Part IV

997 60 3
                                    

"Masuk!!!" tekan Evan kepada Elin, dia masih sangat kesal dengan kejadian di cafe tadi. Bagaimana mungkin ada pria yang mengajak jalan gadis gendut seperti ini "dasar pria bodoh" dumelnya dalam hati.

"Terimakasih" ucap Elin gugup, dia sangat gugup melihat wajah Evan yang ketat seperti lagi sesak pup. "Sepertinya dia lagi ada masalah" batin Elin.

"cihhh.. Ternyata ada juga pria yang mau mengajak kamu jalan" kata Evan dengan raut sinis dan dengan suara ngegas seperti mengajak berantam.

"iya ada, kamu kan?" tanya Elin polos.
Evan sangat terkejut dengan pertanyaan Elin barusan, sebenarnya itu bukan pertanyaan. Tapi itu adalah  pernyataan.
Evan ingin menyangkal karena harga dirinya yang tinggi, tapi dia diam saja.
Evan menghidupkan musik dan lanjut fokus menyetir, dia lagi malas berdebat dengan Elin, ya meskipun melihat wajah kesal Elin adalah kesenangan tersendiri bagi Evan, tapi kali enggak dulu.

Setelah sampai di teras kost Elin, Evan mematikan mesin mobilnya dan melihat Elin yang tertidur, "dasar kebo" kekeh Evan dalam hati.
Fokus matanya menyusuri wajah Elin yang sedang tertidur, terbaca jelas sekali dari raut wajah Elin kalau dia sangat kelelahan, Evan pun mengulurkan tangannya dan mengurut pelan alis Elin agar tidak berkerut lagi.

"Pasti kamu capek sekali ya" ucapnya pelan, takut membangunkan Elin. Sebenarnya Evan bisa saja mengguncang bahu Elin agar dia bangun, namun dia ingin menyerap obatnya sebentar dengan cara melihat dan menyusuri wajah gadis yang sampai sekarang entah kenapa belum bisa dilupakannya, bahkan semakin dilupakan justru namanya makin erat terukir di hatinya.
Besok dan sampai beberapa hari kedepan mungkin Evan tidak bisa mengganggu Elin dulu karena dia akan melakukan penerbangan ke Jepang untuk melakukan bisnis perusahaan ayahnya yang diwariskan kepadanya.

"Bangun!!! Dasar Kebo" Sentak Evan kasar sehingga membangunkan Elin dari tidurnya

"E..eh maaf, aku ketiduran ya" tanya Elin dengan raut wajah terkejut karena sentakan Evan barusan dan jiwanya pun masih belum terisi sepenuhnya, Elin merasa bersalah setelah melihat wajah Evan yang datar. "Apakah dia marah karena aku ketiduran di mobilnya yang mewah ini?" tanya Elin dalam hati.

"Datang ke pesta reuni minggu depan, berdandan lah yang anggun dan gunakan gaun yang sopan!" Perintah Evan kepada Elin.

"Apakah angkatan kita akan melakukan reuni? Kenapa aku tidak tahu dan kenapa aku malah mendapat undangan dari kamu?" cecar Elin sedih karena dia mendapat undangan dari Evan bukan dari teman satu kelasnya dulu.
Apakah sebegitu tidak penting nya keberadaannya, kenapa mulai dari dulu Ia selalu tidak dianggap oleh orang-orang.

"iya, berdandan lah yang elegant dan gunakanlah gaun yang longgar dan sopan. Dan aku tidak tahu kenapa kamu tidak diundang oleh satu kelasmu, yang terpenting ada reuni untuk angkatan kita" ucap Evan.

"Baiklah, terimakasih banyak karena sudah mengundangku dan terimakasih juga karena sudah mengantarku pulang" kata Elin setelah keluar dari mobil Evan

"Ingat untuk datang. Dan ingat Aku tidak akan menjemputmu" kata Evan sambil menghidupkan mesin mobilnya dan segera berlalu dari sana. Dia harus istirahat karena besok dia akan melakukan penerbangan.

"Ya.. Aku tahu itu" ucap Elin meskipun mobil Evan sudah berlalu

*****

"Hai.. selamat pagi mbak Ayu, Selamat pagi mas Dony" sapa Elin ceria

"Pagiii" balas Ayu dengan Dony secara bersamaan.

Dendam Untuk si Gendut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang