Osaka, Japan.
Suara ramai langsung menyambut kedatangan seorang lelaki sesaat setelah ia menginjakkan kakinya di kota ini. Ia terdiam cukup lama didepan sebuah gedung besar sebuah pusat perbelanjaan. Ia berdiri membelakangi gedung itu. Menatap ramainya jalanan kota ini, membuatnya menarik napas cukup panjang. Sebelum akhirnya berbalik, kemudian berjalan masuk kedalam pusat perbelanjaan.
Begitu banyak hal yang ia temui ketika ia berada didalam. Salah satunya adalah wanita yang berdiri ditengah kerumunan banyak orang dengan pakaian yang mencolok. Dengan setelan serba hitam dan kacamata yang menutup matanya, wanita itu tampak sibuk mencari sesuatu.
"Ryuzaki!" Panggil wanita itu ketika ia melihat sang laki-laki memandangnya dari seberang.
Laki-laki yang diketahui bernama Ryuzaki itu membungkukkan badannya, sebelum akhirnya tersenyum dan menghampiri wanita tadi.
"Maaf aku terlambat, Ibu."
Wanita itu juga tersenyum, mengusap lembut surai hitam sang putra. Berikutnya, mereka memutuskan untuk menyingkir dari sana. Menuju sebuah restoran yang berada di lantai 2. Restoran yang mereka pilih memang tidak begitu ramai. Tidak juga sepi. Restoran itu adalah restoran yang menjual makanan Chinese, yang cukup populer di Osaka. Mereka mengambil tempat duduk tepi yang jauh dari jendela dan pintu masuk. Yang menurut mereka cukup untuk menjaga privasi pembicaraan mereka setelah ini.
Setelah memberitahu pesanan mereka, Ryuzaki dan Ibunya duduk berhadapan dan saling terdiam. Mereka saling menyusun kalimat yang akan dikatakan setelah ini.
"Ibu." Ryuzaki memulai percakapan.
Ibunya hanya menatapnya, tidak menjawab sama sekali. Wanita itu menggenggam tangannya sendiri. Berusaha menyingkirkan firasat buruk yang sedang menggerogoti batinnya. Bukan suatu hal yang biasa ketika Ryuzaki dengan tiba-tiba menghubunginya dan meminta untuk bertemu. Ryuzaki bukan seorang yang peduli dengan keluarga. Yang artinya ada hal besar yang akan putra sulungnya sampaikan.
"Tuan Adelard telah menemukanku."
Seolah ada sebuah batu besar yang menghantam, Ibunya hampir lupa cara bernapas saking terkejutnya. Matanya membulat, serta tubuhnya yang menegang membuatnya tidak bisa berpikir tenang. Ketakutan terbesarnya selama ini akhirnya terjadi. Pelarian yang dilakukan Putranya selama lebih dari ratusan tahun akhirnya menemukan akhirnya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang, Ibu?"
Ibunya terdiam. Sebelum akhirnya mengambil napas panjang dan mulai berbicara.
"Dimana dia menemuimu?"
"Kelab yang biasa aku datangi."
Entah helaan napas yang keberapa kalinya, Ibunya tampak sama pusingnya dengan Ryuzaki. Laki-laki itu mengusap wajahnya gusar, kekhawatiranya tentang bagaimana Tuan Adelard akan membawanya dan menghabisinya di Dandlestone.