"Lo sudah siap?"
Cleopatra mengangguk mantap. Kemudian ia berbalik untuk mengambil koper bajunya, dan tas berisi buku-buku yang sudah ia siapkan semalam. Ia hampir bergadang untuk menyiapkan semua itu. Dan drama perpisahannya dengan Permata yang berlangsung selama tiga jam setelah ia kembali dari Danau malam itu.
Tristan melirik tas dan koper yang dibawa Cleo, kemudian ia menahan gadis itu sebelum berjalan lebih jauh. "Lo nggak perlu bawa apa-apa, semua udah disiapkan di asrama baru lo. Ponsel baru, buku, seragam—termasuk seragam tidur lo."
"Tidur juga memakai seragam?" tanya Cleo tak percaya.
"Disana tidak diizinkan untuk menggunakan pakaian bebas kecuali mentor. Mentor pun memiliki aturan pakaian juga."
"Seketat itu?"
"Ya," Tristan mengambil alih koper dan tas Cleo lalu mengembalikannya kedalam asrama lama gadis itu. Kebetulan para siswa sedang mengikuti kelas menjelang pagi, jadilah tidak ada yang mengomel karena Tristan dengan sembarangan masuk kedalam asrama. Sebab, Permata sedang tidak di dalam.
Cleo ingin menolak saat Tristan merebut tas dan kopernya, namun sia-sia karena selisih tenaga mereka yang terpaut jauh. Anak itu mendengus, mengingat usahanya menata pakaian-pakaian dan buku yang ia bawa dengan sangat rapi.
"Ayo, ucapkan selamat tinggal sama kamar lama lo." Ucap Tristan sebelum sepenuhnya menutup pintu itu.
Cleo yang tengah melongok ke dalam asrama lamanya, mencari barang yang tertinggal, sontak menoleh pada Tristan bersama tatapan bingungnya. "Apa gue nggak akan berkunjung kesini lagi?"
Kemudian Tristan melipat kedua tangannya, "bisa, tapi harus dengan seizin gue." Katanya, lalu mengambil langkah terlebih dahulu setelah menutup pintu asrama itu tanpa menguncinya.
Cleo menghela napas lega, "ah, itu mudah." Ujarnya, lalu mengikuti langkah Tristan tanpa mengucapkan selamat tinggal pada kamar lamanya.
Diam-diam Tristan mengulas sebuah senyum sinis saat ia mendengar ucapan Cleo. Apakah anak itu pikir meminta izin darinya semudah itu? Semoga anak itu tidak memutuskan untuk bunuh diri setelah sebulan Tristan mementorinya. Pasalnya ini kali keduanya Tristan menjadi mentor. Beberapa tahun lalu pada murid pertamanya, Tristan diberhentikan karena membuat muridnya meregang nyawa karena pengajarannya. Dia diberentikan untuk beberapa tahun sampai ia kembali mendapat surat izin mengajar.
"Ngomong-ngomong, gimana gue manggil lo? Agaknya nggak mungkin kalau gue memanggil lo Pak Mentor." Tanya Cleo saat mereka hampir menuju lobby utama.
"Panggil dengan nama gue."
"Tristan? Oke."
Pada akhirnya lelaki itu sedikit terhenyak saat Cleo memanggil namanya dengan nada lembut. Bukan pertama kalinya seorang memanggil namanya seperti itu, hanya sedikit aneh baginya saat kebanyakan orang memanggil namanya dengan nada datar.