Hai! Terima kasih telah bersedia membuka aku; iya, aku--Si part ke lima dalam kisah ini. Selamat membaca, teman move on virtualku.
Ini mungkin sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Namun, hati dari masing-masing kita bisa memahaminya. Hebat ya, si hati. Meski telah berulang kali patah, dia tetap tegar untuk memberi perintah pada diri untuk tetap tersenyum. Katanya sih, biar dunia tahu bahwa diri kita itu gapapa dan gak ada yang harus dikhawatirkan.
Tetapi nyatanya, melupakan memanglah sulit. Butuh waktu yang tidak singkat untuk melupakan kenangan yang banyak dengan begitu saja.
"Ah, aku menyerah kalau soal move on!" Padahal, kalau kita mengeluh terus pun gak akan mengubah keadaan. Memangnya bisa, ya? Ketika kita terus mengeluh tentang suatu keadaan eh tiba-tiba keluhan kita menjadi mengubah keadaan menjadi lebih baik. Bukan begitu, realitanya. Yang ada, ketika kita terus mengeluh, malah memperburuk keadaan.
"Makannya, kalau mau move on itu harus pakai niat, dan rasa ingin tau tentang si dia itu kamu tahan." Memang, sih kalau tinggal bicara aja terasa gampang. Tetapi coba kalau dilakuin langsung, ah rasanya susah sekali.
Katanya rindu itu berat, tetapi sekarang aku baru sadar. Bahwa, melupakan itu lebih berat daripada menahan rindu. Kenangannya nakal, ya. Gak mau pergi dari pikiranku, dia keras kepala banget.
Sebenarnya, cara move on nya orang itu berbeda-beda; ada yang harus curhat semua kenangan lama sama si dia ke sahabatnya, ada yang milih pura-pura suka sama orang lain biar dibilang 'sudah move on' padahal nyatanya belum dan ada juga yang menuliskan seluruh kenangannya lewat cerita, quotes, puisi dan sampai jadi suatu buku cetak yang banyak dnikmati oleh khalayak. Terkhusus si pejuang move on tentunya.
Tapi, balik lagi ke diri sendiri. Kalau memang benar-benar susah buat ngelupain, ya jangan dipaksain. Karena ya percuma, bukannya move on, eh malah nyakitin diri sendiri. Hancur gak tuh self-love nya?
Kata temenku yang lagi move on, dia pernah bilang, "Melupakan itu gak susah, justru mengikhlaskannya yang susah!"
Semua susah kalau ngikuti nafsu terus, semua susah kalau gak dipaksain. Ini demi kebaikan diri sendiri, jangan terlalu overthinking terhadap orang lain. Miris banget, kalau nyatanya dia gak ada perasaan lagi sama kita, bakalan nyesek kalau realita nunjukin bahwa dia udah bisa ngelupain kita.
Jadi, mulai dari sekarang pelan-pelan untuk coba lupain, gapapa kalau masih sering kepikiran juga. Nanti pun akan terbiasa, terus coba sampai diri kalian sendiri ngerasa, "Yey akhirnya gue udah berhasil keluar dari zona move on!"
Semuanya bisa jika kita terbiasa, semoga lancar move on nya, kawand!
- yeshaakifa
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketikan Kehidupan
Non-FictionKutipan dan opini dari seorang gadis yang senang mengamati alam dan selalu ingin mengetahui hal baru. Menurutnya, kita sebagai manusia tidak perlu takut untuk beropini, justru beranilah untuk selalu mengeluarkan isi dari logika dan perasaan; selama...