• Mana yang lebih favorit (?)

1.5K 84 9
                                    

A kookjin fanfiction
By jinskies__

Pemuda manis itu terlihat sangat antusias

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda manis itu terlihat sangat antusias. Berdiri di pelataran rumah, seraya menanti-nanti kedatangan seseorang yang sudah seminggu belakangan ini memenuhi hati serta pikirannya.

Bahkan sesekali kedua kakinya menghentak ribut, sangking tidak sabarnya.

"Dia udah sampai mana ya kira-kira." Gumaman kecil pun terlontar.

Segera fokusnya beralih, melihat ke arah ponsel yang sejak tadi berada dalam genggaman tangan. Tak lama berselang, denting notifikasi pesan masuk menyapa rungunya. Menjadikan senyum secerah mentari pagi terpatri manis di bibir.

'kak seokjin sebentar lagi saya tiba ditujuan ya.'

Tanpa jeda sesaat, pemuda—diketahui bernama Seokjin, dengan cepat mengetik balas. Berhiaskan perasaan riang yang tak lagi terbendung, kedua ibu jarinya tergerak penuh semangat.


'iya mas. Saya tunggu di depan ya, seperti biasa.'


Detak jantung kian menggila, seiringan dengan sepasang netra kelam yang kini menangkap jeli; atensi sesosok pengendara motor yang sudah kelewat hafal dalam pikiran. Park Jimin, si tampan penghantar roti.

Atau sebut saja—


"Pangeran! Pangeran ku sudah datang!" Soraknya, pelan.

Tapi tunggu! Bukankah itu terkesan berlebihan?

Memang.

Seokjin sendiri pun ikut mengakui.

Namun, apa pedulinya? Toh Seokjin tidak pernah sekalipun kelepasan berucap demikian di hadapan Jimin.

Maka seharusnya tak jadi masalah, kan?


Dua bulan lalu, sebelum pangeran-nya dipekerjakan sebagai tukang antar jasa roti. Pak Cho, pria berumur—selaku penghantar roti yang telah dikenal dekat oleh keluarga Seokjin, mendadak tak lagi datang ke rumah.

Menduga-duga kalau beliau telah pensiun? Sepertinya iya. Mengingat usia Pak Cho yang semakin menua.


"Selamat sore kak Seokjin." Sapaan ramah sang pengendara, maka dianggap sebagai awalan.

Seokjin belum memiliki niat untuk menjawab, bahkan setelah Jimin membawa lepas helm yang dikenakan, dan beranjak turun menghampirinya dengan satu senyuman hangat.

My Pretty BreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang