Prolog

174 26 2
                                    

Dandlestone

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dandlestone.

Dalam sebuah kastil tua di abad pertengahan, seorang laki-laki berdiri dengan melipat tangan memandang ajudannya, Henry Barker, yang baru saja tiba beberapa menit lalu. Leonard Zander Rhys Adelard, matanya mulai beralih pada seorang gadis muda yang dibawa Henry. Dengan segera Leo menyuruh gadis itu berdiri di depannya, mengamati setiap inci tubuh yang sedang ketakutan itu.

"Dari mana kau mendapatkannya?"

"Dia berada di salon kecantikan saat aku menemukannya, sendiri, tanpa mengawal, Yang Mulia."

Leo tergelak, yang lalu tertawa dengan sarkas, "bagaimana Putri secantik dirimu bisa pergi sendirian tanpa pengawal?" Perlahan tangannya mulai terulur untuk mengusap pipi gadis yang tengah terikat tanpa suara.

"Akh!!" Putri yang tidak diketahui namanya itu memekik sesaat setelah kuku runcing Leo berhasil menggores kulit wajahnya lumayan dalam. Tidak mengeluarkan darah, namun itu yang membuatnya merasakan perih luar biasa yang kemudian menyebar ke seluruh wajahnya.

"Lemah." Tukasnya cepat, lalu menampar Putri itu tepat pada goresan luka yang baru saja ia buat.

Henry hanya terdiam tanpa memberikan reaksi apapun. Melihat bagaimana Tuannya memperlakukan mangsanya seperti itu, sudah menjadi hal yang sangat biasa dilihatnya. Masih beruntung gadis di depannya ini hanya mendapat goresan saat pertemuan pertamanya dengan Leonard Zander, korban sebelumnya bahkan diperlakukan lebih mengenaskan. Na'asnya ada yang sudah tewas sebelum eksekusi dimulai.

"Berikan apapun yang dia minta, pakaian bagus, makanan lezat, atau perhiasan mahal. Setelah itu, saat fajar tiba, antarkan gadis ini ke Redford. Aku menunggunya di ruang bawah tanah."

Leo berucap dengan air muka yang sulit terbaca, nada bicaranya datar namun tegas. Henry sendiri yang bahkan sudah menjadi ajudannya selama ratusan tahun, tidak dapat menebak apakah Tuannya sekarang sedang berbahagia atau bersedih.

"Baiklah, Yang Mulia."

Mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Leo, lutut gadis itu terkulai lemas. Ia duduk bersimpuh dengan kepala mendongak menatap sendu lelaki itu. Putri itu tau apa yang akan ia dapatkan di ruang bawah tanah nanti. Kemudian ia bersujud sembari terus merampalkan kalimat ampunan pada sosok Leonard Zander.

Tindakannya itu hanya mendapat tatapan datar dari Leo, yang lalu dengan kuat-kuat dia menendangnya saat tangan gadis itu saat menyentuh kakinya.

"Jauhkan tangan kotormu itu dari kaki ku, Sialan!"

Praktis goresan luka pada wajah gadis itu menjadi semakin dalam. Matanya memejam, menahan tangis serta nyilu di rahangnya, serta darah segar yang mulai mengalir dari hidungnya. Kepalanya pusing, pandangannya perlahan mengabur yang kemudian berubah menjadi gelap. Gadis itu pingsan dengan wajah yang sangat menyedihkan.

"Cepat urus dia. Melihat wajahnya saja sudah membuatku muak."

"Baik, Yang Mulia."

Henry membungkukkan badannya dengan hormat lalu dengan cepat membopong tubuh lemah itu kepada Tabib yang tadi sudah ia sewa sebelum membawa gadis ini ke hadapan Leo. Ia sudah menduga, gadis ini tidak akan baik-baik saja setelah bertemu dengan sosok Leonard Zander.

Setelah matanya mengikuti gerakan tubuh Henry yang perlahan menghilang dibalik tembok batu kastil, Leo mulai melangkahkan kakinya untuk naik dan menemui Tuan dan Nyonya Adelard yang sudah menunggunya untuk makan malam. Sembari dengan hati senang ia menunggu eksekusi esok hari.

"Gadis cantik yang akan bertemu dengan Dewa saat fajar tiba."














"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PERFECT LORD | MARK LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang