0.Prolog

42 7 4
                                    

Semilir angin berhembus, membelai rerumputan dan dedaunan ke sebuah padang rumput...

Dedaunan itu kemudian mulai terbang menari-nari mengikuti arah angin, sebelum mulai terjatuh tepat di atas gunungan abu.

Terlihat, seorang gadis terduduk memandang abu itu dengan tatapan kosong. butiran air mata perlahan menetes dari wajahnya.

Hembusan angin lagi-lagi menerbangkan daun itu, melewati beberapa orang yang terdiam menahan nafas ketika menyaksikan hal yang baru saja terjadi.

Kondisi orang-orang itu bisa dibilang tak lebih baik, darah dan debu terlihat memenuhi tubuh mereka, beberapa bahkan kehilangan sebagian anggota tubuhnya.

Sesosok makhluk yang seluruh tubuhnya berwarna hitam, terlihat berdiri dengan wajah tidak puas. ia segera menaikkan sebelah tangannya ke atas, berniat untuk melakukan serangan sekali lagi.

Namun, sebelum ia sempat untuk melakukannya, tombak petir melesat ke arahnya dengan kecepatan tinggi membuat ia segera membatalkan serangannya dan menghindari serangan itu dengan melompat kebelakang.

"Kau melakukannya lagi?!"

Sebelum makhluk itu sempat untuk bereaksi, beberapa petir segera mengujaninya. Namun dengan cepat, ia segera menghindari setiap serangan itu sebelum mulai memandang kearah langit.

Sesosok pria, dengan mata putih bersinar terlihat melayang memandanginya dengan tatapan dingin. pria itu segera melesat ke arahnya sebelum melayangkan sebuah pukulan yang segera di tahan oleh makhluk itu.

Kedua entitas itu mulai saling menyerang satu sama lainnya, baik dengan sihir maupun serangan fisik, membuat area pertempuran keduanya yang semula ditumbuhi rerumputan kini berubah menjadi gurun mini yang tandus.

Sementara itu sang gadis mulai mengepalkan tangannya keras, aura emas segera menyelimuti tubuhnya, membuat semua orang di tempat itu tertegun.

Rambut emasnya segera beterbangan akibat tekanan aura emas yang menyelimutinya. Ia sekali lagi menatap gunungan abu dihadapannya, sebelum mengalihkan pandangannya ke arah makhluk hitam yang saat ini masih disibukkan dengan pria bermata putih bersinar dihadapannya.

"..."

Gadis itu hanya diam seribu bahasa, ia segera melesat ke arah makhluk hitam itu dengan kecepatan tinggi, sebelum mengarahkan pukulan tepat di dadanya, membuat makhluk itu terhempas beberapa meter. Tak sampai disitu saja, sang gadis segera melesat sekali lagi dan mulai melakukan serangan bertubi-tubi ke daerah vital makhluk itu, seperti leher, ginjal, dan jantung.

Pria itu segera menghentikan serangannya, ia hanya terdiam melihat sang gadis yang kini menyerang makhluk hitam itu dengan nafsu membunuh yang kuat. ia segera mengalihkan pandangannya ke arah abu tersebut, sebelum tiba-tiba membelalakkan mata putihnya ketika menyaksikan hal yang tidak akan pernah ia lupakan.

Death Of Reality ServerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang