Happy reading!
Arana pulang seorang diri sambil menuntun sepedanya. Dengan wajah murung arana terus menunduk menatap jalanan tanpa memperhatikan depan.
"Kenapa jadi begini ya?"
Gumam gadis itu."Gue kira kedekatan gua sama Revan bakal berjalan lancar.. ternyata ga sesuai ekspektasi" gadis itu mulai meneteskan air mata dengan pandangan yang masih menatap jalanan.
Dan seketika titik air jatuh dari langit membasahi gadis itu, karena panik arana pun langsung bergegas menuju halte bus yang tak jauh darinya, sambil menuntun sepedanya.
"Langit tau aja kalo gua lagi sedih" sahut gadis itu menatap langit kelabu dengan hujan yang mulai turun deras.
Gadis itu pun menoleh ke kanan dan kekiri, suasana yang sangat sepi. Hanya ada dirinya di situ Seketika rasa takut mulai menyelimuti gadis itu.
"Duh kok sepi ya?" Sahut gadis itu mulai takut.
"Minta jemput kak Rafa aja lah" sahut gadis itu sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya.
"Yah! Kok mati sih? Aduh gimana nih?!" Gadis itu merengek saat melihat ponselnya mati total karena kehabisan baterai.
Karena tak tau harus apa dia pun hanya bisa pasrah sambil menunggu hujan reda.
Namun dari kejauhan dua sepasang kekasih sedang berjalan ke arahnya dengan sepeda motor kemudian ikut meneduh bersamanya.
"Kamu kebasahan ga?" Tanya laki-laki itu kepada gadisnya.
"Cuma dikit kok ga papa" jawab gadis itu tersenyum sambil memeluk tubuhnya sendiri yang merasa dingin.
Laki-laki itu pun langsung melepas jaketnya dan langsung memakain jaketnya kepada gadisnya.
"Nih pake aja biar kamu ga kedinginan" sahut laki-laki itu sambil tersenyum manis.
"Kamunya ntar malah kedinginan," sahut gadis itu mengkhawatirkan kekasihnya yang malah tersenyum tulus.
"Ga papa kamu aja yang pake daripada sakit" sahut laki-laki itu sambil mengelus pucuk kepala gadisnya.
"Makasih sayang" jawab gadis itu riang sambil merangkul lengan kekasihnya.
"Iya sama-sama" jawab laki-laki itu tersenyum tulus.
Arana yang menyaksikan pemandangan di depannya hanya bisa menyimak dengan hati yang panas.
"Gini banget sih nasib gue, malah liat orang uwu-uwuan!"
"Ujan cepet reda dong gua ga tahan!"
***
Setelah kejadian tadi di halte arana akhirnya memutuskan untuk langsung menerobos hujan meski bajunya jadi basah kuyup saat sampai rumah.
"Assalamualaikum" ucap arana memasuki pintu utama dengan wajah lesu.
"Waalaikumsalam"
"ya ampun ara! Kok basah kuyup gini sih?" Sahut bunda khawatir.
"Iya bunda keujanan" jawab ara sambil tersenyum.
"Aduh ya ampun, yadah kamu cepetan mandi air anget ya, trs ganti baju biar ga masuk angin, bunda buatin teh anget ya?" Sahut bunda. Dan arana pun mengangguk kemudian berjalan menuju kamarnya.
"Lu kemana aja dek? Di telponin juga ga di angkat, bunda tuh khawatir" sahut Rafa saat berpapasan dengan adiknya di ruang keluarga.
"Hp Ara mati kak, tadi juga mau nelpon kakak buat minta jemput" gerutu arana.
"Lah lu kan bawa sepeda kenapa minta jemput gua?" Tanya rafa kebingungan.
"Ah! Kakak mah ga peka banget sama adeknya!" Gerutu arana kemudian berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Lah? Ga peka gimana njir?" Tanya rafa yang masih kebingungan.
"Au ah!"
"Ye malah ngambek, pms yak?" Gumam Rafa kemudian dia berjalan menuju dapur dan menjumpai bundanya yang membawa segelas teh hangat dan mie rebus dengan toping telur setengah matang.
"Wah bunda tau aja Rafa kepingin mie rebus, nah pas banget lagi kan di bikinin teh anget juga. Baik banget sih bunda ini" sahut Rafa kesenangan.
"Kamu kalo mau buat sendiri ini buat Ara, kasian tuh dia abis keujanan. Dah minggir!" Ketus bunda kemudian berlalu melewati Rafa yang menatap semangkuk mie rebus dengan tatapan sedih.
"Teganya bunda" sahut Rafa sambil memegang dadanya yang terasa sesak.
"Yadah lah ya!" Gerutunya kemudian mulai memasak mie rebus dengan perasaan hampa.
Kini Arana sedang menatap ke arah jendela kamarnya sambil menatap kamar Revan yang ada di seberangnya.
"Revan lagi ngapain ya? Pasti lagi belajar," monolog nya.
"Ara?"
"Hmm? Oh bunda" jawab Ara saat melihat bundanya datang dengan senampan makanan.
"Nih bunda buatin mie rebus sama teh anget, di makan ya biar ga kedinginan." Ucap bunda dengan lembut.
"Iya, makasih bunda"
"Sama-sama sayang, bunda kebawah ya" sahut bunda dan di angguki oleh arana.
Arana pun mulai memakan mie rebus buatan bundanya, Tak lupa juga untuk menyeruput teh hangat kesukaannya.
"Memang paling pas kalo cuaca dingin kek gini makan minum yang anget-anget" sahutnya.
Kemudian gadis itu mempunyai ide dan buru-buru ia mengambil ponselnya yang sudah ia charger.
Gadis itu mulai mengetik nama seseorang dan mulai menelponnya, tertera berdering di ponselnya. Hingga tak membutuhkan waktu lama ponselnya mulai terhubung dengan orang yang di tuju.
"Halo?"
Ucap arana memulai pembicaraan."Ngapa?"
Sahut lawan bicaranya dengan datar."Besok berangkat naik apa?"
Tanya arana penasaran."Motor"
"Ara boleh bareng ga?" Tanya arana dengan nada yang memohon.
"Gak" jawab sang lawan bicara kemudian telponnya di matikan sepihak oleh lawan bicara.
"Halo?"
"Ihh Revan jahat banget sih malah di matiin?!" Gerutu arana.
"Dah lah kesel! Liat aja besok ara ga mau Negor Revan titik!" Geram gadis itu lalu lanjut memakan mie rebus sambil manyun.
Sedangkan di kamarnya Revan mulai tidak fokus membaca bukunya setelah mendapat telpon dari arana.
"Bisa stres gua kalo dia bareng ma gua" sahut revan sambil memijit pelipisnya membayangkan hal yang terjadi bila ia berangkat bersama arana.
"Revan dah sarapan?"
"Semalem tidurnya nyenyak?"
"Yey! Akhirnya Kita berangkat bareng lagi ya!"
"Revan!"
Seketika bayangan tentang pertanyaan-pertanyaan arana mulai memenuhi isi kepala Revan hingga membuatnya pusing sendiri.
"ARGH! BISA GILA GUA!"
---------------------------
--------------
-------Next?
Jangan lupa ⭐nya
See you in the next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Revan Renaldi [HIATUS]
Novela Juvenil"kita kan sama-sama terus, kenapa ga jadian?" Tanya Arana dengan wajah ceria nya. "Lo mau kita pacaran?" Revan kembali bertanya dengan senyum manis, dan Arana mengangguk dengan semangat. "NGIMPI!" Ketus Revan kemudian kembali dengan wajah datarnya...