“lo kenapa sih Dis? Orang ya kalo patah hati itu kurusan lah elo malah gendutan” gerutu Husna yang jengah melihat Disa terus memakan pizza dengan lahap. Satu kotak dihabiskannya sendirian. Belum lagi di depan wanita itu banyak sekali cemilan yang lain.
“Stress atau defresi apalagi sakit hati nggak melulu bikin orang lain kurus, Na. Orang dengan emosi yang kurang stabil biasanya akan mempengaruhi pola makan. Tergantung tiap masing-masing orang. Ada yang nggak nafsu makan, ada yang malah nggak pernah ngerasa kenyang kayak gue” Disa kini menarik sebuah tisu kemudian memeras cairan hijau yang kini memenuhi lubang hidungnya.
“lo mau sampai kapan sih kek gini? Udah 5 jam lo nangis, makan, urung-uringan kek orang stress”
“gue emang lagi stress Na”
“kalo elo stress trus ntar siapa yang nyembuhin orang stress?”
“kak Renia, psikiater, banyak kali nggak cuma gue. Lagian psikolog juga manusia, bisa stress juga” lagi-lagi Disa memeras hidungnya membuat Husna putus asa menyadarkan sahabatnya itu
"Seenggak nya lo tau cara menghindari stress itu Dis. Sekarang bangun trus mandi atau gue seret”
Mendengarr itu bukannya berhenti Disa malah menjadi, ia menangis seperti anak kecil membuat Husna berdiri berkacak pinggang.
“ayo mandi nanti Ibu kasih kamu permen” ucap Husna dengan nada lembut dan senyuman seperti ia biasanya menghadapi anak-anak.
“emang gue anak kecil apa?” ucap Disa kemudian mengehentikan tangisnya, ia melap hidungnya kemudian beranjak menuju kamar mandi. Melihat itu Husna berdecih kemudian tersenyum geli.
Namun sesaat kemudian senyum Husna luntur, mengingat cerita Disa tentang kedatangan Rama yang membawa ‘calon’ tepat di depan keluarganya bahkan Disa juga. Masih enggan percaya namun melihat Disa bahkan menangis tanpa henti seperti tadi membuat Husna langsung membenci yang namanya Ramadhan Muhammad Radita.
Bagaimana dahulu bisa ia sangat manis, mengatakan bahwa ia mencintai Disa. Dan sekarang apa?.
Husna tidak ingin bertindak gegabah dengan mencampuri urusan Disa dan Rama, namun jika Rama menyakiti Disa sampai seperti ini.
Jangan harap Husna akan membiarkan Disa kembali pada Rama bagaimanapun caranya.
Rama tidak tau selelah apa Disa menunggu kehadirannya. Rama tidak tau sebanyak apa lelaki yang Disa tolak hanya untuk menunggu Rama. Namun sekarang dengan egoisnya cowok itu mengkhianati Disa di negara sakura sana.Setelah 15 menit di kamar mandi, Disa keluar dengan stelan khasnya di rumah yaitu daster. Wanita itu duduk di depan meja riasnya memandangi matanya yang kini agak membengkak karna menangis sangat lama.
“mampus lo, bengkak ya bengkak deh tuh mata” ucap Husna membuat Disa mendeklik padanya.
“lo kenapa masih di sini sih? Balik sana ke kamar lo” usir Disa tanpa menatap ke arah Husna. Bukannya beranjak Husna malah merebahkan tubuhnya ke kasur empuk milik Disa.
“gue nginep di kamar lo aja Dis. Enak, empuk kasur lo”
“persaan kasur lo nggak kalah empuk deh Na.” Disa kini menatap Husna dengan mata yang disipitkan penuh selidik.
“gue mau nemenin lo Dis. Lo kan lagi broken heart alangkah lebih baik kalo gue temenin. Kan lumayan ada temen cerita gitu”
Disa tersenyum kecil, mengerti. Wanita itu mengoleskan eye cream pada kantung matanya kemudian berjalan menuju ranjangnya lalu merebahkan tubuhnya di samping Husna.
“lo mau cerita apa? Nggak usah pakai alesan yang lain. Kalo mau cerita ya cerita aja”
Husna tersenyum kecut. Disa tau maksud dirinya. Ia memang sangat membutuhkan teman bercerita sekarang namun kondisi batin Disa juga masih tidak bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex-Enemy
Teen FictionIni adalah squel dari Nextdoor Enemy. "Bukankah kita sekarang bukan musuh lagi? Tapi mengapa kamu semakin jauh? Hemm mungkin ini saatnya gue yang berjuang" ~Silna Faradisa ~~~~~~~~~~ Silna Faradisa atau yang akrab disapa Disa. Gadis yang tertutup da...