raya kembali sendirian. Tangannya membawa sebotol air mineral dan handuk kecil.

Teman yang lain biasa saja, Shella pun masih melayani dengan ramah, tapi Narel langsung buang muka melihat Raya. Seakan-akan cewek itu pernah melakukan kesalahan padanya. Padahal pernah berbicara saja tidak pernah.

"Ayo lihat bulu tangkis, kelas kita final sekarang." Dewa memimpin di depan menuju pinggir lapangan sambil memegang bendera kecil di kedua tangannya bersama Binta setelah mengumpulkan teman-teman sekelas agar ikut mendukung.

Bukan hanya para atlet, tapi suporter dari kelas masing-masing juga tak kalah bersemangat. Dari kelas 12-7 sudah menyiapkan poster bertuliskan kata-kata penyemangat, membawa bendera merah putih kecil di tangan masing-masing siswa, memakai baju dengan warna senada dan yel-yel yang ramai. Sedangkan dari kelas lawan, kelas 12-1 tidak kalah menarik. Mereka juga membawa poster, memakai jersey hitam putih dan membawa drum kecil agar lebih meriah.

Chasing StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang