3

60 31 0
                                    

“Sunwoo, lu udah nentuin masuk eskul belum?” Tanya Eric, teman sekelasnya yang blasteran. Sunwoo menggeleng pelan. Eric kemudian menyodorkan handphone-nya.

“Oh iya, gua Sohn Eric, orang yang duduk di depan lu, sekaligus Ketua Kelas disini. Boleh minta nomor lu ga, sekalian kalau ada yang mau ditanyain, chat aja nanti, oke?” Sunwoo kemudian memasukkan nomornya di hp Eric. “Kim Sunwoo, mohon bantuannya, Eric.”

“Oh iya, ada eskul futsal ga?” Tanya Sunwoo sambil menatap Eric.

“Ada kok, mau gua anterin ke ruang eskulnya pas pulang ga?”

“Mau. Mau banget!” Sunwoo terlihat antusias dengan ajakan Eric. Eric hanya tertawa. “Oke, sekalian nanti gua kenalin lu denah Sekolah kita ya!”

Eric mengambil handphone-nya, kemudian memasukkan kontak Sunwoo ke dalam grup kelas mereka. Berharap Sunwoo dapat membaur.

◍◍◍

“Kevin, gua capek banget...” Keluh Chanhee yang tengah berbaring di tepi lapangan, sedangkan Kevin hanya duduk menemani sahabatnya, sambil menatap permainan yang tengah berlangsung. “Kapan sih lu ga capek?”

Chanhee sedikit kesal dengan ucapan Kevin, tetapi ia terlalu lelah untuk memberikan serangan kepada sahabat anehnya itu. Ia menyibakkan rambut hitamnya yang basah, dan mengambil nafas sekuat mungkin. Tubuh Chanhee memang tidak cocok untuk aktifitas olahraga.

“Vin, mau nanya.”

“Apa, Hee?”

“Lu pernah ga ngerasa kasian sama gua. Kayak, lu temenan sama gua, cuman karena kondisi gua yang malang. Yatim Piatu, tinggal dengan Keluarga yang ga sedarah, bahkan Keluarga satu-satunya kena kecelakaan. Malang banget kan ya kalau dipikir-pikir.” Ucap Chanhee sambil tertawa, ia mentertawakan hidupnya.

Kevin hanya terdiam ketika mendengar ucapan Chanhee. Kemudian ia ikut berbaring tepat disebelah Pria kecil itu, menatap langit.

“Chanhee, mungkin memang gua ga pantes ngomong gini, tapi gua ga pernah sedikit pun merasa kasian sama lu. Gua bener-bener pure pengen temenan sama lu. Lu tuh asik banget dulu, cerewet, lucu juga, dan ma-” Kevin segera memotong perkataannya, merasa ia hampir saja mengutarakan perasaannya.

“Yah, pokoknya gitu deh. Hidup lu itu memang berat, tapi nanti bakal ada hikmahnya kok. Tuhan pasti ga bakal menguji lewat dari batas hambanya. Hee, kalau ada apa-apa, jangan sungkan buat bersandar sama gua, sama Ibu dan Ayah gua. Kami juga udah anggep lu dengan Kakak lu sebagai keluarga kok, jadi ga perlu ngerasa ga enak.” 

Chanhee terdiam setelah mendengar jawaban dari Kevin. Sungguh ia tak menduga bahwa Kevin yang senang bercanda dan usil, bisa serius seperti sekarang. Chanhee menatap Kevin, kemudian tersenyum pelan. “Kevin, thank you.

Kevin yang membalas tatapan Chanhee, wajahnya langsung memerah dan tersenyum kikuk. “N-no need to thanks me. ”

Kemudian mereka pun tertawa bersama, sambil kembali bercanda seperti biasa. Tanpa menyadari semua interaksi mereka diawasi seseorang.

◍◍◍

Chanhee duduk disebelah sahabatnya yang tengah menikmati beberapa cemilan. Mereka hanya mengobrol ringan, tak lupa sambil membahas beberapa soal dan belajar bersama. Ketika mereka terlalu terlarut dengan obrolan mereka, Chanhee tak sadar bahwa ada pelanggan masuk.

Kevin segera menyenggol bahu Chanhee, memberikan isyarat. Chanhee pun segera bergegas menuju meja kasir, menunggu pelanggannya membayar belanja. Seorang pria dengan hoodie yang sama, mendatangi Chanhee.

“Totalnya 15.600.” Chanhee dapat kembali mencium aroma yang sama. Aroma rumah sakit dan obat. Ia menatap pria didepannya ini, tetapi wajahnya sangat tertutup. Setelah memberikan uang, ia langsung pergi tanpa mengucapkan apapun kepada Chanhee. Entah kenapa, ia merasa sedikit familiar dengan pria itu.

◍◍◍

Graduation [ SunNew ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang