8. Way To Remember

702 77 10
                                    

"REMIND ME"

"Cinta ada dan selalu tumbuh tak peduli seberapa keras usahamu memotongnya."

Part 8 : Way To Remember


*****


Gadis bersurai indigo itu masih terdiam dengan sinar matahari yang menghangatkan tubuhnya. Seorang perawat yang hersamanya mengatakan bahwa sinar matahari pagi baik untuk kesehatannya. Apalagi selama dua minggu ja hanya terbaring di ranjang dan kini ia membutuhkan terapi untuk membantu kakiya yang kaku agar dapat berjalan lagi. Gadis itu tidak pernah menyangka selama dua minggu ia terbaring koma. Ia bahkan tidak ingat kenapa dan bagaimana ia bisa berakhir seperti itu.

Pohon apel di depannya nampak berdiri begitu kokoh meskipun beberapa ranting sudah lapuk termakan usia. Rumah ini memiliki halaman belakang yang luas, cukup luas baginya untuk menghirup udara segar.

Masih terbayang di benaknyabsuara gadis yang bersama Sasuke semalam. Pikiran-pikiran aneh mengganggunya bahkan membuatnya terjaga sepanjang malam. Membanyangkan apa yang kedua orang berbeda gender itu lakukan berama larut malam begitu.

"Namikaze-sama, anda mau mencoba berjalan?"

Suara perawat yang mendampinginya membawanya tersadar dari lamunanya. Hinata, gadis itu mengangguk pelan. Perawat itu pun membantunya berdiri. Ia dapat merasakan kakinya menyentuh menapak ke tanah namun masih terasa terlalu lemah untuk menopang tubuhnya.

Hinata kembali terduduk di kursi rodanya. "Sepertinya aku harus membiasakan kakiku dulu." ucapnya pada perawat itu yang dijawab dengan anggukan kepala.

"Apa anda ingin hal lain?" tawarnya.

Hinata menggeleng. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Eum... Ano.. Anak yang datang ke rumah sakit?"

"Ahito-sama?" ucap perawat itu.

"Ah iya, Ahito. Apa dia putra kandungku? Aku tidak melihatnya di rumah sejak kemarin." tanya Hinata penasaran. Meskipun ingatannya hilang, tapi wajah Ahito kecil yang sedih saat ia terbangun di rumah sakit masih tercetak jelas dalam ingatannya. Hal itu sedikit banyak membuatnya merasa bersalah.

"Ahito-sama menginap di rumah kakeknya selama beberapa hari. Apa anda mulai mendapatkan kembali ingatan anda?" perawat itu nampak penuh harap. Namun jawaban Hinata adalah gelengan kepala.

"Entah kenapa aku merasa sedih saat mengingatnya." ujarnya berterus terang.

Perawat itu tersenyum penuh haru, "Itu adalah perasaan tulus seorang ibu." ucapnya lembut. "Anda akan segera mendapatkan kembali ingatan anda."

Hinata masih memutar otaknya, berusaha mengingat kejadian yang menimpanya. Mencari setiap kepingan ingatan mengenai kecelakaan yang dialaminya. Tiba-tiba kepalanya berdenyut nyeri.

"Akh!" rintihnya sambil memegangi kepalanya. Perawat itu segera memeriksa kondisi Hinata.

"Anda baik-baik saja? Apa kepala anda terasa sakit?"

Masih mengerang, Hinata merasa kepalanya berputar hingga membuatnya merasa pening dan ingin pingsan saja. Dengan cepat sang perawat menyuntikkan obat keadalam infus Hinata. Beberapa detik kemudian Hinata mendapatkan kembali kesadarannya yang sempat ditelan rasa sakit di kepalanya.

"Aku ingat." gumamnya.

"Iya?" tanya perawat itu terkejut.

"Ah aku ingat." gunam Hinata lagi. Perawat itu nampak menatap Hinata penuh harap. "Aku terjatuh dan kepalaku terbentur saat sedang mencoba gaun untuk pertunanganku. Jika sudah dua minggu berlalu berarti—" Gadis itu menghitung tanggal dengan jemarinya.

REMIND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang