Part V

933 60 5
                                    

Elin berjalan dengan menundukkan kepala masuk kedalam hotel, Elin tidak percaya diri untuk bertemu dengan teman-temannya ya meskipun sebenarnya Elin sangat ingin beramah tamah dengan mereka. Tapi mengingat dulu semasa SMA nya dia tidak pernah dianggap bahkan menjadi bahan cemoohan yasudah dia diam saja.

"Hey lihat itu, bukankah dia si gendut Elin? Hahaha" seru seorang wanita heboh sehingga mengundang tatapan orang-orang kepadanya.

"Datang juga kamu gendut, ternyata kamu memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi juga ya" ucap wanita satunya lagi.

Elin sangat malu, tapi dia tidak bisa kabur takutnya nanti akan menambah cemoohan orang kepadanya.
Elin hanya bisa tersenyum menutupi sakit hatinya, namun dia sudah terbiasa mendapat perlakuan yang seperti ini, bahkan yang lebih menyakitkan daripada ini sudah pernah dia alami, jadi ini belum seberapa batinnya.

"Tapi sepertinya dia makin kurus, bukankah seperti itu?" ucap pria tinggi sambil menghampirinya dengan tatapan mesum.

Elin memundurkan kakinya satu langkah, Elin takut dengan tatapan pria itu yang seolah-olah ingin mengulitinya.

"Jangan sok jual mahal Elin, seharusnya kamu beruntung diperhatikan pria tampan seperti aku" kata pria itu sambil mendekat dan mengelus-elus punggungnya yang terbuka.

Elin tidak mengelak diperlakukan seperti itu, Ia tidak ingin dianggap lemah lagi oleh orang banyak.

"woww.. Kamu cukup berani memakai pakaian terbuka seperti ini. Sudah berapa banyak pria yang mencicipi tubuhmu hah?" tanyanya sehingga mengundang tawa teman-temannya.

"Akh.. Sepertinya dia sekarang berprofesi menjadi pelacur untuk mendapatkan uang, dia kan Yatim Piatu" ucap wanita tadi lagi.

Sakit!!! Elin sangat hati mendengar dan menerima perlakuan temannya, dia tidak ingin disamakan dengan pelacur. Elin berani datang dan berpenampilan seperti ini karena dia beranggapan dia tidak akan menerima penolakan lagi karena umur mereka telah dewasa. Ternyata masih sama saja.

"Hey.. Bukankah dia tidak diundang? Kenapa dia bisa datang? Merusak pemandangan saja" tanya Veny satu kelasnya dengan nada sinis.

Teman-temannya memandang satu sama lain mencari tahu siapa yang mengundang Elin.

"Jawab!!!" Sentak Veny sambil menjambak rambut Elin.

Elin tetap diam, dan menunduk diperlakukan seperti itu oleh Veny, dia tidak ingin memberitahu kalau Evan lah yang mengundangnya. Dia tidak ingin menambah masalah lagi, jika teman-temannya tahu kalau dia diundang oleh Most Wanted semasa SMA nya dia bisa gawat.

"Kamu tidak bisa mendengar ya" Teriak Veny sambil menuangkan wine ke atas kepala Elin sehingga Wine itu membasahi tubuhnya.

Veny sangat kesal karena ada orang miskin yang datang ke acara reuni mereka, Veny sangat anti dengan hal-hal yang berbau kemiskinan. Dia sangat Arrogant.

Sedangkan teman-temannya yang melihat Elin diguyur wine seperti itu tertawa terbahak-bahak, seolah-olah Elin adalah sebuah badut bagi mereka.
Elin melirik sekitar dengan ekor matanya dan melihat Evan yang juga ikut menartawainya.
Elin sangat kecewa dan sakit hati, Elin kira dia akan mendapat pembelaan dari Evan tapi ternyata tidak, kini Elin tahu kenapa Evan tiba-tiba datang dan memberi undangan reuni kepadanya. Ternyata dia ingin balas dendam dan melihat Elin diperlakukan seperti ini.
Elin sakit hati, Elin benci dengan Evan.
Kini Elin berlari dengan kencang keluar dari hotel itu, dia menghiraukan tawa teman-teman yang meledeknya karena dia kabur. dia merasa tidak akan pernah pantas berada disana sampai kapanpun tidak pantas.

Sedangkan itu Evan yang masih duduk dengan teman-temannya merasakan khawatir dengan Elin, tadi dia bisa menertawakan Elin karena dia merasa dia sudah balas dendam dengan Elin, tapi dia tidak puas. Justru Evan merasa nyeri di ulu hatinya melihat itu semua.
Dia emosi melihat tatapan pria yang seolah-olah ingin menerkam Elin, dia emosi saat Alex mengelus punggung Elin, dia Emosi melihat Veny yang menjambak rambut Elin, dia emosi kalau Elin diguyur wine, dia Emosi akan semua itu!!!.

Dendam Untuk si Gendut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang