CHAPTER 5 : Change?

22 8 0
                                    



Jam sudah menunjukan pukul 22.30 menandakan bahwa malam mulai larut. Aldi melangkah dengan cepat menuju rumahnya. Sesekali meggesekan tangannya guna menghalau dingin yang mulai mendera. Saat dirasa tangannya menghangat segera dia masukan ke saku hoodie agar kehangatannya tetap terjaga. Walaupun hoodie lusuh yang warna sudah memudar itu pun tak dapat menahan panas terlalu lama. Melirik kanan kiri mengamati setiap pengguna jalan yang semakin sedikit. Mengambil jalan pintas yang menurut sebagian orang sangat menakutkan karena rawan tindakan kriminal. Tetapi Aldi tidak perduli. Tujuannya hanya satu yaitu sampai di rumah dengan sehat,cepat dan selamat.

Pak satpam yang melihat kehadiran sang tuan muda segera membukakan gerbang agar Aldi dapat masuk. Memberikan senyum tipis sebagai ucapan terima kasih Aldi dengan cepat melewati gerbang itu. Membuka pintu dengan hati-hati agar tidak menimbulkan derit yang berlebihan. Dirinya berjalan dengan sangat pelan agar orang rumah tidak melihat keberadaanya saat ini.

Merasa kehausan akibat menempuh perjalanan yang lumayan jauh dengan berjalan kaki membuat langkahnya berbelok ke arah dapur. Meminum minumannya dengan sedikit tergesa hingga beberapa air mengalir melewati dagunya.

namun, saat dirinya berbalik terlihatlah anak kecil yang memandang dirinya dengan tatapan bingung. Aldi yang kaget pun tersedak minumannya sendiri.

Uhuk...uhuk...uhuk...

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Emilia memandang Aldi dengan tatapan curiga. Matanya memicing tajam melihat Aldi. Namun bukannya terintimidasi tatapan itu malah lucu menurut Aldi.

"Minum." Jawab Aldi dengan datar.

"Kau siapa?"

"Aku?" Tanya Aldi menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, memangnya siapa lagi."

"Aku.."

"Oh...Pasti kau kak Aldi ya. Kembarannya kak Aldo. Aku benarkan?"

"Apa mereka memberitahumu?"

"Tentu saja."

"Dan kau siapa? Kenapa bisa di rumah ini?"

"Aku putri ayah dan ibu. Lebih tepatnya putri angkat sih."

"Hn, Kenapa kau belum tidur? Ini sudah larut malam?"

"Lalu kakak sendiri kenapa belum tidur?"

"Hn."

"Eeehhh, jawaban apa itu."

"Sudah lebih baik kau ke kamar mu."

"Ok."

Emilia hanya membuntuti Aldi hingga dia sampai di depan kamar Aldi. Aldi hanya merotasikan matanya dengan malas. 'Kenapa bocil satu ini kemari?' Begitu lah kira-kira batin Aldi saat mengetahui Emilia mengikuti dirinya.

"Ada apa?"

"Kakak, apakah aku bisa tidur dengan kakak? Aku tidak biasa tidur sendiri."

"Huft..Baiklah. Ayo masuk."

Pintu kamar itu terbuka, menampilkan kamar Aldi dalam kondisi gelap. Meraba dinding dan menekan saklar hingga lampu menerangi kamar itu. Emilia hanya memandang dengan pandangan yang sulit diartikan. Dirinya cukup bingung. Kenapa kamar kakaknya yang satu ini sangat sederhana bahkan dari dirinya yang hanya anak angkat. Bahkan kamar ini tidak seluas kamarnya. Juga tidak banyak barang yang ada di ruangan ini.

REFLECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang