Chapter sebelumnya.....
Chiko hanya memaklumi, karena dia tau bahwa Aldi sebenarnya anak yang baik. Dia peduli juga suka menolong. Dia tak pernah mengeluh dengan keadaannya, dan sebagai sahabat Chiko hanya bisa berharap suatu hari nanti Aldi mau bercerita dengannya. Entah hal apa pun itu, Chiko akan selalu mendukung Aldi, karena menurutnya Aldi pantas untuk bahagia.
***
.
.
.
.
.
Angin membelai lembut kulit Aldi, tetapi dia tak bergeming dan tetap melangkah menuju ke halte. Mendudukan pantatnya di sana dan menunggu kehadiran bus yang akan membawanya ke arah rumah. Memang tidak terlalu jauh, tetapi setidaknya dia dapat mempersingkat waktu di bandingkan jika harus berjalan. Dirinya bersenandung kecil sembari menatap ke arah sepatunya. Hingga ada suara mobil mengintrupsi senandungnya. Mendengar ada langkah kaki yang mendekat membuatnya memasang alarm siaga. Suara sepatu itu berhenti terganti dengan suara seseorang dari masa lalu nya.
Aldi menatap wajah gadis itu dan seketika dia menyadari bahwa gadis itu adalah sahabat masa kecilnya. Tubuh Aldi hanya menegang. Bahkan untuk bernafas pun Aldi merasa kesusahan. Gadis itu hanya tersenyum. Sinar mentari yang masih hangat menerpa tubuh mereka. Aldi yang melihat itu hanya bisa memandang tanpa berkedip saat sinar hangat itu mengenai tubuh Ayu. Membuatnya seolah-olah seperti bidadari-menurut Aldi.
Dengan cepat dia mengenyahkah pikiran itu. Saat kenangan masa lalu berputar-putar layaknya kaset rusak di otaknya. Menayangkan tentang kebersamaan mereka yang dapat membat Aldi tersenyum tipis. Tetapi, seolah terhantam dengan kenyataan bahwa Ayu mengingkari janjinya, meninggalkan dirinya yang saat itu masih perlu tempat berkeluh kesah. Meninggalkan dirinya hingga dia memendam semua perasaan seperti ini.
"Aldi, Aku..."
"Apa mau mu? Tidak puas kah setelah dirimu meninggalkan aku waktu itu."
"Aldi, aku tidak bermaksud seperti itu."
"Sudah cukup. Mau beralasan seperti apapun tidak akan merubah keadaan. Bagiamana pun kau mengelak hasilnya akan sama saja. Kau. Pergi. Meninggalkan. Aku."
"..."
"Kau tak bisa mengelak kan? karena itu memang benar. Jadi sudah jangan pernah ganggu aku."
Aldi mulai berjalan menjauhi Ayu. Bahkan dia melupakan rencana awalnya untuk naik bus. Mungkin nanti dia akan sedikit terlambat, tapi tak apa. Dia mulai menikmati semuanya. Toh dia memang cuma bayangan.
***
Saat di perjalanan pulang, tiba-tiba ada 2 orang yang mencegatnya. Dua orang tadi yang menggangu makan siangnya. Menghela nafas perlahan guna meredam amarahnya. Dan berusaha mengindar dari hal-hal yang tidak di inginkan.
"Hei, mau kemana kau?"
"Pulang."
"Kau lupa janjimu?"
"Hn."
"Arrggh....ku bunuh saja kau."
"Silahkan."
"Berani-beraninya kau. Cari mati, hah?"
"Mungkin."
Mereka mulai menyerang Aldi secara bersamaan. Pertarungan 2 lawan 1 yang mana Aldi hanya mengelak dan mengelak terus. Dia tak pernah membalas pukulan atau tendangan yang mereka lontarkan. Hal itu membuat mereka geram. Kenapa Aldi tak membalas pukulan mereka. Tentu saja, dia tak ingin cari ribut. Bagaimana pun mereka berdua adalah anak dari kolega sang ayah. Jika dia memukul mereka tentu saja mereka akan berkata kepadanya ayahnya bahwa Aldi yang memukul mereka. Dan, dirinya akan di hukum oleh sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REFLECTION
Teen FictionAKU HANYA BISA MENJADI BAYANG-BAYANGMU KITA MEMANG MIRIP TAPI KITA TAK SAMA. ADA BANYAK HAL YANG MEMBEDAKAN KITA. KENAPA SEMUA ORANG SELALU MEMBANDINGKAN AKU DENGANMU. . . . "Kau hanya menyusahkan saja." "Aku...Aku" "Cukup. Kau harusnya bisa lebih k...