04. jealous

7 3 2
                                    

Selamat membaca~

Seorang gadis tengah duduk menyendiri di bangku taman, sambil menghela nafas panjang. Dia seperti orang yang sedang putus asa, hidungnya merah di sertai mata sembab akibat menangis berulangkali.

"Huwaaa!! Revan jahat!!"

"Gue benci!"

"Arghhh!"

arana nampak sefrustasi itu hanya karena melihat sosok pujaan hatinya bersama reyna orang yang di sukai pujaan hatinya itu.

Yups Reyna adalah orang yang di kagumi Revan dari bangku kelas 3 smp, namun saat naik ke kelas 1 SMA Reyna pergi ke Inggris bersama keluarganya karena proyek orang tuanya dan menetap di sana selama setahun. Dan ini di jadikan kesempatan arana untuk bisa lebih dekat dengan Revan.

Dan dari situlah Revan jadi tertutup, dan selalu bersikap dingin kepada gadis lain termasuk kepada arana teman dari masa kecilnya hingga sekarang. Karena Revan memang menjaga hatinya untuk reyna, bukan untuk orang lain.

"Arghhh!"

"Eh anjir berisik amat sih Lo!" Ketus seseorang.

Arana hanya memberikan tatapan tajam serta mata sembab dan hidung yang memerah hingga membuat seseorang yang berada di depannya terkejut setengah mati.

"Ara?! Lo nangis?" Tanya felix dengan wajah terkejut.

"Ga lagi makan!" Ketus arana.

"Kok ga ada makanannya?" Tanya felix dengan wajah sok polos.

"DAH TAU NANGIS MASIH NANYA!" Bentak arana, hingga membuat sang empunya terkejut.

"ET dah buset, ngegas ae si embak. Santai geh" sahut Felix dengan wajah meledek.

Arana tak menggubris perkataan dari Felix, diam masih terbawa emosi. Pikirannya kacau karena Revan dan Reyna.

Felix mendaratkan bokokngnya di samping arana, sambil memperhatikan raut wajah gadis di sampingnya dengan bingung.

"Lu kenapa dah?" Tanya pria itu.

"Ga papa!" Jawab arana dengan nada yang sedikit meninggi.

"Wei, kalem uy ga usah ngegas" ucap Felix dengan tenang.

"Mending cerita lu kenapa.  Siapa tau gua bisa bantu hmm?" Lanjut pria itu.

Bukannya menjawab arana malah tambah menangis.

"Huwaa!"

"Eh anjir kok lu malah nangis sih?!" Panik Felix.

Hingga membuat Felix spontan langsung memeluk arana untuk menenangkan gadis itu dalam pelukannya.

"Gue ga suka lix, gue ga suka hiks.." sahut arana dengan suara tangis sesegukannya.

Felix yang melihat arana menangis dalam dekapannya itu merasa sedikit prihatin dengan gadis itu.

"Udah ya jangan nangis ya, cup cup cup. Nanti tambah jelek kalo Lo nangis, udah ya.." lirih Felix sambil mengelus rambut arana dengan lembut.

"ANJIR LO NGATAIN GUA JELEK?!" Bentak arana sambil mendorong dada bidang Felix menjauh darinya.

"Eh buset Maemunah, woles dong. Kasar banget jadi perempuan!" oceh Felix tak terima.

"BODO AMAT!" final arana kemudian pergi meninggalkan Felix yang masih terduduk dengan raut wajah bingung.

"Lah salah gua apa anjir?!" Ucap pria itu dengan tatapan bingung.

...

Duk Duk Duk

Derap langkah kaki seorang  yang tengah menaiki tangga dengan wajah amarahnya.

"Ih kezel!" Ucap arana sambil memanyunkan bibirnya.

Hingga di tikungan..

BRAK!

"Aw!"

"Njir!"

Jerit dua orang bersamaan setelah terduduk di atas lantai.

Lalu keduanya pun langsung saling pandang dan..

"Revan.." Kalimat yang keluar dari bibir gadis itu, Revan hanya menatap lawan bicaranya dengan tatapan tajam.

Dan kemudian berdiri tanpa membantu lawan bicaranya untuk berdiri.

"Lain kali liat-liat" ucap pria itu dingin lalu pergi tanpa menghiraukan arana yang masih terduduk di lantai.

"Ih Revan! Kok ga di bantuin sih?!" Teriak gadis itu.

Hingga teriakannya pun berhenti setelah melihat uluran tangan seseorang  gadis di depan wajahnya.

arana pun melihat ke arah sosok yang ada di depannya, dan betapa terkejutnya dia setelah Melihat sosok tersebut.

"Reyna?" Ucap arana refleks.

"Lo ga papa?" Tanya gadis itu.

Arana masih bengong setelah menerima uluran tangan dari Reyna.

"H-ha? IYA GA PAPA!" ucap arana  dengan penekanan setelah kembali dari alam bawah sadarnya, dan kemudian  pergi meninggalkan Reyna yang masih diam kebingungan.

"Kok ngegas? Gua salah apa?"  Batin gadis itu sambil menatap kepergian arana dengan langkah kaki yang di hentak-hentak.

Saat di kelas arana masih menatap pujaan hatinya dari ia mulai mendaratkan bokongnya di meja miliknya.

Arana masih fokus menatap pujaan hatinya yang sangat fokus dengan buku pelajaran di mejanya.

"Kenapa sih Lo sulit banget buat di gapai?" Ucap gadis itu pelan.

⏱️⏱️⏱️


Saat pulang arana melihat Revan yang berdiri di depan gerbang, dengan sepedanya.

"Pasti nungguin" batin gadis itu percaya diri.

"Rev.." teriakan nya terhenti ketika melihat Revan tak sendiri di sana. Ternyata ia sedang bersama Reyna sambil bercanda gurau.

Setelah itu Revan melambaikan tangan kepada Reyna yang sudah masuk ke dalam mobil, dan pergi dari sana dengan sepedanya setelah mobil milik Reyna melesat meninggalkan pekarangan sekolah.

Arana masih mematung menyaksikan pemandangan yang sangat menyedihkan di hadapannya itu dengan tatapan sendu.

Ya baginya itu sangatlah menyedihkan.

"Asal Lo tau Van, gue cemburu liat Lo deket lagi sama Reyna. Gue ga suka." batin gadis itu setelah meneteskan air matanya.

Annyeong yoreobun!
I'm back lagi!

Pada kangen ga sama aku?

Wah Ara jadi sadgirl nih:'(
Tenang ga lama kok sadgirl nya😁

Makanya votmen dong!
Nantikan kelanjutan ceritanya di part selanjutnya..
Bubay!

Revan Renaldi [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang