7. Persiapan

44 4 0
                                    

"Lo yakin Ram dua minggu cukup ngurus ini itu?" Tanya Disa ragu. Kini mereka berdua tengah berada di sebuah butik untuk fitting baju pengantin yang akan mereka kenakan nanti.

"Gue yakin Disa" ucap Rama sembari tersenyum menenangkan. Disa mengalihkan wajahnya. Hati Disa ternyata selemah itu astaga.

Beberapa hari ini mereka berdua disibukkan dengan persiapan pernikahan dadakan itu. Tentu saja yang sangat bersemangat atas pesta pernikahan mereka adalah Zia juga Tasya yang secara suka rela membantu mengurus semuanya.

Mulai dari katering sampai hal terkecil seperti sovenir. Padahal acara yang akan digelar tidak terlalu besar, tapi karna ini pesta Pernikahan anak pertama Pak Zidan Radita tentu saja semua harus terlihat mengagumkan.

Satu minggu sebelum pernikahan, Disa mengambil cuti dari pekerjaannya yang tentu saja disambut Renia dengan senang, walau pekerjaan Disa akan tertumpuk lagi.

Dua minggu adalah waktu yang sangat singkat untuk mempersiapkan acara pernikaha. Namun sejauh ini semuanya bisa diatur dengan baik.

Mungkin hanya terkendala dipengurusan surat-menyurat di KUA namun untungnya bisa diselesaikan dengan baik.

"Ram abis ini kita kan milih cincin tuh" Ujar Disa. Kini mereka berdua sudah berada dimobil dan dibelakang sana duduk Tasya yang kini tak menyimak pembicaraan keduanya.

"Iya Disa terus?"

"Gue mau beli dua boleh?" Rama menatap Disa bingung. Sedang Disa hanya terkekeh geli.

"Kenapa dua?"

"Jadi gue mau satu itu emas yang seperti rencana awal. Nah yang satunya lagi yang imitasi aja ya Ram. Boleh ya?"

Rama lagi-lagi mengerutkan alisnya namun kali ini terlihat sangat tampan, membuat Disa tersipu malu sendiri. Melihat itu Rama terkekeh. Bisa-bisanya Disa blushing saat mereka sedang beradu argumen seperti ini.

"Buat apa sih? Kenapa dua?" Tanya Rama kini dengan lembut.

"Ya gue punya alasan Rama, yaya boleh ya?" Tanya Disa bersungut-sungut dan pada akhirnya disetujui oleh Rama.

"Harusnya tadi aku nggak ikut" Ucap Tasya yang merasa terabaikan. Disa dan Rama hanya terkekeh pelan, sedang Tasya kini mencebikkan mulutnya kesal.

"Tasya mau es krim?" Tawar Disa membuat mata gadis yang ditanyai langsung berbinar.

"Huuuuuu nggak asik ngambeknya minta disogok es krim" canda Rama yang kemudian mendapat pukulan pelan dari sang adik. Bukan marah, Rama malah tertawa kian keras kemudian tak henti mengejek Tasya.

Hari demi hari berlalu. Disa merasa waktu begerak sangat-sangat cepat. H-1 Disa benar-benar terlihat cemas. Yang ia lakukan saat ini hanya berjalan mondar-mandir dikamar dengan mulut komar-kamit merapalkan doa entah apa.

"Dis, bisa stop mondar-mandir kayak setrikaan nggak? gue capek liatnya" Ucap Husna kini tak digubris oleh wanita itu. Merasa diabaikan, Husna memilih merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamar Disa dirumah Dilla.

Disa memang menggelar pesta pernikahannya dirumah Dilla dan suaminya. Mertua Dilla bahkan dengan senang hati ikut membantu menyiapkan acara pernikahan ini. Disa benar-benar bersyukur memiliki orang-orang baik disekitarnya. Sejak kematian orang tua Disa dan Dilla, mereka memang tidak punya siapa-siapa lagi.

"Lo nggak papa Na nginep disini?" Tanya Disa yang kini ikut merebahkan tubuhnya di samping Husna, mungkin telah selesai melakukan ritual kecemasannya. Husna diam lama, tak tau harus mengatakan apa.

"nggak papa Dis. Daripada dirumah, bikin gue bete" Ucap Husna yang membuat tatapan Disa meyendu. Disa paham bagaimana perasaan Husna. Besok Juno dan Fiola juga menikah. Disa jadi merasa tidak enak pada sahabatnya itu. Husna sedang berduka sekarang, bagaimana bisa Disa bahagia setelah melihat betapa rapuhnya Husna hari ini.

"gue seneng Dis, lo nikah besok. Gue jadi punya alasan 'kabur' dari sana"  Husna tersenyum manis, namun begitu mengiris hati Disa. Disa pamah maksud kabur yang ditekankan oleh sahabatnya itu. Disa merentangkan kedua tangannya yang langsung disambut oleh Husna. Kedua sahabat itu berpelukan hangat. Pelukan yang menjadi penyalur Kekuatan untuk keduanya.

" Tapi tadi Juno ngambek ke gue Dis. Dia bilang gue nggak adil. Gue sama Juno lebih lama sabatannya ketimbang gue sama lo. Hahahaha" Tawa Husna terdengar sangat cringe ditelinga Disa. Tak lama bahu Husna  bergetar, membuat Disa megeratkan pelukannya. Disa seperti bisa merasakan perasaan Husna sekarang, Dipaksa mengikhlaskan orang yang disayang itu benar-benar menyakitkan.

'Apa Rama juga merasakan hal demikian?' Batin Disa yang kemudian ia tepis dan buang jauh-jauh. Ia harus mempercayai Rama kali ini. Kalaupun Rama membuat pernikahan ini menjadi sebuah pelarian untuknya, maka Disa yang akan membuat pernikahan ini menjadi perjalanan terakhir Rama dalam mencari cinta. Dia ingin membuat Rama bahagia.

"Dis" Panggil Husna ketika pelukan keduanya telah terurai.

"kenapa?"

"Bahagia ya Dis" Ucap Husna dengan sungguh-sungguh. Matanya seperti mengatakan bahwa Disa tidak boleh bernasib sama seperti dirinya. Disa tersenyum kemudian mengangguk. Keduanya membuat janji jari kelingking kemudia tertawa. Mentertawai tingkah mereka yang masih seperti remaja.

Malam itu keduanya larut dalam cerita, mulai dari bercerita tentang masa lalu hinggak hal-hal tak berfaedah lainnya.

Keduanya menangis bersama tapi kemudia tertawa. Begitu saja sampai keduanya hanyut dalam mimpi masing-masing.

Namun naas, besok harinya keduanya gelabakan setelah sholat subuh. Bagaimana tidak, mata keduanya sembab karna tangis yang tidak bisa mereka bendung tadi malam.

"Astagfirullah Disa, kaget gue. Kok lo berubah jadi panda gitu sih" Rama tertawa diseberang sana. Keduanya kini tengah video call.

"Diem ih, jangan nambah mood gue rusak dong" Ucap Disa bersungut-sungut kemudian kembali mengompres matanya.

"Dis lo bener-benernya. Bisa-bisanya lo nangis. Ntar dikira orang gue yang maksa lo nikah" Ucap Rama kemudian tertawa lagi.

"Rama berisik ih. Lo VC gue cuma mau ngatain ya?" Disa mencebikkan mulutnya kesal. Rama menghentikan tawanya karna teringat tujuannya mem Video call calon istrinya itu.

"Ini loh cincin, yang mana yang dibawa?" Tanya Rama menunjukan kedua pasang cincin yang tempo hari mereka beli.

"Bawa dua-duanya aja Ram. Tapi buat acara nanti pakai yang emas aja" Rama mengangguk-angguk saja kemudian pamit mematikan panggilan videonya.

Disa benar-benar gugup sekarang. Penata pengantin datang, namun cukup terkejut dengan kondisi mata Disa yang sembab. Husna bahkan ikut minta didandani guna menghilangkan sembab matanya juga.

Setengah jam sebelum acara dimulai Disa kini sial dengan pakaiannya. Riasannya sederhana dengan jilbab panjang menjukur menutup bagian dada.

Husna mendapat panggilan dari ibunya. Setelah beberapa menit berbicara Husna kembali duduk dikamar Disa dengan muka kusut.

"Kenapa Na?"

"Mama nyuruh gue pulang"

"Yaudah sana" Husna mengangguk. Walau jelas sekali dari raut wajah wanita itu kalau dia sangat keberatan padahal acara Disa sebentar lagi dimulai.

Tasya masuk ke kamar Disa, bertanda bahwa pihak mempelai laki-laki sudah datang. Jantung Disa berdegup tak karuan.

Acara dimulai.

-------
Hayyy guys wah Disa udah mau nikah aja nih sama si Rama.

Saya mencium bau-bauuuuuu

Ehehehehehe

Gimana pendepat kalian soal part ini?

Vote kalo kalian seneng Rama dan Disa Nikah ya.

Komen kalo kalian sempet oleng ke Affan Ataupun Fiola😎

Gimana perasaan kalian kalo di posisi Husna?

segitu dulu ya cin,

BTW gue tadi sempet badmood nulis ini part gara-gara kehapus padahal udah cucok banget.

Tapi pada akhirnya satu part rampung lagi walau yaa cukup menguras emosi.

Yaudah lah yaaa, sampai jumpa dipernikahan Disa-Rama

Babay

-AuthorCans😎

My Ex-EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang