Dua: Selamat Datang, Iko!

181 46 5
                                    

“Ko? Yuk ke bawah.”

“Iya, mbak sebentar ya! Aku masih ganti baju, nanti nyusul ke bawah.”

“Oke. Aku duluan, ya.”

Suara langkah kaki Winda terdengar setelah Yoriko mempersilakan. Seperti yang sudah dibilangnya tadi sore, hari ini akan ada acara penyambutan Yoriko di kosan. Rasa senang, deg-degan, dan takut semua campur aduk dirasakan gadis berzodiak Leo tersebut. Pasalnya, Yoriko belum mengenal semua penghuni Kos Pak Wawan, meski Mas Jaka mengklaim semuanya asik-asik, tetap saja Yoriko khawatir mereka tidak akan menerima keberadaanya.

Yoriko turun dengan baju kaos panitia dan celana sedengkul. Masih sopan kan, ya? Dibanding outfit Yoriko di kosan yang lama, sepertinya baju ini kelewat alim, deh. Yoriko biasanya cuma berbalut tanktop dan celana pendek. Padahal Malang dingin.

“Yoriko ya? Yuk barengan.”

Ucap seorang perempuan dari samping kamarnya yang juga hendak turun. Perempuan tersebut memiliki wajah yang luar biasa cantik, pasti masuk account kampuscantik! Cuma Yoriko gak tau aja namanya.

“Oh, iya..”

Yoriko berjalan di samping perempuan itu. Kayak kentang lah aku. Dalam benak gadis itu, ingin sekali ia bertanya nama si perempuan. Tetapi takut tidak sopan.

“Ah, iya. Namaku Kanaya,” ucap lawan bicaranya seakan bisa baca pikiran.

“Yoriko..” balas si sulung. Entah kenapa di depan Kanaya, Yoriko jadi malu-malu begini. Mungkin efek liat Kanaya cantik banget, jadi malu sendiri. Aslinya, Yoriko memang suka gugup kalau liat perempuan cantik pertama kali.

“Kanaya, udah semester berapa?” tanya Yoriko ketika mereka menuruni tangga.

“Masih semester lima sih, belum bisa naik ke semester atasnya lagi,” jawaban Kanaya dengan tawa sedikit.

Yoriko panik, tau-taunya lebih tua. “Aku panggil kakak, yah?” kedua alisnya saling bertautan. .

Yang ditanya tertawa saja tuh. “Boleh, boleh.”

Setelah itu kedua pemudi tersebut hanyut dalam beberapa pertanyaan basic khas orang yang baru bertemu untuk pertama kali, seperti kamu asli mana? atau kamu dari jurusan apa?

Dari sudut pandang Yoriko, teman satu kosnya ini mudah diajak bicara. Kanaya tidak menjawab pertanyaannya dengan sengaja, bahkan ia meletakan sedikit humor pada setiap jawabannya. Kanaya juga tak segan untuk tertawa pada lelucon murahan yang Yoriko buat. Baru beberapa menit bertemu, mereka sudah cocok satu sama lain.

Sesampainya di bawah tangga, ada satu orang yang menarik perhatian Yoriko. Ia duduk menyender di pilar dekat kamar mandi tamu. Sepertinya sih baru pulang, jika dinilai dari pakaiannya yang lengkap—dan agak sedikit berantakan sih.

“KIA!” teriak Yoriko histeris memanggil nama itu. Dia sendiri tidak percaya bisa melihat wajah yang dikenalnya di kos ini.

Tashkia atau biasa dipanggil Kia, seorang teman dari jurusan seni dan design. Baik Yoriko dan Kia hobinya menongkrong di ormawa fakultas, tidak heran kalau mereka bisa saling mengenal. Ormawa fakultas mereka menampung ruangan untuk kelima jurusan yang tergabung di bawah naungan fakultas sastra. Kebetulan ormawa Sastra Indonesia dan ormawa Seni dan Design ini sebelahan.

Oke, balik ke Yoriko yang teriak panggil nama Kia. Untuk ukuran seorang perempuan, suara Yoriko ini tergolong rendah dan berat. Begitu si gadis berteriak, tidak mungkin orang-orang yang ada di sana tidak langsung menengok—kaget.

Wabi-Sabi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang