5. Something I Wonder About

686 84 7
                                    

REMIND ME

Cause I love you, weather it's wrong or right.

Part 5: Something I Wonder About

*****

Hinata's POV

Rumah yang cukup besar dengan tiga lantai bergaya modern dengan desain interior mewah menyambut siapapun yang memasuki pekarangan rumah ini. "Selamat datang di rumah kita, Hinata." ucap Naruto yang mendorong kursi rodaku untuk memasuki rumah.

Aku menyapukan pandanganku ke seisi ruang tamu yang nampak begitu asing bagiku. Aku tak mengerti bagaimana bisa tempat yang asing bagiku menjadi tempatku untukku pulang.

"Okaerinasai, Namikaze-sama." Beberapa maid nampak menyambut dengan memberikan hormat dan tersenyum ramah. Aku yang terduduk di kursi roda hanya bisa balas tersenyum meskipun aku tak sedikit merasa tak nyaman dipanggil dengan marga Namikaze. Sejak aku sadar semua orang disekitarku mengatakan bahwa aku adalah istri Naruto, meskipun tak mengingat itu aku memilih mengikuti kemana arus membawaku. Dan arus itu membawaku tiba di rumah ini.

Masih meneliti setiap sudut ruangan, fokusku terhenti pada sebuah foto berukuran besar yang terfigura indah dan tergantung di atas perapian. Mataku membola sempurna. Bagaimana tidak, wajah itu benar-benar tak asing bagiku. Naruto yang mungkin menyadari apa yang menjadi pusat perhatianku pun kini mendorong kursi rodaku mendekat ke perapian. Aku mendongak untuk melihat foto itu dengan jelas. Tak bisa kupungkiri itu adalah Naruto dan... Aku?

"Itu adalah foto pernikahan kita. Kau begitu bahagia saat itu. Apa kau tidak ingat?" Dapat kurasakan tangan Naruto mengusap bahuku. Pikiranku berperang dengan tubuhku, logikaku mengatakan sentuhan ini tidak benar. Tapi tubuhku seperti menerima usapan lembut dari tangan Naruto. Apa benar aku memang sudah menikah dengan Naruto?

Ah, tidak. Aku ingat betul bahwa Naruto adalah teman dekat Sasuke, lantas bagaimana bisa aku berakhir menjadi istrinya. Lalu kemana Sasuke, kenapa tak kuingat sedikitpun kapan foto itu diambil.

Aku diam, memilih tak menjawab adalah hal terbaik saat ini ketimbang harus memulai perdebatan dengan Naruto. Yang kuinginkan saat ini hanyalah berada di kamar dan aku akan menghubungi Sasuke. Menanyakan pada pria itu kenapa tidak menjengukku sejak aku sadar di rumah sakit atau sekedar menelfonku.

"Ruangan sudah siap, Namikaze-sama."

Sebuah suara membuatku menoleh. Seorang pria tak kukenal lain yang berdiri di sampingku. Dari pakaiannya aku yakin dia adalah seorang dokter. Mungkin dia adalah dokter pribadi yang akan merawatku. Aku menatap pada infus yang masih menancap di tangan kiriku. Dokter di rumah sakit mengatakan keadaanku sudah membaik tapi tubuhku masih memerlukan banyak cairan dan nutrisi. Kudengar dia menganjurkanku untuk dirawat di rumah saja karena beradabdi rumah mungkin dapat membantuku mendapatkan kembali ingatanku.

Aku tahu aku telah dinyatakan hilang ingatan atau sering disebut amnesia, tapi rasanya tidak seperti yang kubayangkan. Aku sering membaca atau menonton kisah seperti ini, tapi tak kusangka akan kurasakan sendiri. Rasanya seperti semua yang kulihat benar-benar salah. Rasanya seperti kemarin aku tertidur dan saat terbangun aku berada di kehidupan orang lain yang bukan aku tetapi aku masih tetap dipaksa menjadi aku yang bukan aku.

Oh, sialnya aku.

Naruto mendorong kursi rodaku ke arah suatu pintu besi. Begitu pintu terbuka aku sedikit terkejut karena yang ada di depanku ternyata sebuah lift. Sebuah lift pribadi di dalam rumah? Aku bertanya-tanya sekaya apa pria yang mengklaik dirinya sebagai suamiku ini.

REMIND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang