CHAPTER 6 : Accident

11 7 5
                                    


Dan disinilah mereka. Memakan sarapan yang telah di buat oleh Aldi. Mereka berenam duduk mengitari meja makan itu. Banyak hidangan yang tersaji di atasnya. Namun, tak ada seorang pun yang bertanya siapa yang memasak makanan ini.

"Kenapa masakannya banyak sekali." Tanya sang ayah sembari melirik hidangan di depannya dari balik koran paginya. Bahkan di depannya sudah ada kopi hitam untuk menemani kegiatan paginya itu.

"Kata Kak Aldi ini semua untuk merayakan kedatangan Emilia di rumah ini."

"Benarkah?" tanya sang ibu yang nampaknya sang antusias.

"Benar, iya kan kak?" Tanya Emilia dengan pandang tertuju langsung pada Aldi.

"Iya."

"Wah, kalau begitu ayo kita sikat..."

Mereka makan dengan lahap tanpa memperhatikan Aldi yang hanya diam dengan pandangan terluka. Bagaimana tidak, keberadaan dirinya seolah-olah hanya bayang yang tidak akan pernah menjadi nyata. Seolah-olah dirinya tak pernah ada.

Aldi segera beranjak meninggalkan meja makan dan menyambar tas punggungnya. Segera keluar rumah menuju bagasi untuk mengambil sepeda bututnya. Namun, keadaan sepedanya yang tidak biasa membuat dirinya tercengang. Bagaimana tidak, roda belakang Aldi tidak ada sedangkan roda depannya bocor padahal semalam dia ingat bannya tidak ada yang bocor.

Dengan langkah cepat dan menahan marah di ubun-ubun dirinya segera memasuki rumah itu untuk klarifikasi. Bagaimana bisa hal ini terjadi.

"Siapa...siapa yang merusak sepadaku , HAH!!!??"

"Apa maksudmu?" Tanya Nathan.

"Siapa yang merusak sepedaku?"

"Aku." Jawab Aldo dan segera berdiri hingga menimbulkan derit dari kursinya.

Aldo melangkah mendekati Aldi hingga dirinya berada di hadapan Aldi. Pandangan Aldo dan Aldi bertemu. Bahkan jarak mereka sangat dekat.

"Apa mau mu? Kenapa kau merusak sepedaku?"

"Kau ini, Itu sepeda sudah butut, makanya aku rusak." Jawab

"Kau ini tak bisa menghargai barang orang ya."

"Apa. Maksudnya?"

"Cih, nggak ada gunanya juga aku bicara denganmu."

"Ok, kalau kau marah. Aku minta maaf ok. Nanti sepedanya aku bawa ke bengkel, ok. Atau kamu mau aku belikan yang baru? So , sekarang kita berangkat dengan mobilku. Agar kau tak terlambat."

"GRrrrr."

Tangan Aldi hanya terkepal erat di samping badannya. Pandangannya ia tundukan agar tak ada siapa pun yang melihat ekspresinya. Saat tangan Aldo hendak meraihnya seketika Aldi menepis tangan itu. Membalikkan badan dan segera berlari keluar rumah menuju halte terdekat.

"Gawat, aku sudah terlambat."

Kata Aldi sembari berlari. Mungkin jika menggunakan mobil dirinya tak akan terlambat, tetapi menggunakan bus yang akan pasti transit di beberapa tempat bisa membuatnya terlambat. Dan dirinya tak ingin itu. Namun, baru beberapa meter dari rumahnya tiba-tiba saja hal tak terduga terjadi.

Sret...sret...sret...suara seperti sobekan kecil mulai terdengar tetapi sepertinya Aldi tidak memperdulikan hal itu, karena baginya halte bus yang ada di depan matanya lebih penting. Hingga...

Sret

Bruk

Brak

Tas bagian bawah milik Aldi sobek karena memang sudah butut, di tambahlah dengan beban buku yang banyak juga guncangan saat Aldi berlari membuat fabrik itu meronta-ronta. Dan, voila.....akhirnya tas itu pun rusak di tengah jalan.

REFLECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang