"Hmm.. tulisan Historia cantik sekali, aku tidak bisa berhenti melihatnya dan.. wangi" Reiner memegang surat yang dikirimkan Historia pada mereka dan menciumi baunya.
Jean yang berada dibekalang reiner sambil merapikan rambutnya di depan cermin merasa geli dengan apa yang dilakukan Reiner, " berapa kali aku sudah bilang padamu, berhentilah bernafsu pada wanita yang telah menikah. Menjijikan."
Armin dan Connie hanya menyaksikan tanpa berkata apapun.
"bagaimana denganmu, Jean? kenapa kau begitu sibuk merapikan rambutmu? siapa yang ingin kau buat terkesan?" Suara lembut dan halus dari wanita mungil berambut hitam itu seketika melemparkan pertanyaan kepada Jean yang sejak beberapa menit yang lalu selalu sibuk dengan penampilannya.
"untuk para gadis yang membaca buku sejarah." Jean menjawab pertanyaan dengan singkat tanpa menoleh kearah Pieck.
Selagi Reiner membalas perkataan Jean sambil mengejek, wanita mungil itu terdiam dan tak berkata apapun lagi.
"Pulau Paradis sudah mulai terlihat sekarang." Annie masuk ke dalam ruangan dan memberitahukan kepada mereka bahwa sebentar lagi mereka akan bersandar di pelabuhan pulau paradis.
***
Armin berkata tentang memberitahukan segala hal yang telah mereka alami, tentang Rumbling, pandangan dunia bahkan tentang Eren. Armin, Annie, Connie, Reiner, Jean dan Pieck memandang ke arah Pulau paradis yang sudah mulai terlihat.
"Sepertinya sekitar 30 menit kita akan bersandar." Connie berkata sambil menatap ke arah pulau.
"Baiklah, aku akan bersiap." Jean merapikan pakaiannya dan berbalik masuk ke arah kabin.
Pieck hanya tersenyum saat melihat Jean bertingkah seperti itu. wanita mungil itu tetap berdiri di tempatnya untuk beberapa saat dan seperti sedang memikirkan rencana jahil. Tanpa berkata apapun kepada yang lain, dia juga pergi berbalik menuju ke arah kabin.
***
Jean sedang terlihat merapikan beberapa barangnya yang terlihat tergeletak di atas kasur kabin dan memasukannya ke dalam tasnya. Tanpa dia sadari ada sosok wanita mungil yang sedang mengamatinya dari pintu kabin.
"Sebenarnya apa yang sedang kau persiapkan?" Pieck langsung bertanya yang membuat Jean terkejut dan langsung menoleh ke arah suaranya.
"Pieck... kau mengejutkanku." Jean melihat kearah Pieck sambil memegang dadanya.
Wanita itu hanya tersenyum dan berjalan mendekat menuju kearah Jean. "beritahu aku, apa yang sedang kau persiapkan?"
Jean terlihat masih agak terkejut dan juga bingung dengan perkataan Pieck. Dia merasa suasana dalam kabinnya mulai berubah, Jean hanya menatap Pieck yang berlahan mendekatinya. Jean merasa pipinya terasa sedikit panas saat Pieck mendekatinya sambil menatapnya.
"u..untuk para gadis yang membaca buku sejarah." Jean menjawabnya dengan kaku dan canggung.
Pieck masih berjalan maju kearah Jean dengan senyumannya. Tanpa Jean sadari, dia mengambil langkah mundur dan betisnya membentur tempat tidur yang berada di belakangnya yang membuatnya langsung terduduk di atas kasur tanpa memutus kontak matanya pada Pieck."Hmm... jawabanmu membuatku cemburu, Jean." Pieck berkata dengan nada kecewa. Dia berada semakin dekat dengan Jean yang sekarang terlihat lebih rendah darinya.
Jean tidak berkata apa-apa, dia hanya terdiam terkejut dengan ucapan wanita mungil itu yang sekarang hanya berjarak beberapa inchi darinya. Dia mulai membuka dan menutup mulutnya, ingin menjawab tapi bingung.
Pieck mengangkat tangannya dan menyentuh rambut Jean. Wanita mungil itu menyisir rambutnya degan jari-jarinya. "Cemburu? Kenapa?" Jean berkata dengan nada yang lembut, dia sudah berhasil menenangkan rasa terkejutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indo Ver. Just a game (JeanPiku Fic)
FanfictionTHE LAST CHAPTER UPDATED!!! "Kita semua selalu takut akan suatu hal. Tapi, kita hanya perlu sedikit keberanian dan sesuatu yang perlu disyukuri, yang bisa membuat kita tetap melangkah maju."