06 - The White Camellia

1.2K 231 18
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM BACA!

Berikan dukungan dengan cara vote dan spam comment 🧚🏻‍♀

Cerita ini adalah fiksi belaka, nama tokoh, tempat, gelar bangsawan, dan bangunan, kebanyakan murni hasil karangan penulis ❗❕

Maaf kalau vibesnya gak sesuai :(

Anyway, selamat membaca!

🅡🅐🅐🅣🅛🅐🅝🅣🅘🅒

London, England 1935

"Kau bercanda?"

Kedua alis Arianna menukik tajam. Ia menyeruput teh hangatnya, tanpa menatapku sedikit pun. Kami sedang berada di perpustakaan. Arianna tengah membaca koran ketika aku mengetuk pintu untuk berbicara empat mata dengannya. "Aku ... tidak bercanda. Ya, ini serius," jawabku apa adanya. Ini perihal undangan Erena beberapa hari yang lalu.

"Kau tidak tahu apa yang sedang kau lakukan," lanjut wanita itu. Ia kembali menyeruput teh kamomil, ya, kesukaannya. Ia tak terlihat menganggap serius ucapanku. Matanya terus fokus ke arah artikel-artikel di koran terbaru itu. Keadaan jadi hening untuk sesaat. Aku terdiam, rasanya lidahku kelu walaupun hanya untuk mengeluarkan sepatah dua patah kata.

Arianna melipat korannya. "Tapi, semuanya terserah padamu. Aku tak sepenuhnya berhak untuk menentang keputusanmu," ucap Arianna. Mataku memicing, setengah tidak percaya. Ia hanya tersenyum datar, seperti biasa. Ia bangkit dari duduknya kemudian menatap sekilas ke luar jendela. Ia berjalan keluar dari perpustakaan. Aku membuntutinya dari belakang, meskipun ia tak berkata apapun. Ia berjalan cepat menyusuri lorong ke arah kamarnya. Gaunnya yang panjang kian menyapu lantai.

"Aku tak ingin memegang kendali atas hidupmu dan Sienna, lagi. Bukankah kalian sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan sendiri?"

Arianna berhenti di depan pintu kamarnya. Ia memutar kuncinya. Harus kukatakan, Arianna adalah tipikal orang yang sangat menjunjung tinggi privasi. Ia tak suka seseorang masuk ke dalam kamarnya. Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar kamar Arianna yang dipenuhi warna emas dan cokelat. Sangat klasik.

Ia juga pecinta lukisan. Terdapat banyak lukisan di ruangannya. Yang mendominasi adalah lukisan wanita-wanita di era Tudor. Beberapa yang kukenal adalah Anne dari Kleve, Anne Boleyn, dan Elizabeth I dari Inggris. Cukup menyeramkan saat malam hari.

Aku menatap potret keluarga yang terpajang sempurna di atas meja. Dua orang dewasa, satu gadis remaja, dan dua bocah perempuan. Itu potret keluarga Rutherford. Arianna memiliki wajah yang sama persis dengan Nyonya Swann Rutherford, dengan bentuk wajah oval dan tulang pipinya yang menonjol. Menawan. Sedangkan Sienna, ia cenderung mirip dengan Tuan William Rutherford. Wajah oriental dengan bentuk rahang yang tegas, sempurna. Dan aku sendiri ... bahkan wajahku saja tidak mirip dengan satu pun orang dari keluarga ini.

Jelas, aku anak dari ayah dan ibuku, Tuan dan Nyonya Kim di Korea Selatan. Meskipun tak sedikit yang mengatakan bahwa wajahku sedikit mirip dengan Sienna. Ingat, sedikit. Tapi aku tak pernah merasa demikian.

Dear JeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang