Chapter 6: Hanya Manusia Biasa

708 67 15
                                    

Note:
Hati-hati mengandung konten dewasa, namun bukan eksplisit.
Dan silahkan gunakan imajinasi kalian 😏
enjoy 😘😘

-Setengah tahun yang lalu, Marley-

Hal ini begitu tidak biasa, jalanan di Marley sangat ramai. Orang-orang keluar dari rumah mereka untuk menikmati kemeriahan yang ada. Banyak makanan yang di jual dan juga suara musik yang tidak berhenti terdengar.

Jean menelusuri setiap jalanan, menikmati kemeriahan yang sudah lama tidak dirasakan. Berjalan berlahan, melihat banyak tawa dan senyum. Selama dua setengah tahun dia berada di Marley dan baru kali ini dia melihat festival di sini.

"Sudah lama aku tidak merasakan festival seperti ini lagi." Jean terkejut dan menoleh ke sumber suara.

Dia melihat wanita mungil yang sangat dia kenal, mengenakan gaun panjang berwarna coklat yang menjuntai hingga pergelangan kakinya dan sweater berwarna coklat muda. Rambut hitamnya tergerai indah dan Jean terdiam melihatnya.

"Jean." wanita itu membuatnya tersadar.

"Pieck. Hai... kau sendirian?"

"Sebenarnya tidak. Aku kemari bersama anak-anak, tapi mereka memutuskan untuk pergi mengunjungi Captain setelah mereka menemukan teh yang mereka pikir dia akan menyukainya. Dan, akhirnya aku sendirian. Kau?" Pieck menjelaskan situasinya.

"Sebenarnya aku tadi bersama Connie tapi dia menghilang karena ingin bertemu dengan Rosa." Connie jatuh cinta dengan gadis yang bekerja di toko bunga di dekat gedung apartemen mereka. Connie bertemu dengannya saat ingin membeli bunga untuk ulang tahun Gabi dua tahun yang lalu. Semenjak saat itu, Jean selalu menjadi tempat bagi Connie untuk mencurahkan segala isi hatinya. Dan yang paling mengejutkan, gadis itu adalah seorang Marleyan.

Connie tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mendapatkan gadis itu. Ternyata bukan hanya Connie yang jatuh cinta, tapi gadis itu juga. Mereka saling menyukai sejak pertama mereka bertemu. Jean pernah mendengar dari Rosa, dia bilang 'Connie sangat manis.' Dan hal itu membuat Jean merasa geli. Tapi, Jean tetap selalu mendukung apa yang sahabatnya perjuangkan.

"Hmm.. dan dengan berakhir kau berjalan sendirian." Pieck memperjelas situasinya.

"Yap.." Mereka akhirnya berjalan bersama menelusuri jalanan yang penuh dengan orang-orang.

"Jujur saja aku merasa aneh dan juga senang. Dulu festival yang ku hadiri seperti ini hanya berisi orang-orang Eldia, tapi sekarang.." Pieck tersenyum memperhatikan orang-orang yang mereka lalui, "Eldian dan Marleyan, mereka semua berbaur satu sama lain dalam satu festival. Apa yang kita lakukan selama beberapa tahun ini bisa membuat hal ini terwujud. Walaupun masih ada beberapa yang tetap mempertahankan perbedaan ras itu."

"Aku rasa aku mengerti." Jean mengingat saat dia menyusup ke Marley untuk penyerangan mereka di Liberio.

Mereka masih terus berjalan menelusuri festival, hingga suara musik yang terdengar dari jauh mulai terdengar dekat. Mereka sampai di mana orang-orang berdansa.

"Jean, kau bisa berdansa?" Pieck bertanya dengan senyum cerahnya.

"Apa?"

Pieck terkekeh, "Ayo." Pieck menarik tangan Jean ke arah kerumunan orang-orang yang berdansa.

Jean dengan pasrah mengikutinya, "Pieck, aku tidak bisa berdansa."

Pieck tertawa kecil, "Kau pasti bisa, ikuti saja iramanya."

Pieck meletakan tangan kanannya di bahu Jean dan dia meletakan tangan kiri Jean di pinggangnya. Membawa tangan kanan Jean untuk menggenggam tangan kirinya.

Indo Ver. Just a game (JeanPiku Fic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang