Ini terasa sangat asing, sudah hampir tiga tahun Jean tidak menelusuri jalanan di Paradis. Menundukan kepalanya dan menyembunyikan wajahnya di balik topi fedoranya. Walaupun kelihatannya orang-orang tidak sedang memperhatikannya, tapi dia tetap harus berhati-hati.
Semua orang tahu, kedatangan mereka ke Paradis tidak akan di sambut dengan baik terutama oleh Yeagerist. Seperti yang pernah Pieck bilang 'tidak heran jika mereka akan menenggelamkan kapal yang sedang mereka tumpangi' dan membuat Jean berpikir 'tidak heran juga jika tiba-tiba ada yang menyerangnya'.
Walaupun dia tidak sedang berjalan di pusat kota, dia tetap harus berhati-hati. Jean menelusuri jalan yang lebih sepi, terlihat tidak banyak rumah yang berdiri di daerah tersebut. Membawa dirinya berjalan lebih jauh kedekat pinggiran hutan. Terlihat dari kejauhan sebuah rumah, kebun dan juga peternakan kecil.
Jean sempat terdiam sebentar, memandangi apa yang ada di depannya dengan seksama. Dari kejauhan, dia melihat seorang wanita yang sangat dia kenal selama hidupnya yang sedang merawat kebunnya. Memandanginya dari jauh membuat dadanya terasa sesak. Dia memberanikan diri untuk menghampiri wanita itu dengan langkah berat dan dada yang sesak.
Saat Jean berada di jarak yang cukup, wanita itu merasakan kehadirannya dan menoleh. Terkejut.
"Hai... apa kau merindukanku?" Jean berkata dengan lembut dan menahan agar suaranya tidak bergetar saat memanggilnya.
Wanita itu berdiri berlahan, masih terkejut, kedua tangannya menutup mulutnya. Terlihat air mulai menetes dari sudut-sudut matanya, "Jean..."
"Ya... aku pulang." Jean tetap berusaha menahan suaranya yang gemetar, merentangkan tangannya untuk mengundang wanita tersayangnya ke pelukannya.
Ibunya, menyambut undangannya dengan tangisan bahagia dan memeluk Jean dengan sangat erat, "Putraku... Putraku... kau pulang.."
Jean agak menunduk untuk memeluk ibunya dengan erat, merasakan air mata hangat ibunya membasahi kemeja putihnya, "aku pulang, ibu." Jean mengulangi kata-kata itu lagi dan menguburkan wajahnya di pundak ibunya.
Ibunya menarik wajahnya dari pelukan Jean secara berlahan dan menatap wajah putranya. Meletakan kedua tangannya di pipinya dan menangkupnya, menyentuh wajah putranya, membelai secara lembut dengan ibu jarinya, memperhatikan wajah putranya dengan mata lelahnya.
"Ibu sangat merindukanmu. Sangat. Lihatlah Putraku, kau sangat luar biasa." Ibunya berkata-kata masih dengan air mata yang mengalir. Membawa tubuhnya kembali kepelukan Jean, "sangat.. sangat.. merindukanmu."
Pada akhirnya Jean tidak bisa membendungnya, meneteskan air matanya di pundak ibunya, "aku juga sangat merindukanmu, ibu." Jean berkata dengan suara yang gemetar dan memeluk ibunya begitu erat.
***Jean mulai merasa tidak asing. Duduk di meja makan dan memperhatikan punggung ibunya dari meja makan yang sedang memasak makanan kesukaannya. Dia hanya diam tersenyum, matanya mengikuti kemana pun tubuh ibunya bergerak. Sangat familiar dan membuatnya rindu.
"Ibu, di mana ayah?"
"Hmm.. ayahmu sedang pergi memancing. Mungkin sebentar lagi dia akan pulang." Ibunya menjawab tanpa membalikan badannya ke arah Jean.
Tatapan mata Jean mulai terlihat sedih, "ibu.."
"Hmm.." Dia menjawab dengan suara lembutnya.
"aku minta maaf." Seketika Jean melontarkan kalimat itu.
Ibunya berhenti sejenak dan membalikan badannya menatap kearahnya. Terlihat dari wajahnya yang merasa bingung dengan apa yang putranya katakan.
"aku minta maaf telah membuat ibu dan ayah kerepotan." Jean menundukan wajahnya, "aku minta maaf karena pergi tanpa bilang apapun. aku minta maaf karena selalu membuat masalah. aku-" kata-kata Jean terhenti saat tiba-tiba ibunya berada di sampingnya dan memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indo Ver. Just a game (JeanPiku Fic)
FanficTHE LAST CHAPTER UPDATED!!! "Kita semua selalu takut akan suatu hal. Tapi, kita hanya perlu sedikit keberanian dan sesuatu yang perlu disyukuri, yang bisa membuat kita tetap melangkah maju."