Dan disinilah Aldi berada. Diruang kerja sang Ayah. Mengetahui dirinya akan berada disinitentu saja dirinya tau konsekuensi apa yang akan diterima dari apa yang dia perbuat kali ini. Ya walaupun ini bukan kesalahannya.
"Aldi"
"Ya Ayah."
"Kau tau kan apa konsekuensi dari yang kau lakukan kali ini?"
"Ya Ayah."
"Bagus, kau bisa kembali ke kamarmu."
Mendengar itu Aldi segera melangkah keluar dari ruangan itu. Namun sebelum dia membuka pintu suara sang Ayah kembali terdengar.
"Kau tidak akan lari dari tanggungjawabmu bukan?"
"Tidak Ayah, bukankah ayah sudah mengingatkan ku dari kecil?"
"Baiklah kalau begitu. Pergilah."
Membuka pintu dan pergi dari ruangan yang menyesakan dan menyedikan baginya itu.
***
"Kak Aldi dari mana saja?"
"Tidak dari mana-mana. Ada apa kau menungguku di sini? Seharusnya kau sudah tidur."
"Aku tidak bisa tidur, bolehkan aku tidur di kamar kakak? Kamarku terlalu besar untuk aku tempati sendiri, aku takut."
"Hah....terserah kau saja."
Membuka pintu, Aldi membiarkan Emil mengikutinya menuju kamar. Segera saja dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur. Sedangkan Emil sudah memposisikan diri di ranjangnya dengan boneka besar yang diberikan sang ibu.
Setelah dia mandi, dirinya melihat kalau Emil sudah terlelap di ranjang. Tak mungkin untuk tidur seranjang karena tipe ranjangnya yang berupa single bed membuatnya segera menyamankan diri di kursi. Merasa sudah lelah dengan hari ini tak lama dia jatuh tertidur.
Selamat Malam semua ~~
***
Kapan terakhir kali kalian merayakan ulang tahun kalian. Walau hanya sekadar pesta kecil atau dengan hanya seseorang mengucapkanmu selamat. Mungkin sebagian orang hal itu sudah lumrah tetapi tidak dengan Aldi. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, tetapi jangankan pesta ucapan selamat saja tidak pernah ada yang mengucapkanya. Dirinya hanya akan berdiam diri dikamar sementara keluarganya akan pergi ke suatu tempat yang sudah mereka pesan jauh-jauh hari sebelumnya.
Pagi ini matahari tak secerah biasanya. Awan-awan membuat sedikit menghalau sinar sang surya. Titik embun nampak menempel di rerumputan membawa hawa sejuk untuk hari ini. Nampaknya Aldi terlalu pagi untuk bangun tidur, namun bukannya nyenyak dan segar yang dirasa malahan rasa pegal yang mendera tubuhnya. Mungkin karena tertidur di kursi yang kurang nyaman digunakan untuk tidur.
Tanggal kalender yang dilingkari itu nampaknya memberi sang pemilik tanda bahwa ada hal penting pada hari itu, tapi Aldi hanya acuh dan segera beranjak menuju kamar mandi. Gemericik air membuat Emil terbangun namun dengan mata yang masih terpejam. Rambut yang semalam tertata menjadi berantakan dan mencuat sana sini. Mengedarkan pandangan ke sekeliling dan berakhir dengan memandang pintu kamar mandi yang menghasilkan suara tadi. Segera saja Emil bangun dan merapikan ranjang yang ditempatinya semalam.
Aldi keluar dengan mengenakan seragam sekolah yang melilit di badannya. Agaknya baju itu sudah terlalu lama hingga warnanya sedikit berubah. Meilihat Emil yang merapikan ranjang membuatnya melangkah mendekati Emil.
"Apa yang kau lakukan?"
"Merapikan ranjang, memangnya apalagi?"
"Kau tak perlu melakukan itu. Biar aku saja. Kau sebaiknya segera pergi ke kamarmu sendiri." Ujar Aldi dengan wajah datarnya
KAMU SEDANG MEMBACA
REFLECTION
Teen FictionAKU HANYA BISA MENJADI BAYANG-BAYANGMU KITA MEMANG MIRIP TAPI KITA TAK SAMA. ADA BANYAK HAL YANG MEMBEDAKAN KITA. KENAPA SEMUA ORANG SELALU MEMBANDINGKAN AKU DENGANMU. . . . "Kau hanya menyusahkan saja." "Aku...Aku" "Cukup. Kau harusnya bisa lebih k...