Part III

1.3K 92 9
                                        

Evan sangat gemas dengan Elin karena sifat cerewetnya,  seingat Evan dulu Elin itu pendiam tapi kenapa sekarang Elin sangat cerewet sekali. Evan menghentikan langkahnya tiba tiba sehingga Elin menubruk punggungnya. Evan menelan ludahnya kasar karena Ia dapat merasakan gundukan kenyal yang menempel sebentar dipunggungnya itu, ya cuma sebentar. Evan berdehem menghilangkan pikiran joroknya dan menoleh kebelakang melihat Elin yang sedang menunduk sambil memilin jari tangannya,  kenapa Ia menunduk dan kelihatan takut? Semenakutkan itukah seorang Evan?
Evan memperhatikan wajah Elin yang samar-samar karena disini suasananya agak gelap, namun Evan masih bisa melihat pipi chubby nya Elin.
Tiba-tiba Evan menggeram karena Elin menggigit bibirnya pelan,  Evan sangat ingin membantu Elin menggantikan menggigit bibir merahnya itu jika Elin mau.

"Kenapa kamu menundukkan kepala seperti itu? Aku gak akan membunuhmu.  Lagipula aku rugi kalau menghabiskan tenaga dan waktuku hanya untuk membunuh wanita menjijikkan seperti dirimu" Sinis Evan, aduh dia sangat bodoh sekali kenapa dia harus mengatakan itu, bagaimana jika Elin sakit hati dan tidak mau lagi berdekatan dengannya. Evan harus menahan Elin tetap berada di dekatnya, Elin harus nyaman dan tergila-gila dengannya. Hingga tiba waktunya dia jatuh sejatuh-jatuhnya pada pesona Evan dia ingin meninggalkan Elin. Dia harus ingat misinya mendekati wanita ini adalah untuk balas dendam bukan untuk mengagumi bibirnya. dan entah kenapa mata Evan malah menyusuri lekuk tubuh Elin yang berisi apalagi dada wanita itu. Evan pun memukul kepalanya menghalau pemikirannya yang entah kemana.

"Saya kira kamu bakal membunuh saya, disini kan gelap jadi kesempatan kamu untuk berbuat jahat itu besar. Tapi gak mungkin ya, kamu kan baik tadi kamu menolong saya. Saya sangat kagum melihat kamu tadi meninju pria sialan itu. Kamu kelihatan seperti hero yang ada di film mas Dony sering tonton. Saya emmphh.."  Ucapnya terpotong karena ciuman Evan. Elin sangat terkejut, ini adalah ciuman pertamanya dan ternyata rasanya sangat manis ada harum mint yang menguar dari pria ini. Elin kembali menyadarkan diri dan tangan nya ingin memukul bahu Evan namun terlebih dahulu dicekal oleh Evan dan dia didorong ke tembok yang ada di gang itu dan mereka melanjutkan ciuman mereka yang sempat berhenti tadi. Evan gemas karena Elin tidak membuka mulutnya padahal dia ingin melilitkan lidahnya kedalam mulut Elin, dia pun menggigit pelan bibir Elin.

"Aduh.. " Elin mengaduh dan Evan tidak membuang kesempatannya itu dan dia pun memasukkan lidahnya dan kembali mencecap rasa bibir Elin yang ternyata sangat manis seperti dugaannya. Evan menggeram dia menginginkan lebih terlihat dari gundukan di celananya yang tiba-tiba bangun. Dia harus menghentikan ini sebelum Elin nanti jadi membencinya dan menjauhinya sehingga Ia tidak dapat balas dendam. Evan melepas tautan mereka dan Ia memberi satu kecupan penutup, hanya kecupan.

"Apa-apaan kamu hah! Teriak Elin setelah ciuman itu berakhir. Kamu gak tau kalau itu adalah pengalaman pertama saya.  Tapi saya harus memberikan nya kepada pria bajingan seperti kamu. Bagaimana nanti kata suami saya kepada saya pasti dia sangat kecewa. Hiks" isaknya menangis. Dia sangat sedih karena harus memberikan ciuman pertamanya bukan kepada suaminya.

Evan terkekeh dengan perkataan Elin tadi. Apa katanya? Suaminya bakal kecewa hanya karena masalah first kiss saja? Bagaimana seandainya tadi dia kelepasan dan memperkosa Elin,  mungkin saja dia bisa bunuh diri atau mungkin minta tanggung jawab kepadanya. Bahkan diluaran sana banyak perempuan yang sudah tidak perawan, kenapa mantannya ini sangat kolot sekali. Evan pun ingin  memeluk Elin dan menenangkan Elin, namun sebelum dia sempat mengelus surai rambut Elin,  yang ingin dipeluk ternyata terlebih dahulu mendorongnya menjauh dan berlari kencang meninggalkan dia lagi. Evan heran kenapa Elin sangat suka meninggalkannya.

                                 ****

Elin menghempaskan badannya dikasur kamarnya, jantungnya berdebar sangat keras bahkan dia takut jantungnya bakal keluar karena sangkin kerasnya debaran itu. Dia memegang bibirnya dan mengingat bagaimana tadi mantannya menciumnya dengan sangat intens, Elin menendang-nendang kakinya keudara menghilangkan bayangan tentang ciuman tadi, namun entah kenapa bayangan tentang ciuman itu tetap terlintas di pikirannya, bahkan Elin masih sangat ingat jelas bagaimana rasa ciuman mereka tadi, Elin yakin kalau malam ini dia tidak bisa tidur nyenyak.
Elin heran dengan Evan mantannya itu bagaimana bisa dia seenak jidatnya saja mencium Elin.
"Hahhh.. " Elin mendesah kasar menghalau seluruh pemikirannya tentang kejadian yang tadi, dia harus melupakan itu dan dia berjanji dia harus menghindari yang namanya Evan demi menjaga kelangsungan hidup jantungnya.
Elin harus tidur saat ini juga,  kalau tidak besok dia bisa terlambat dan nanti dimarahi oleh Fani lagi.

Dendam Untuk si Gendut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang