Note:
Ini adalah chapter terakhir, semoga kalian suka 😘
dan mohon baca pesan-pesanku pada akhir cerita ini ya.. 🥰🙏Hari yang biasa, mereka bangun dan dua orang dari mereka akan menyiapkan sarapan pagi. Dari apa yang mereka tahu, pertemuan dengan para militer Paradis akan dilaksanakan dua hari lagi.
Mereka makan dan berbincang seperti biasa dan membahas tentang pertemuan yang akan mereka lakukan. Mungkin sebagian dari mereka merasa aktivitas mereka pagi ini terlihat biasa saja, tapi tidak dengan Annie.
Dia merasa ada sesuatu yang aneh, suasanya di meja mekan mereka pagi ini terasa berat. Annie memperhatikan teman-temannya yang ada di meja makan ini, satu persatu hingga matanya menangkap gerakan canggung dan tak biasa dari dua orang yang ada di meja itu. Tak sulit untuk menyadarinya, Annie tahu pasti sesuatu telah terjadi.
Dia memperhatikan Jean yang terus melirik ke arah Pieck dan Pieck yang selalu mencoba tak melihat ke arah. 'Mereka ini.' Annie merasa risih dengan apa yang dia perhatikan membuatnya mengeryitkan dahinya dan melirik ke arah mereka berdua.
Annie bahkan tidak sadar sudah berapa lama dia mengeryitkan dahinya dan melirik mereka berdua secara bergantian, hingga dia merasa ada tangan yang menyentu dagunya dan memaksanya untuk menoleh ke sampingnya.
Dia terkejut dengan Armin yang tiba-tiba mencium kernyitan di dahinya, membuatnya berkedip beberapa kali dan Armin yang hanya tersenyum hangat.
Annie tahu jika kekasihnya sudah melakukan hal itu, itu artinya Armin mengerti tentang apa yang ada dipikirkannya. Dia mengerti dengan maksud Armin dan akan berhenti melirik kedua temannya.
"Ughh... yang benar saja? haruskah kalian melakukannya di meja makan." Connie protes dengan apa yang dilihatnya. Membuat Armin menoleh kearah Connie dan melepaskan sentuhannya di dagu Annie.
"Kau merindukan Rosa-Mu?" Armin bertanya dengan nada yang sedikit mengejek.
"Ya, aku merindukannya. Sangat. Hingga ke tulang-tulangku."
Pernyataan Connie itu membuat semua orang tertawa. Setidaknya ada hal yang bisa membuat suasana di meja makan itu sedikit tidak canggung dan membuat perhatian Jean mengarah pada Connie.
"Huh... sepertinya sudah saatnya aku mencari seseorang." Reiner yang tidak pernah mengatakan hal itu membuat mereka terkejut.
"Wow, aku kira kau akan terus tergila-gila pada Historia." Connie menanggapinya dengan tertawa.
"Dia punya keluarga yang indah dan aku sangat senang melihatnya." Reiner menbalasnya dengan tenang. Entah kenapa hal itu tetap terlihat lucu bagi mereka.
"Hei.. Kau berdansa dengan Hitch pada waktu itu kan. Bagaimana dengannya?" Connie menunjukan senyum liciknya.
Reiner mendongakkan kepalanya untuk menatap langit-langit dapur dan mencoba menyusun kata-kata tentang apa yang ada dipikirannya, "Hmm... Dia oke... dan aku bisa merasa kalau dia akan dengan mudah mendorongku ke atas kasur dan aku tak akan pernah bisa menolaknya. Sama seperti dia yang menawariku untuk mengajaknya berdansa, aku tak bisa menolaknya." Dia mengembalikan posisi kepalanya dan melihat ke arah teman-temannya, "Dan aku tidak tahu kenapa."
Mereka semua kecuali Annie, menahan tawa dengan ekspresi Reiner yang bingung.
"Menjijikan." Annie mananggapi Reiner dengan sinis dan menatap kearahnya dengan ekspresi yang tidak percaya.
"Apa? Aku hanya mengatakan apa yang aku pikirkan." Reiner membela dirinya dan Annie hanya mendengus sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Membuat mereka semua melepaskan tawa dan Connie yang terbahak-bahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indo Ver. Just a game (JeanPiku Fic)
FanfictionTHE LAST CHAPTER UPDATED!!! "Kita semua selalu takut akan suatu hal. Tapi, kita hanya perlu sedikit keberanian dan sesuatu yang perlu disyukuri, yang bisa membuat kita tetap melangkah maju."